Ketika Hati Terusik

By: agussyafii

Ada seorang teman dalam kehidupan yang mapan, pekerjaan, rumah, kendaraan 
pribadi ada namun dalam kesendirian hatinya menjadi terusik, ketika orang tua 
bertanya 'kapan hendak menikah?' Dalam kehidupan masyarakat di desa ataupun 
dikota kehidupan berkeluarga mendapatkan tempat yang istimewa. Seseorang yang 
dianggap sudah dewasa dan akan dianggap menjadi insan seutuhnya jika sudah 
'mentas' . Mentas artinya 'sudah berkeluarga.' mendapatkan pasangan hidup, 
menikah dan punya anak.

Orang tua yang mempunyai anak belum menikah meski sudah berpenghasilan sendiri 
merasa belum hidup bahagia dan belum rela mati meninggalkan anak-anaknya yang 
belum berkeluarga. Keluarga merasa malu jika ada anggota keluarga yang tidak 
menikah.  Begitu juga jika dalam perkawinan anak-anaknya terjadi perceraian 
atau perpisahan mereka merasa malu dengan tetangga ataupun sanak famili. 

Anggapan masyarakat pada umumnya bahwa setiap orang harus menjadi bagian dari 
satu pasangan agar menjadi bahagia. Apabila ada salah seorang anak dalam 
keluarga menikah dengan seseorang yang terpandang, kaya raya, terpelajar, 
keturunan darah biru, dengan berbagai kelebihannya maka harga diri dan harkat 
martabat keluarga menjadi terangkat namun sebaliknya jika anak dalam keluarga 
menikah dengan orang yang dianggap rendah maka keluarga itu merasa dipermalukan 
dan jatuh. Dengan segala upaya orang tua ataupun pihak keluarga akan 
menghalangi atau menolak karena perkawinan itu dianggap tidak seimbang atau 
sekelas.

Demikian pula banyak yang merasa belum menjadi insan seutuhnya tanpa adanya 
partner ataupun pasangan hidup. Bahkan mereka menjadi insan yang gagal apabila 
tidak mendapatkan jodoh atau perkawinan tidak berjalan sebagaimana semestinya. 
Pandangan ini tentu saja tidaklah sepenuhnya benar. Dalam masyarakat modern 
dimana kesibukan begitu menyita waktu kita, bahkan seorang perempuan yang 
bekerja dan berpenghasilan sendiri tanpa seorang partner merupakan pemandangan 
yang biasa. Namun disisi lain pandangan umum masyarakat kita dari dulu hingga 
sekarang, masih memandang dan mengharapkan perkawinan atau hidup berpasangan 
sebagai kehidupan yang paling sempurna dan kegagalan ataupun kesendirian 
dianggap 'aib' yang harus dijauhi.

Bila kita mengalami hal itu, masih dalam kesendirian atau mengalami kegagalan 
dalam perkawinan tidak usah terlalu risau dan juga bukanlah aib yang harus 
dijauhi. Yang paling penting dekatkanlah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala 
dan penyerahan hati secara total maka membuat hati anda menjadi lebih tenang, 
Allah tidak akan membiarkan anda berjalan sendirian dalam kesepian.

'Apa yang disisimu akan lenyap dan apa yang disisi Allah adalah kekal. Dan 
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan 
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.' (QS. an Nahl : 96).

Wassalam,
agussyafii

----
Yuk hadir pada kegiatan 'Amalia Nan Fitri' (MANAF)  di Rumah Amalia, Jl. 
Subagyo IV Blok ii, No. 23 Komplek Peruri, Ciledug. pada hari Ahad,  tanggal 10 
Oktober 2010. Jam 9 s.d 11 Pagi. Kirimkan dukungan dan partisipasi anda di  
http://agussyafii.blogspot.com/, http://www.twitter.com/agussyafii atau sms di 
087 8777 12 431.




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke