Kolom IBRAHIM ISA ---------------------------- Jum'at, 21 Juli 2006 BACALAH ARTIKEL Prof A. SYAFII MAARIF: "DEMI KEUTUHAN BANGSA" <"Ujungnya `Perda Syariah' Akan Menjadi Bumerang!">
Kepada pembaca, aku sarankan, bahkan amat menganjurkan untuk meluangkan sedikit waktu, menyimak artikel Prof. A. Syafii Maarif yang ditulisnya di s.k. "Republika", 11 Juli y.l. Mengapa kuanggap tulisan Maarif tsb penting sekali? Pertama karena artikel tsb membicarakan masalah yang amat aktuil tetapi juga "gawat". Yaitu masalah pemberlakuan belakangan ini yang popler disebut "Perda Syariah". Yaitu diberlakukannya sementara Syariah Islam di beberapa daerah, sesudah pemberlakuan u.u otonomi daerah. Alasan kedua ialah, karena artikel itu ditulis oleh tokoh yang faham benar mengenai topik yang ditulisnya itu. Siapa Syafei Maarif (71)? Sebagai seorang tokoh Islam berkepedulian bangsa, nama beliau tidak asing dikalangan masyarakat Indonesia. Pada peluncuran otobiografinya, Juni y.l., berjudul "Titik-titik Kisar di Perjalananku" , a.l. kita dapat komentar sbb: Menurut Direktur Maarif Institute, otobiografi Maarif ini merupakan secercah harapan seorang anak bangsa untuk tetap menjadi pelita di kala kegelapan transisi politik masih membayangi langit Indonesia. Diungkapkan a.l., bahwa Syafii mencerminkan orang yang konsisten antara perkataan dan perbuatannya, yaitu menyatu.Dalam konteks organisasi, Muslim Abdurrahman, Cendekiawan Muslim, menegaskan, bahwa Muhammadiyah di tangan Syafii Maarif ini bisa menghilangkan "imajinasi" masyarakat tentang Muhammadiyah sebagai organisasi eksklusif. Dan beliau ini sebagai payung intelektual, khususnya untuk kalangan muda Muhammadiyah. Sebagaimana halnya di NU, ada Gus Dur. Melihat sosok kepribadiannya, Bikhu Sri dari Magelang, mengungkapkan, bahwa Syafii Marif ini adalah sosok yang bijaksana, memberikan pelajaran kebajikan, sabar, hati-hati, dan penuh kebersamaan. Menurut Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, Syafii Maarif sangat menghargai terhadap perbedaan dan terbuka terhadap agama lain, sehingga beliau sebagai sosok bapak bangsa sangat tepat. Tegasnya. Demikian sementara kesan orang yang mengenalnya tentang Syafii Maarif. * * * Sebuah parpol Islam, seperti PBB (Ketua: Yusril Ihza Mahendra yang sekarang menjabat posisi sebagai Sekretaris Negara), baru-baru ini secara khusus memberikan pengharagaan kepada Gubernur Sumatera Barat, berkenaan dengan sikapnya yang pro-"Perda Syariah". Artinya mendorong pelaksanaan "Perda Syariah" tsb di Sumbar dan tentunya berharap juga di propinsi dan daerah lain supaya "Perda Syariah" itu juga diberlakukan. Prof Syafii Maarif memperingatkan pembacanya bahwa " konsep integrasi nasional masih labil". Bahwa "Proses nation and character building sama sekali jauh dari selesai". Kemudian Prof S. Maarif mencanangkan bahwa, "Keinginan untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam perda, mengapa tidak diintegrasikan saja dalam perda biasa, tidak dalam format Perda Syariah yang dapat melemahkan pilar-pilar integrasi masyarakat dan bangsa, dan ini berbahaya sekali." Lalu Prof Maarif memberikan jalan keluar dengan menunjukkan bahwa, "perjuangan antimaksiat pada hakikatnya adalah perjuangan semua golongan" . . Dan itu semua dapat dilakukan di bawah payung Pancasila, khususnya sila pertama". Berbicara mengenai kedudukan Syariah Islam dalam sejarah, Prof. Maarif menunjukkan: "Secara umum, bukankah isi syariah yang diwarisi sekarang ini sebagian besar adalah hasil ijtihad abad pertengahan yang pasti terikat dengan ruang dan waktu? Bukankah kegagalan proyek negara Islam Pakistan yang sarat dengan korupsi itu adalah karena kegagalan ulama konservatif untuk berurusan dengan perkembangan zaman yang bergulir tanpa henti? Mereka mengharamkan kaum perempuan jadi pemimpin, sedangkan kaum lelakinya juga tidak becus mendaratkan pesan Alquran berupa rahmat bagi seluruh alam pada proyek negara Islam yang semula didukung oleh seluruh energi bangsa baru itu." Artikel yang ditulis oleh Prof. Syafii Maarif amat relevan dengan situasi kongkrit di Indonesia dewasa ini. Maka silakan pembaca membaca dan mempertimbangkannya sendiri: * * * DEMI KEUTUHAN BANGSA Oleh : Ahmad Syafii Maarif -- <Republika, Selasa, 11 Juli 2006 Ternyata apa yang dikenal dengan konsep integrasi nasional masih labil. Proses nation and character building sama sekali jauh dari selesai. Kita semua, terutama para pemimpin formal, sejak proklamasi telah lengah dan lalai dalam merawat dan memelihara rasa kekitaan anak bangsa ini karena berasumsi bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang sudah mapan, kokoh, dan