REPUBLIKA Kamis, 23 Maret 2006
Kemiskinan Fanatisme Oleh : Azyumardi Azra Suatu sore, seusai sidang UNDEF pada awal Maret 2006; di toko buku 'Borders', Second Avenue, New York. Ditemani Ahmad Sahal, aktivis Freedom Institute, Jakarta, yang sedang kuliah S2 di New York University, saya menemukan sebuah buku menarik, Islam, Fundamentalism, and the Betrayal of Tradition: Essays by Western Muslim Scholars (2004), suntingan Joseph EB Lumbard dengan kata pengantar Seyyed Hossein Nasr. Menarik, bukan hanya karena subjek yang dibahas, tetapi lebih-lebih lagi ditulis sarjana-sarjana Muslim, baik yang kulit putih, maupun kulit berwarna, baik yang memang Muslim asli Barat, maupun keturunan Muslim imigran yang sudah lama bermukim di Barat. Tidak banyak buku seperti ini, apalagi yang ditulis di masa akhir-akhir ini. Sebagaimana disinggung Nasr dalam pengantarnya, penulisan tentang Islam sampai pertengahan abad ke-20 didominasi para orientalis dan misionaris; hanya satu atau dua sarjana Muslim yang bermukim di Barat, yang menulis dalam bahasa Inggris atau Prancis. Sejak 1960-an berkat peningkatan migrasi sarjana Muslim ke Barat, dan juga dengan konversi sejumlah sarjana Barat ke dalam Islam, maka tulisan-tulisan sarjana Barat beragama Islam juga kian banyak. ''Generasi pertama'' sarjana Muslim yang ahli tentang Islam dan menulis tentang aspek-aspek tertentu Islam termasuk Rene Guenon, Fritjhof Schuon, Titus Burckhardt, dan Martin Lings, dan banyak lagi. Mereka ahli tentang tradisi Islam dan pemikiran dan filsafat Barat. Mereka berbicara dan menulis tentang Islam ''from within'', dari dalam, dengan bahasa-bahasa Barat; mereka menulis dengan sangat fasih dan dengan otoritas keilmuan yang tak lagi diragukan. Mereka dapat ''meluruskan'' kekeliruan-kekeliruan pandangan dan persepsi para orientalis tentang Islam. Mereka memainkan peran besar dalam upaya penciptaan saling pengertian lebih besar dengan masyarakat Kristen dan Dunia Barat umumnya. ''Generasi kedua'' sarjana Muslim Barat jelas jauh lebih banyak jumlahnya dibanding generasi pertama. Hanya beberapa orang saja menulis dalam buku Islam, Fundamentalism, and the Betrayal of Tradition; di antaranya adalah Joseph EB Lumbard, seorang Muslim Amerika yang menjadi asisten profesor di American University, Kairo; David Dakake, Muslim Amerika, peneliti pada George Washington University; TJ Winter, Muslim Inggris, dosen pada Divinity School, Cambridge University. Kemudian ada lima sarjana Muslim yang telah lama bermigrasi dan tinggal di Barat yang juga menulis dalam buku ini. Mereka ini sepanjang yang saya ketahui, dan juga dikonfirmasikan Nasr mengenal baik pemikiran Islam dan teks-teks klasik Islam. Mereka juga mengenal karya-karya Muslim kontemporer tentang Islam; begitu pula tentang karya-karya penulis Barat non-Muslim tentang Islam. Mereka tahu dan mengalami kehidupan di Barat, baik politik, sosial, budaya, maupun agama. Dan, karena itu, mengerti tentang pandangan dunia Barat dan logika-logika mereka. Salah seorang penulis Muslim Barat kulit putih dalam buku itu, yang saya kenal pribadi adalah Tom J Winter, yang punya nama Muslim, Abdul Hakim Murad. Pada 2004 saya bertemu dalam dua kali kesempatan dengan Tom ''Abdul Hakim''; pertama, di Georgetown University, Washington DC, dalam lokakarya ''Konsep Kenabian dalam Kristen dan Islam'' yang diselenggarakan Uskup Agung Canterbury, Inggris. Kedua, dalam seminar ''Islam and Civil Society'' yang diselenggarakan Yayasan Kabbani dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2004 juga. Tim adalah seorang ahli dan pengamal tasawuf, yang belajar di Inggris dan Timur Tengah selama bertahun-tahun; dan karena itu sangat fasih berbahasa Arab. Ia telah menerjemahkan dan menerbitkan berbagai karya Imam al-Ghazali. Dan sekarang ia tengah mengerjakan proyek besar, ''The Sunnah Project'', digitalisasi Kutubus Sittah, enam kitab standar hadis di Cambridge. Selain itu, dia juga membina madrasah tinggi (ma'had 'ali) untuk menghasilkan imam dan khatib. Membaca tulisan Tim Winter dalam buku Islam, Fundamentalism, and the Betrayal of Tradition, terlihat nada kecemasan dan keprihatinan terhadap meningkatnya gejala radikalisasi di kalangan kaum Muslimin. Gejala ini, jika tidak diantisipasi, tulis Tim Winter, bukan hanya mencerminkan kemiskinan fanatisme (poverty of fanaticism), tetapi lebih parah lagi dapat berujung pada katastrofi, bencana hebat. Untuk mencegah terjadinya bencana tersebut, maka kaum Muslimin mainstream harus kembali memegang inisiatif. Menurut Tim Winter, di tengah momen kritis sekarang ini dalam sejarah kita, umat Islam hanya punya satu harapan realistis untuk bisa survive; dan itu adalah merestorasi kembali ''ummatan washatan'', seperti telah dirumuskan dalam ijma' ulama sejak masa klasik. Tetapi, ini bisa dilakukan hanya dengan mengembangkan keadaan hati, kalbu kita; dan mengisinya kembali dengan nilai-nilai kebajikan Islam tentang cinta kasih, respek, toleransi, dan rekonsiliasi. Tanpa itu, yang akan ditemui umat hanyalah kepedihan dan kegagalan yang menyakitkan [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/