Assalamualaikum
Warohmatullohi Wabarokatuh

Bissmillahirrohmaanirrohiim

“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. Dan berpeganglah kamu
semua dengan tali Allah dan jangan berpecah-belah. Dan ingatlah nikmat Allah
terhadapmu ketika kamu saling bermusuhan maka Dia satukan hati kamu lalu kamu
menjadi bersaudara dengan nikmat-Nya dan ingatlah ketika kamu berada di bibir
jurang neraka lalu Dia. selamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah
menjelaskan kepada kamu ayat-ayat-Nya agar kamu mendapat petunjuk.” QS. Ali 
Imran [3] : 102-103



“dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka 
ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa.” QS. Al An’am [6] : 153



Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

“Berpeganglah
dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang terbimbing, gigitlah dengan
gerahammu dan hati-hatilah kamu terhadap perkara yang baru karena sesungguhnya
setiap bid’ah itu adalah sesat.” (HR. Ahmad 4/126, At Tirmidzy 2676, Al Hakim
1/96, Al Baghawy 1/205 nomor 102)



Hudzaifah
bin Al Yaman radliyallahu 'anhu berkata :

“Hai
para Qari’ (pembaca Al Quran) bertaqwalah kepada Allah dan telusurilah jalan
orang-orang sebelum kamu sebab demi Allah seandainya kamu melampaui mereka
sungguh kamu melampaui sangat jauh dan jika kamu menyimpang ke kanan dan ke
kiri maka sungguh kamu telah tersesat sejauh- jauhnya.” (Al Lalikai 1/90 nomor
119, Ibnu Wudldlah dalam Al Bida’ wan Nahyu ‘anha 17, As Sunnah Ibnu Nashr 30)



Imam
Az Zuhry berkata, ulama kita yang terdahulu selalu mengatakan :

“Berpegang
dengan As Sunnah itu adalah keselamatan. Dan ilmu itu tercabut dengan segera
maka tegaknya ilmu adalah kekokohan Islam sedangkan dengan perginya para ulama
akan hilang pula semua itu (ilmu dan agama).” (Al Lalikai 1/94 nomor 136 dan Ad
Darimy 1/58 nomor 16)



Ibnu
Mas’ud radliyallahu 'anhu berkata :

“Berpeganglah
kamu dengan ilmu (As Sunnah) sebelum diangkat dan berhati- hatilah kamu dari
mengada-adakan yang baru (bid’ah) dan melampaui batas dalam berbicara dan
membahas suatu perkara, hendaknya kalian tetap berpegang dengan contoh yang
telah lalu.” (Ad Darimy 1/66 nomor 143, Al Ibanah Ibnu Baththah 1/324 nomor
169, Al Lalikai 1/87 nomor 108, dan Ibnu Wadldlah 32)



Dan
ia juga mengatakan bahwa :

“Sederhana
dalam As Sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh di dalam bid’ah.” (Ibnu
Nashr 30, Al Lalikai 1/88 nomor 114, dan Al Ibanah 1/320 nomor 161)



Sa’id
bin Jubair (murid dan shahabat Ibnu Abbas) berkata --mengenai ayat- - : “Dan
beramal shalih kemudian mengikuti petunjuk.” (QS. Thaha : 82)

Yaitu
senantiasa berada di atas As Sunnah dan mengikuti Al Jama’ah. (Al Ibanah 1/323
nomor 165 dan Al Lalikai 1/71 nomor 72)



Umar
bin Abdul Aziz dalam risalahnya untuk salah seorang aparatnya mengatakan :

Dari
Umar bin Abdul Aziz Amirul Mukminin kepada Ady bin Arthaah :

“Segala
puji hanya bagi Allah yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia.

Kemudian
daripada itu :

Saya
wasiatkan kepadamu, bertaqwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam
(menjalankan) perintah-Nya dan ikutilah sunnah Nabi-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam dan tinggalkanlah apa yang diada-adakan ahli bid’ah terhadap sunnah yang
telah berlalu dan tidak mendukungnya, tetaplah kamu berpegang dengan sunnah
karena sesungguhnya ia telah diajarkan oleh orang yang tahu bahwa perkara yang
menyelisihinya adalah kesalahan atau kekeliruan, kebodohan, dan keterlaluan
(ghuluw). Maka ridlailah untuk dirimu apa yang diridlai oleh kaum itu
(shahabat) untuk diri mereka sebab mereka sesungguhnya berhenti dengan ilmu dan
menahan diri dengan bashirah yang tajam dan mereka dalam menyingkap hakikat
segala perkara lebih kuat (mampu) apabila di dalamnya ada balasan yang baik.
Jika kamu mengucapkan bahwa ada suatu perkara yang terjadi sesudah mereka maka
ketahuilah tidak ada yang mengada-adakan sesuatu sesudah mereka melainkan
orang-orang yang mengikuti sunnah yang bukan sunnah mereka (shahabat) dan
menganggap dirinya tidak membutuhkan mereka. Padahal para shahabat itu adalah
pendahulu bagi mereka. Mereka telah berbicara mengenai agama ini dengan apa
yang mencukupi dan mereka telah jelaskan segala sesuatunya dengan penjelasan
yang menyembuhkan, maka siapa yang lebih rendah dari itu berarti kurang dan
sebaliknya siapa yang melampaui mereka berarti memberatkan. Maka sebagian
manusia ada yang telah mengurangi hingga mereka kaku sedangkan para shahabat
itu berada di antara keduanya yaitu di atas jalan petunjuk yang lurus.” (Asy
Syari’ah 212)



Ibnu
Baththah berkata :

“Sungguh
demi Allah, alangkah mengagumkannya kecerdasan kaum itu, betapa jernihnya
pikiran mereka, dan alangkah tingginya semangat mereka dalam mengikuti sunnah
nabi mereka dan kecintaan mereka telah mencapai puncaknya hingga mereka sanggup
untuk mengikutinya dengan cara seperti itu. Oleh sebab itu ikutilah tuntunan
orang-orang berakal seperti mereka ini --wahai saudara- saudaraku-- dan
telusurilah jejak-jejak mereka niscaya kalian akan berhasil menang dan jaya.”
(Al Ibanah 1/245)



Al
Auza’i berkata :

“Berpeganglah
dengan atsar Salafus Shalih meskipun seluruh manusia menolakmu dan jauhilah
pendapatnya orang-orang (selain mereka) meskipun mereka menghiasi perkataannya
terhadapmu.” (Asy syari’ah 63)




Disadur dari Buku “ Kilauan
Mutiara Hikmah” Oleh Syaikh Bin Farihan Al Haritsi  (Abu Abdillah) Penterjemah 
Idral Harits (Jogjakarta)

 

Semoga
Bermanfaat, dan mohon maaf bila tidak berkenan

 

Wassalamualaikum
Wr Wb

 

 

Mujiarto
Karuk




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke