http://www.gatra.com/artikel.php?id=126744


Dampak Sunda Kelapa
Puluhan Ribu Buruh Menganggur


Jakarta, 3 Juni 2009 13:00
Krisis keuangan global sejak akhir 2008 membuat sebagian besar aktivitas 
pelayaran rakyat di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta, yang mengangkut barang 
kebutuhan pokok ke berbagai provinsi di Indonesia terhenti.

Akibatnya, puluhan ribu buruh angkut dan anak buah kapal di pelabuhan tersebut 
menganggur. Banyak di antaranya yang terpaksa pulang kampung ke Jawa Tengah dan 
Jawa Barat.

Hal itu dikatakan Pajidi, salah seorang juragan kapal yang mengurus barang 
masuk maupun keluar dari kedatangan maupun keberangkatan kapal di Jakarta, Rabu 
(3/6).

Dia mengatakan, akibat tidak ada kedatangan maupun keberangkatan kapal dari 
Sunda Kelapa membuat puluhan ribu buruh angkut di pelabuhan barang terbesar di 
Jakarta itu menganggur.

Sehingga, tidak sedikit buruh yang sebelumnya bekerja di kawasan itu kini 
pulang kampung dan sebagian lagi tetap bertahan dengan kondisi yang sangat 
memprihatinkan.

"Tidak jarang buruh harus menahan lapar karena tidak ada uang makan, sedangkan 
mau pulang kampung juga tidak ada ongkos," kata dia.

Hal yang sama disampaikan Djalil salah seorang anggota koperasi tenaga kerja 
bongkar muat di pelabuhan itu dan beberapa buruh lainnya.

Menurut dia, buruh yang menjadi anggota koperasi kini mencapai 18 ribu orang 
dan yang tidak menjadi anggota jauh lebih banyak.

Sebagian besar dari jumlah tersebut kini menganggur karena sangat jarang ada 
kapal yang berangkat maupun bongkar barang.

Sehingga, begitu ada barang yang mau masuk atau keluar kapal, harus dikeroyok 
hingga 30 orang buruh angkut, padahal biasanya bisa dikerjakan hanya dengan 13 
orang.

"Terpaksa kita bagi-bagi hasil dengan teman karena kita sama-sama ingin makan," 
kata Djalil yang mengaku dalam satu bulan mendapatkan hasil maksimal Rp500 ribu.

Nilai tersebut kini juga sudah sangat berkurang, bahkan tidak jarang dalam satu 
bulan hanya mendapatkan Rp300 ribu.

Seorang Nahkoda Kapal Dapatangu, Abu, mengatakan sejak krisis keuangan global 
pelayaran ke beberapa daerah seperti ke Sumatra maupun Kalimantan dari Jakarta 
berkurang.

Hal itu terjadi karena permintaan berbagai barang mulai dari kebutuhan pokok, 
pupuk, semen dan bahan bangunan lainnya, kini turun drastis.

Sebelumnya keberangkatan kapal tujuan Jambi, Pontianak, Bangka Belitung, 
Tanjung Pandang, dan beberapa daerah di Sumatra lainnya, dalam satu bulan bisa 
dua kali pelayaran kini hingga tiga hingga empat bulan tidak berangkat juga.

Menurut informasi, kata dia, sejak harga minyak dunia anjlok warga Sumatra yang 
sebagian besar adalah petani sawit banyak yang gulung tikar.

Akibatnya, kemampun daya beli barang maupun bangunan juga berkurang, sehingga 
permintaan pedagang dari beberapa daerah dari Jakarta juga turun. [TMA, Ant] 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke