http://www.indomedia.com/bpost/062006/1/opini/opini1.htm

Pendidikan Anak Usia Dini:
Prakawah Candradimuka Cetak SDM Berkualitas

Oleh: M Taufik
Wartawan BPost



Dalam 30 tahun terakhir, AUD kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Dalam mencetak SDM berkualitas, pemerintah hanya terfokus pada anak berusia enam tahun ke atas melalui program Wajib Belajar (Wajar) Enam Tahun yang kemudian menjadi Wajar Sembilan Tahun.

BACALAH kalimat ini: "Menciptakan lingkungan belajar yang mendorong terbangunnya harga diri yang positif pada anak, dengan mengedepankan nilai-nilai anti diskriminasi, pengutamaan pada kebutuhan anak, penghargaan pada keunikan setiap anak, dan penghargaan terhadap peran serta seluruh komponen pendidikan."

Kalimat tersebut merupakan filosofi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diluncurkan pemerintah pada 1998 dan sudah diujicoba di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat, Bali dan Sulawesi Selatan. Hasilnya, sampai akhir 2005, 28 persen dari 11,9 juta anak usia dini (AUD) usia dua sampai empat tahun tercover oleh pelayanan lembaga pendidikan baik nonformal maupun pemerintah. Bahkan di 2009, pemerintah menargetkan sekitar 35 juta AUD mendapat pelayanan PAUD ini.

Sayangnya, filosofi program PAUD itu belum memasyarakat. Ini terjadi karena banyak faktor, salah satunya semua komponen bangsa terlalu disibukkan dengan urusan pribadi dalam mengejar jabatan dan harta. Akibatnya, keberadaan filosofi itu pun tanpa makna. Seperti air menetes di daun keladi. Ini seharusnya sangat kita sayangkan.

Kalau dicermati, filosofi program PAUD mempunyai kekuatan besar untuk mengubah sudut pandang bangsa ini terhadap upaya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Hal ini tecermin pada tujuan akhir dari program PAUD, yakni menghasilkan SDM berkualitas sejak dini. Ini artinya, pemerintah tidak lagi menganaktirikan AUD.

Dalam 30 tahun terakhir, AUD kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Dalam mencetak SDM berkualitas, pemerintah hanya terfokus pada anak berusia enam tahun ke atas melalui program Wajib Belajar (Wajar) Enam Tahun yang kemudian menjadi Wajar Sembilan Tahun. Juga, program beasiswa murid SD, siswa SMP dan SMA serta mahasiswa berprestasi.

Dengan adanya program PAUD yang fokusnya pada AUD, pemerintah mulai memberikan perhatian yang sama. Dalam hal anggaran, misalnya, pemerintah mengucurkan dana ratusan miliar. Pada 2000 dan 2001 --PAUD belum memiliki anggaran sendiri tetapi mendompleng-- dengan nilai masing-masing Rp13,8 miliar dan Rp37,9 miliar. Pada 2002, PAUD mendapat anggaran sendiri sebesar Rp43 miliar. Pada 2003 sebesar Rp68,3 miliar, 2004 Rp 98 miliar dan terbesar pada 2005 yakni Rp109 miliar.Kenapa Harus Diusia Dini?

TERNYATA AUD merupakan salah satu modal dasar yang sangat berharga untuk menghasilkan SDM berkualitas. Alasannya, pada usia itu kecerdasan anak berada pada posisi keemasaan (golden age).

Menurut hasil penelitian di bidang neurologi, perkembangan otak anak tumbuh pesat di usia dini. Salah satu hasil penelitian yang penting dicatat, pada usia empat tahun kapasitas kecerdasan anak mencapai 50 persen dan delapan tahun mencapai 80 persen. Jadi, terlihat betapa pesat pertumbuhan anak pada masa-masa itu.

Ahli lainnya menyebutkan, ketika dilahirkan, otak bayi mengandung 100 miliar neuron dan sekitar satu triliun sel galia yang berfungsi sebagai perekat. Selama tahun-tahun pertama, otak bayi berkembang pesat dengan menghasilkan neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sambungan itu harus diperkuat melalui berbagai rangsangan, karena kalau tidak akan mengalami atrohy (menyusut dan musnah). Banyaknya sambungan itulah yang memengaruhi tingkat kecerdasan anak.

Nah, karena AUD memiliki potensi yang sangat baik dalam melahirkan SDM berkualitas dan unggul, maka sangat tidak salah kalau pemerintah mengeksplorasi kecerdasan yang ada pada AUD tersebut.

Negara maju seperti Amerika, Jerman, Jepang, Cina sudah melakukannya. Bahkan, Singapura dan Malaysia pun sudah jauh hari melaksanakan program yang berhubungan dengan penggalian potensi AUD. Hasilnya, sekarang semua itu memiliki SDM yang sangat baik. Bahkan di mata dunia, menurut laporan Human Development Indeks (HDI) 2004, dari 175 negara tingkat pendidikan Singapura berada di urutan 25 dan Malaysia di 58.

Bagaimana Indonesia? Karena kurang menggali potensi kecerdasan AUD, tingkat pendidikan Indonesia di mata dunia berada di 'kasta' terendah. Indonesia di peringkat 111 dari 175 negara. Yang memprihatinkan, menurut laporan HDI, kualitas manusia Indonesia benar-benar jauh lebih lebih rendah dari Brunei (33), Thailand (76), dan Filipina (83). Bahkan lebih rendah dari negara 'terbelakang' seperti Kirgistan (110), Guinea-Katulistiwa (109), dan Aljazair (108).

Akibatnya pun bisa kita rasakan sekarang. Republik ini tengah mengalami krisis SDM berkualitas. Buktinya, negara kita tercinta ini dipecundangi negara yang maju pendidikannya seperti Amerika, Jepang dan lainnya. Kekayaan alam kita dikurasnya sampai habis, sementara kita tak bisa berbuat apa-apa apalagi menikmatinya.

Lebih miris lagi, bangsa kita tidak sanggup menahan krisis. Bahkan aneka krisis sudah berkecamuk yang menghantar kita pada keterpurukan. Saat ini kita pun sulit untuk bangkit kembali.

Berbeda dengan Singapura dan Malaysia. Ketika badai krisis menyerang, kedua negara itu tetap survive. Kenapa? Karena, mereka memiliki generasi yang tangguh untuk melawan krisis. Dan, ketangguhan ini merupakan dampak positif dari pelaksanaan pendidikan nasionalnya. Prakawah Candradimuka

SEKARANG, mau tidak mau, suka tidak suka, semua komponen bangsa harus satu suara, satu tindakan dan satu kebijakan guna mendukung program PAUD. Target 35 juta AUD akan mendapat pelayanan PAUD pada 2009 nanti, harus tercapai. Apa pun risiko dan pengorbanan yang dikeluarkan mencapai target itu. Mau ditaruh di mana muka ini, bila 10 tahun ke depan bangsa ini bangkrut karena mengalami krisis SDM berkualitas.

Untuk mencapai target itu, langkah awal yang dilakukan ratusan juta penghuni republik ini adalah membangun kesadaran bahwa program PUAD merupakan prakawah candradimuka untuk menghasilkan SDM unggul. Dikatakan prakawah candradimuka, karena keberadaan program PAUD hanya sebatas pada upaya membantu meletakkan dasar perkembangan anak sebelum memasuki pendidikan dasar. Artinya, AUD hanya diberikan stimulasi dan keterampilan dasar sebagai bekal untuk memasuki pendidikan dasar.

Kesadaran ini harus dilakukan secara universal, mulai dari pemerintah pusat sampai kelurahan. Dari anggota dewan yang terhormat sampai kelompok PKK. Dari tokoh masyarakat sampai orangtua. Dari orang kaya sampai tak berpunya. Kesadaran itu bisa dalam bentuk memasukkan anaknya ke taman bermain, taman pendidikan Alquran (TPA), kelompok bermain (playgroup), dan taman kanak-kanak, untuk persiapan memasuki jenjang sekolah. Dukungan lainnya bisa berupa pendanaan, menyediakan sarana/prasarana dan keterlibatan aktif dari masyarakat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan fasilitas PAUD.

Sejarah membuktikan, kesadaran universal itu bisa membuat Amerika maju seperti sekarang. Ceritanya, ketika Rusia meluncurkan pesawat Sputnik ke luar angkasa di akhir 1957, AS terkejut dan sadar bahwa negaranya tertinggal dari rivalnya tersebut.

Masyarakat dan politisi AS panik dan serta-merta menuding pendidikan sebagai biang keladi ketertinggalan bangsa AS dari Rusia. Presiden John F Kennedy segera menanggapi serius 'rendahnya mutu' pendidikan AS saat itu, dengan mencanangkan program pressing mutu pendidikan. Akhirnya pada 1969, Neil Amstrong berhasil mendaratkan Apollo di Bulan.

Inilah yang disebut Efek Sputnik Amerika, keterkejutan atas ketertinggalan yang membawa kepada kesadaran masyarakat Amerika perlunya sebuah perubahan.

Rasanya, Indonesia tidak perlu menunggu Malaysia atau Singapura mendaratkan apollonya ke bulan hingga panik dan terkejut betapa tertinggalnya pendidikan kita. HDI Indonesia ada di peringkat 111 dari 175 negara, cukup menyadarkan bangsa ini untuk bangun mengejar ketertinggal tersebut.

Untuk membangun kesadaran universal ini, memang tidak mudah dan akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi kalau tidak dilakukan sekarang ini, kapan lagi?

Di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) gerakan kesadaran ini harus dimulai. Keseriusan SBY merupakan kunci keberhasilan dalam membangkitkan kesadaran, bahwa PAUD merupakan 'program suci' yang harus dilakukan sekarang juga.

Ada 'empat harus' yang wajib dilakukan SBY bersama wakil dan menterinya. Khusus Menteri Pendidikan Nasional, pertama, harus berperan aktif menyosialisasi program PAUD kepada masyarakat baik melalui iklan di media cetak dan elektronik maupun pamflet dan brosur.

Kedua, harus menjadi komunikator yang baik dalam menyukseskan program PAUD ini. Ini untuk menghilangkan pengertian yang salah kaprah terhadap adanya program tersebut, misalnya, PAUD hanya untuk orang berduit. Selain itu, istilah PUAD ini sendiri masih 'asing' sehingga belum dipahami masyarakat luas. Selama ini pemahaman umum tentang pendidikan AUD masih terbatas TK. Ketiga, harus berperan sebagai motivator dalam memberdayakan semua potensi yang ada di masyarakat. Keberadaan kepala desa, tokoh agama, ketua RT/RW, karang taruna, tokoh adat dan kelompok PKK serta lainnya harus diberdayakan seoptimal mungkin. Misalnya, melibatkan mereka dalam perencanaan program PAUD di desa, kelurahan atau daerah masing-masing.

Keempat, ini yang sangat penting, harus menyediakan anggaran yang lebih banyak dan memang sudah dilakukan pemerintah. Buktinya, selama lima tahun terakhir anggaran PAUD menunjukkan grafik naik. Namun itu belum cukup. Pemerintah juga harus merangkul pengusaha berduit. Kalau perlu mereka dipaksa menjadi donatur tetap sebagai pendukung program PAUD, atau diwajibkan menyediakan tempat sekaligus tenaganya untuk melaksanakan PAUD buat anak karyawannya.

Keseriusan pemerintah dalam melaksanakan tindakan itu, juga sangat penting untuk menganulir anggapan sebagian masyarakat bahwa program PAUD itu hanya program panas-panas tahi ayam. Gencar di awalnya saja, tapi tidak jelas di akhirnya. Seperti gagalnya program ketahanan pangan dengan membuka lahan sejuta hektare di Dadahup, Kalimantan Tengah. Mudah-mudahan ini tidak terjadi.

Sentuhan Ibu

Sebenarnya, program PAUD tidak mutlak harus dilakukan di ruang yang khusus seperti sekolah. Dalam rumah pun bisa dilakukan. Di sinilah perlunya sentuhan seorang ibu.

Menurut hasil penelitian The Reiner Foundation pada 1999, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan seorang ibu dalam meningkatkan perkembangan otak anaknya. Di antaranya: memberi rangsangan berupa kehangatan dan cinta kasih yang tulus; memberi pengalaman langsung dengan menggunakan inderanya (penglihatan, pendengaran, perasa, peraba, penciuman); interaksi melalui sentuhan, pelukan, senyuman, nyanyian; mendengarkan dengan penuh perhatian; menanggapi ocehan anak; mengajak anak bercakap-cakap dengan suara yang lembut; memberikan rasa aman. Sentuhan tersebut sangat membantu dalam menstimulasi otak, untuk menghasilkan hormon yang diperlukan dalam perkembangan.

Di Jepang, sentuhan ibu dalam meningkatkan perkembangan otak, sudah bukan barang baru. Hampir seluruh keluarga yang mempunyai anak berusia nol sampai empat tahun, memprogramkan satu jam bersama anak. Selama satu jam itu, ibu setiap hari tanpa boleh diganggu kegiatan lain berinteraksi dengan anaknya untuk memberikan rangsangan yang sangat diperlukan anak. Cara ini terbukti memberikan pengaruh luar biasa terhadap perkembangan mereka.

Di Indonesia, cara seperti di Jepang itu pun bisa dilakukan, tanpa harus membedakan kelas sosial ekonomi. Kuncinya cuma satu, yakni ibu mau memberikan pengasuhan yang baik. Ini sangat penting untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak yang optimal.

Pada keluarga miskin, misalnya, di mana ketersediaan pangan di rumah tangga belum tentu mencukupi, seorang ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya dapat memanfaatkan sumber yang terbatas untuk dapat menjamin tumbuh kembang anaknya yang optimal. Sebagai contoh, menyusui anak adalah praktik memberikan makanan, kesehatan, dan pengasuhan yang terjadi bersamaan. Perilaku ibu seperti memelihara kebersihan rumah, hygiene makanan, kebersihan perorangan, dan praktik psikososial adalah faktor penting yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak.

Sentuhan seorang ibu merupakan cara paling murah dan efektif dalam mengoptimal dan meningkatkan perkembangan otak. Karena itu, sangat tidak bijak bila ibu tidak mau melakukannya. Bagaimana pun, seorang ibu dan juga kita semua harus sadar bahwa pendidikan AUD merupakan investasi yang tidak ternilai harganya bagi generasi bangsa


[Non-text portions of this message have been removed]



Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogja melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia 421-236-5541 atas nama RETNO WULANDARI.

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Islam Muslimah
Women in islam


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke