refleksi:Dikatakan bahwa  lebih mudah bagi anak muda  mempelajari dan memahami 
sesuatu yang baru dibandingan dengan
orang yang lanjut usia. Indonesia sudah berumur 61 tahun,   kalau  Indonesia 
diibaratkan sebagai manusia berarti sudah lanjut usia. Akan mudahkah  orang  
lanjut usia ini  mengejar kereta api zaman yang telah pergi? Apa  pendapat Anda?

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/11/3/b1.htm

Dari Warung Global Interaktif Bali Post
Dibanjiri Barang Cina---
Indonesia Perlu Belajar dari Cina 

ADA kesan bahwa masyarakat Indonesia sangat bangga jika menggunakan produk 
impor karena memiliki nilai gengsi, padahal produk Indonesia tidak kalah 
mutunya dengan produk luar. Kini, ketika banyaknya produk Cina membanjiri 
Indonesia dikarenakan harga yang terjangkau serta dengan kualitas yang cukup 
bagus. Inilah yang seharusnya dipelajari di Indonesia. Demikian terungkap dalam 
acara warung global yang disiarkan langsung radio Global 96,5 FM, Kamis (2/11) 
kemarin dan dipancar luaskan radio Singaraja FM. Berikut rangkuman selengkapnya.

-----------------------------------------

Mahayadi di Ungasan mengatakan bahwa yang banyak memiliki modal dan kapitalis 
adalah orang-orang Cina di Indonesia bahkan di Asean. Apa pun alasannya kita 
sebagai warga pribumi biasanya hanya mengikuti sistem sedangkan kapital dari 
orang Cina. Namun kita sebagai yang memiliki negara ini masih belum mampu untuk 
menunjukkan bahwa kita memiliki modal, baik secara internal maupun eksternal. 
Misalnya PMDN, PT-PT yang tergabung dalam pertekstilan, bank-bank hampir 90% 
milik orang Cina. Harus kita akui bahwa sulit menyeimbangkan pribumi dengan 
Cina. Bahkan sejarah mengatakan hampir dua dekade raja bank Asia adalah 
keturunan Cina Indonesia.

Putu Adi di Klungkung menilai sebenarnya tidak masalah jika Cina menempati 
posisi pertama. Yang menjadi masalah adalah ekspor kita. Jangan sampai impor 
besar tetapi ekspor kecil. Yang harus menjadi perhatian adalah impor secara 
keseluruhan, artinya kita memiliki ketergantungan impor terlalu tinggi terlepas 
dari negara mana.

Anton yang juga di Klungkung menambahkan bahwa kita harusnya terpacu karena 
kita banyak sekali mengimpor dari Cina padahal seharusnya kita bisa mandiri dan 
kalau bisa meniru cara mereka. Secara kebetulan Adi pernah melihat pameran di 
Cina yang benar-benar luar biasa. Karena alat-alat yang dijual memang untuk 
produksi dengan jumlah yang besar. Bahkan sampai membingungkan, jadi setiap 
propinsi yang ada di Cina berlomba-lomba memproduksi mesin agar bisa diekspor. 
Misalnya dalam hal fotografi, perbandingannya kalau kita membeli mesin yang 
punya Jepang harganya mencapai Rp 1 M tetapi setelah diproduksi Cina cukup 
dengan sepersepuluhnya. Sehingga banyak mesin Cina yang dijual di Indonesia 
dengan kualitas yang tidak kalah. Sehingga diharapkan di Indonesia mampu 
membuat, bukan hanya pemakai. 

Marbun di Nusa Dua berpendapat bahwa kita telah dijajah oleh para pemikir dari 
luar, kenapa kita hanya pemakai tidak bisa membuat? Kemana para profesor dan 
doktor kita di Indonesia? Kita harus berani berjuang seperti mereka. Kapan para 
profesor kita di Indonesia bisa membuat sehingga kita tidak perlu ke luar 
negeri? Kemudian kalau kita memakai produk luar bangganya "setengah tiang". Ini 
memang sangat menarik, sehingga perlu diperhatikan oleh pemegang otoritas 
bagaimana supaya meningkatkan kualitas produk. 

Menurut Iskandar di Denpasar bukan masalah siapa yang memasukkan tetapi 
harganya yang murah. Yang dijajah atau banjir di pasaran bukan hanya di 
Indonesia tetapi juga Australia dan Amerika banjir barang Cina. Kalau dulu 
fenomenanya orang yang punya duit baru bisa membeli barang dan bermerek, tapi 
sekarang mau merek a,b,c,d, tetapi murah dan terjangkau masyarakat bawah. Maka 
selaku pebisnis dia melihat kesempatan walaupun murah tidak bermerek tetapi 
bisa dipakai bahkan bisa dikatakan bagus. Kita merasa bahwa barang-barang Cina 
menguasai dunia karena harganya murah, inilah yang perlu dipelajari Indonesia. 
Jangan sampai kita membuat barang di Indonesia dikirim ke Jepang tetapi 
dikembalikan ke Indonesia.

Ngurah Adi di Tabanan mengatakan seharusnya pemerintah bisa mengatur, menahan, 
mengerem jumlah barang-barang impor terutama yang murah-murah. Karena kalau 
negara kita terus dibanjiri barang-barang murah nanti masyarakat kita jadi 
konsumtif.

Gede Biasa di Denpasar menilai ini adalah pemanasan menjelang pasar bebas. Kita 
sebagai negara memiliki hubungan bilateral antar negara termasuk hubungan 
dagang, perjanjian dagang ada. Sehingga sebagai negara yang memiliki hubungan 
dagang tidak bisa sepihak menutup masuknya barang dari luas. Misalnya dengan 
Cina sendiri kita punya hubungan dagang, kalau kita menutup barang-barang Cina 
yang masuk ke Indonesia, bagaiman perjanjiannya? Sebenarnya ini tidak perlu 
dikhawatirkan, kita harus memacu diri dengan belajar dari Cina sendiri.

Menurut Warsa di Jimbaran sebenarnya Indonesia bukan kalah mutu tetapi yang 
kita tidak punya adalah merek.


[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke