*Kolom IBRAHIM ISA* *Rabu, 23 Juni 2010*
*-------------------------------------* *MENGUNGKAP LATAR BELAKANG 'DUKUNGAN' AUSTRALIA PADA TIMOR LESTE* *Ketika -- S*etengah abad yang lalu, Amerika Serikat 'gairah' bersimpati memberikan 'dukungan' kepada Republik Indonesia dalam konfliknya dengan Kerajaan Belanda, latar belakang 'dukungan' tsb adalah demi kepentingannya sendiri. Yaitu menyelamatkan, bahkan perluasan investasi modal dan 'milik' Amerika di Indonesia. Kepentingan perusahaan minyak raksasa Amerika di Indonesia, sperti Stanvac, Standard Oil dan Caltex, adalah latar belakang 'simpati' dan 'dukungan' Amerika pada Republik Indonesia. Kepentingan strategi Perang Dingin adalah elemen lainnya yang melatarbelakangi sikap AS terhadap konflik Indonesia-Belanda paro-kedua abad lalu. Keterlibatan AS dengan Kup Jendral Suharto 1965, dan didirikannya rezim Orba, serta bantuan politik, ekonomi dan militer terhadap rezim Suharto, idem-dito punya latar belakang kepentingan sendiri yang sama. Sikap AS terhadap Indonesia dewasa ini, sama saja, latarbelakangnya adalah kepentingan sendiri yang sama juga. * * * Catatan media Australia dan mancanegara, serta perkembangan selanjutnya, menjelaskan apa latar-belakang sikap Australia mendukung rezim Orba melakukan agresi, okupasi dan aneksasi di Timor Leste. Latar belakangnya adalah pertimbangan kepentingan ekonomi jangka panjang Australia di Indonesia dan Timor Timur. Situasi berubah. Disusul tergulingnya Presiden Suharto. Rezim Orba berantakan. Australia berbalik memberikan 'dukungan' pada perjuangan rakyat Timor Leste. 'Dukungan' ini jauh dari murni. Australia melihat bahwa betapapun rakyat Timor Leste akan mencapai kemerdekaannya. Australia harus merintis hubungan baru dengan Timor Leste. Tentu sikap pemerintah Australia ini tidak bisa disamakan dengan sikap prinsipil rakyat Australia umumnya, yang sejak semula memberikan simpati dan dukungannya yang sungguh-sungguh tanpa pamrih, pada perjuangan rakyat Timor Leste untuk kemerdekaan nasionalnya. Rakyat Australia penuh simpati dengan penderitaan rakyat Timor Timur di bawah pendudukan militer Indonesia selama 25 tahun. Menurut laporan sebuah komisi independen yang dibentuk PBB, jumlah korban di fihak rakyat Timor Timur selama pendudukan militer Indonesia tidak kurang dari 100.000 rakyat yang tewas. * * * Perhatikan apa yang terjadi belakangan: Betapa palsunya apa yang dinakaman 'bantuan' Australia pada Timor Leste. Ikuti berita BBC (23 Juni 2010), sbb: "Presiden Timor Leste, Ramos Horta, baru-baru ini menyatakan, bahwa bantuan pembangunan Australia *salah arah.* Dalam surat kepada Duta Besar Australia menjelang kunjungan, Presiden Ramos Horta menyatakan sebagian besar dana donor dibelanjakan bukan untuk Timor Leste, tapi untuk biaya konsultan, misi penelitian, laporan dan rekomendasi. "Minyak dan gas yang berada di bawah perairan Laut Timor juga menjadi titik pertikaian lain. Sejak Timor Leste merdeka dari Indonesia pada tahun 2002, perundingan soal simpanan migas yang sangat berharga berlangsung penuh sengketa. Sejak lama Australia dengan bernafsu 'melirik' sumber-sumber minyak dan gas yang kaya raya di bawah perairan Timor Leste. Lagi berita BBC: "Di negara tempat 50% penduduk Timor Leste hidup dengan 1 dolar per hari, banyak orang memandang *Australia dan perusahaan sumber daya alam berniat jahat untuk merebut bagian dalam jumlah yang terlalu besar, dan tidak berbuat cukup untuk menciptakan lapangan kerja di wilayah Timor Leste*." * * * Apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menebus dosa menimbulkan begitu banyak korban di fihak rakyat Timor Timur tak jelas. Paling tidak satu hal bisa dilakukan oleh pemerintah Indonesia! Yaitu -- Secara tebuka dimuka umum nyatakan penyesalan pemereintah Indonesia, dan minta maaf atas kesalahan melakukan agresi, pendudukan dan aneksasi Timor Timur. Sikap pemerintah Indonesia yang jujur mengakui kesalahan sejarah mengagresi, menduduki dan menganeksasi Timor Timur, diharapakna akan membuka mata para elite politik yang duduk di pelbagai parpol dan lembaga-lembaga kekuasaan negeri lainnya, yang sampai dewasa ini mempertahankan dukungannya pada politik Orba, mengagresi, menduduki dan menganeksasi Timor Timur. * * * [Non-text portions of this message have been removed]