Waktu Bergulir Sangat Lambat di Kebun Teh sumber : Kompas, Swara, Senin 23 Juli 2006 Oleh : Ninuk M Pambudy dan Susi Ivvaty
Hari sudah merambat masuk ke pukul 10.00 di kebun teh Gunung Mas di kawasan Puncak, Jawa Barat. Sekitar 20 perempuan yang wajahnya dilindungi topi bercaping lebar dengan cekatan bekerja di antara pohon-pohon teh yang tingginya di bawah dada. Matahari pagi terasa hangat di kulit, kontras dengan udara sejuk pegunungan. Para perempuan itu sudah memanggul keranjang bambu di punggungnya sejak paling tidak pukul 06.00 ketika mereka berangkat dari tempat tinggal mereka di dalam kebun dengan berjalan kaki. Dari jumlah 20-an pekerja di satu blok itu, hanya ada dua tenaga pemetik laki-laki. "Bangun pagi jam empat, beres-beres rumah, masak, shalat, terus berangkat. Sampai di kebun jam setengah tujuh, sarapan dulu sedikit bekal yang dibawa. Nanti, jam sebelas, habis daun hasil petikan ditimbang, baru ramai-ramai dengan teman-teman makan bekal," kata Mak Puah (48), yang sudah 30 tahun menjadi pemetik teh. Sebagai pemetik jam kerja mereka tujuh jam, sama seperti pekerja lainnya. Tetapi, sebagai perempuan jam kerja mereka amat panjang. Sepulang dari kebun pukul 14.00, para pemetik teh akan kembali berjalan kaki pulang ke rumah. Istirahat sejenak, pukul 15.00 mereka akan mulai memasak, mandi, dan shalat. Sekitar pukul 17.00 adalah saat makan kedua mereka hari itu, kali ini bersama anggota keluarga lainnya. Dari magrib hingga saat tidur pukul 21.00 adalah waktu untuk mengerjakan hal-hal lain, seperti memperbaiki sarung tangan dan peralatan memetik teh, membereskan rumah, dan tetek bengek lain. "Kadang ngobrol sama suami. Suami bangun jam lima, waktu shalat subuh," tutur Puah yang punya empat anak, tiga sudah menikah dan yang bungsu baru kelas VI sekolah dasar. Berubah lambat Kehidupan sebagai pemetik teh berubah lambat dari masa ke masa. Mies Grijns dalam tulisannya, "Tea-Pickers in West Java as Mothers and Workers" (dalam Indonesian Women in Focus, 1992), mencatat antara lain bahwa pembagian kerja berdasarkan jender terjadi di dalam rumah tangga dan di kebun teh. Di rumah, perempuan bertanggung jawab untuk urusan rumah tangga seperti juga norma umum yang berlaku di masyarakat. Norma juga memberlakukan laki-laki sebagai kepala keluarga pada masyarakat Sunda juga mengenal oposisi antara basah-kering, di dalam-di luar, perempuan-laki-laki. Tetapi, dalam praktik, perempuan berperan sebagai istri, ibu rumah tangga, dan pencari nafkah juga. Yayah (40), misalnya, memilih tetap menjanda setelah tiga tahun lalu suaminya meninggal. Ia ingin berkonsentrasi membesarkan dua anaknya sampai mereka dapat hidup layak. Yang sulung sudah lulus SMU dan yang bungsu masih kelas VI sekolah dasar (SD). Menyekolahkan anak hingga lulus SMU merupakan prestasi sendiri bagi pemetik teh dan merupakan salah satu perubahan yang terjadi sejak kebun teh mulai ada di Indonesia pada abad ke-17. Mereka berani berharap anak-anak mereka menjadi lebih baik kehidupannya dari mereka. Pendidikan mereka sendiri umumnya tidak lulus SD dan menjadi pemetik teh dengan belajar dari ibu mereka. Yayah menumpukan harapan untuk kehidupan yang lebih baik pada anak bungsunya. "Dia mau jadi dokter. Kaget juga saya waktu dia berkata begitu. Saya terharu, tetapi mana mungkin," tutur Yayah, yang kini dibantu anak sulungnya yang berjualan minuman di agrowisata Gunung Mas. "Makanya, yang penting adalah bekerja dan terus bekerja. Syukur kalau hasil kerja itu bisa membiayai. Kalau tidak, ya hanya bisa mendoakan." Keinginan yang sama juga diungkapkan Otih (53), pemetik teh warga Kertamanah, Pengalengan, Bandung. Dia sampai harus mengutang untuk menyekolahkan ketiga anaknya, meskipun hanya anak perempuannya, Lilis, yang sangat ingin melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi. "Saya sedang berusaha mengumpulkan uang untuk sekolah Lilis. Paling tidak ke SMA dulu. Ke depan, masih belum tahu," tutur Otih, yang juga orangtua tunggal. Sebagai pemetik teh yang sudah diangkat sebagai karyawan PT Perkebunan VIII, mereka menerima penghasilan tiap bulan sesuai upah minimum regional, Rp 530.000. Di luar itu mereka menerima uang tunjangan hari raya Rp 400.000, insentif cuti Rp 230.000 untuk cuti 12 hari kerja per tahun, selain bonus prestasi sekitar Rp 55.000 tiap bulan. Di tempat kerja Di tempat kerja, pembagian kerja berdasarkan jender tampak jelas, untuk keuntungan pekerja sendiri maupun perusahaan. Para pemetik teh sebagian besar adalah perempuan. Kalaupun ada yang laki-laki biasanya adalah karyawan yang baru diangkat dengan tujuan supaya mereka memahami tiap jenis pekerjaan. Meskipun teh dipanen sepanjang tahun, ada masa puncak panen dan ada masa panen terendah, yaitu pada musim kering. Pekerja laki-laki biasanya memetik teh bila di pemeliharaan tanaman kelebihan orang. Perempuan terutama menjadi pemetik teh karena dianggap memiliki tangan lebih terampil dan sensitif memilih pucuk teh yang boleh dipetik. Tidak ada pembedaan upah untuk pekerja perempuan atau laki- laki pada saat mulai bekerja karena mengikuti UMR dan peraturan pemerintah memang tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Perbedaan akan terjadi ketika masing-masing karyawan naik golongan. Di lapangan, pekerjaan membersihkan kebun dan menyemprot hama- penyakit menjadi pekerjaan laki-laki karena alat penyemprot dipanggul di punggung dan pekerjaan itu dianggap tidak cocok untuk perempuan. Dan ada satu lagi yang berubah di Gunung Mas. Karena perkebunan ini juga daerah agrowisata, mereka kini tak malu lagi berfoto bersama wisatawan atau jadi figuran sinetron dengan menetapkan tarif Rp 10.000-20.000 untuk tiap pose. Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas nama RETNO WULANDARI. Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa. ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/