pasti tahan banting. Perkiraan ini jelas ahistoris, tidak berpijak atas fakta sejarah. Mengapa? Alasannya sangat gamblang. Indonesia sebagai bangsa, bukan kumpulan suku bangsa, baru muncul awal 1920-an. Sebab itu, pendapat yang mengatakan bahwa Indonesia sudah muncul sejak zaman Kerajaan Kutai yang Hindu awal abad ke-5 atau sejak kerajaan maritim Sriwijaya yang Budis akhir abad ke-7, jelas mengada-ada. Tetapi, bahwa bekas kedua kerajaan itu kemudian menjadi bagian Indonesia modern, sepenuhnya didukung fakta sejarah. Sebagai bangsa muda, kita harus ekstra hati-hati merawat Indonesia ini. Kecerobohan sentralistik selama empat dasawarsa yang lalu jangan diulang lagi pada masa depan, sebab risikonya adalah bahwa doktrin bhinneka tunggal ika bisa berantakan, dan bangsa muda ini dapat berkeping- keping, sesuatu yang harus dicegah. Kegagalan kita dalam upaya pencegahan proses disintegrasi ini pastilah akan berujung dengan malapetaka: musnahnya Indonesia dari peta sejarah. Suatu tragedi bukan, jika itu terjadi? Sebab itu, pendekatan yang serba politik-legalistik dalam memperjuangkan suatu kehendak atau aspirasi politik hendaklah mempertimbangkan kondisi bangsa yang masih muda dan rentan ini. Keinginanan untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam perda, mengapa tidak diintegrasikan saja dalam perda biasa, tidak dalam format Perda Syariah yang dapat melemahkan pilar-pilar integrasi masyarakat dan bangsa, dan ini berbahaya sekali. Bukankah perjuangan antimaksiat pada hakikatnya adalah perjuangan semua golongan? Dan itu semua dapat dilakukan di bawah payung Pancasila, khususnya sila pertama. Selain itu, perlu pula dipertimbangkan kenyataan yang berlaku selama ini. Berapa banyak undang-undang yang bertujuan melawan maksiat tetapi kandas dalam proses eksekusinya karena sebagian aparat penegak hukum merupakan bagian dari dunia gelap itu. Sebutlah misalnya masalah perjudian dan pelacuran. Sudah menjadi rahasia umum di mana-mana bahwa tempat-tempat maksiat itu pasti ada yang melindungi. Lingkaran setan semacam inilah yang harus dikaji betul secara sosiologis dengan kepala dingin melalui pemikiran dan pertimbangan yang matang. Cara-cara emosional, demo dengan teriakan 'Allahu Akbar' segala, apalagi ditunggangi oleh kepentingan politik jangka pendek, pastilah akan bermuara pada kegagalan yang melelahkan. Ujungnya Perda Syariah akan menjadi bumerang. Jika kenyataan ini berlaku, dari sisi dakwah, sungguh merupakan malapetaka. Orang akan mencibir: ternyata produk yang serba syariah itu tidak membuahkan kenyamanan dan ketenteraman. Masalah ini jauh dari sederhana. Maka, otak-otak sederhana harus mau bertanya kepada ahl al-dzikr (para pakar) dari berbagai latar keilmuan melalui pendekatan interdisiplin. Tengoklah ia dari berbagai sudut pandang. Libatkan para pakar yang berkualitas dari UIN/IAIN di samping pakar dari perguruan tinggi umum. Hendaklah disadari benar bahwa proyek legalisasi syariah adalah sesuatu yang sangat serius. Saya tidak mau menyaksikan sebuah Islam yang gagal memperbaiki akhlak bangsa yang sedang rapuh ini, gara-gara kedunguan kita. Secara umum, bukankah isi syariah yang diwarisi sekarang ini sebagian besar adalah hasil ijtihad abad pertengahan yang pasti terikat dengan ruang dan waktu? Bukankah kegagalan proyek negara Islam Pakistan yang sarat dengan korupsi itu adalah karena kegagalan ulama konservatif untuk berurusan dengan perkembangan zaman yang bergulir tanpa henti? Mereka mengharamkan kaum perempuan jadi pemimpin, sedangkan kaum lelakinya juga tidak becus mendaratkan pesan Alquran berupa rahmat bagi seluruh alam pada proyek negara Islam yang semula didukung oleh seluruh energi bangsa baru itu. Dalam perspektif di atas, adalah sikap gegabah yang sia-sia bila orang dengan gampang menuduh orang lain sekuler jika tidak mendukung gagasan negara Islam, seperti yang kita alami tahun 1950-an. Pengalaman Indonesia menjelang dan pascaproklamasi tentang masalah dasar negara cukup kaya untuk kita buka kembali. Janganlah energi bangsa yang sudah hampir habis terkuras ini digunakan dengan serampangan, semata-mata karena kebahlulan kita dalam membaca masyarakat Indonesia yang plural, heterogen, dan rentan ini. "Maka, ambillah pelajaran (secara sunguh-sungguh), wahai kamu yang diberi penglihatan tajam," seru Alquran dalam surat al-Hasyr (59): 2 * * * * * ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> See what's inside the new Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas nama RETNO WULANDARI. Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa. ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/