Jadi mana jawaban dari anda tentang permintaan saya, kuulangi lagi, 
kan katanya mesti terus menerus cek-ricek, jangan ngomong doang dong:

"Ok, saya harus percaya itu, pak Nur (atau HT) nggak suuzon. 
Sekarang tolong bantu saya memahami jalan pikiran berikut: Faktanya 
demikian, bahwa masyarakat umum (termasuk HT) sama-sama mengurus 
urusan ummat dan sama-sama mencari kekuasaan atau kursi jabatan, 
dengan kata lain kita semua sama-sama punya sisi baik dan buruk. 
Betul?

Lalu kenapa persepsi anda kemudian memilahnya menjadi dikotomi 
seperti ini: "HT memahami politik atau siyasah adalah melangsungkan 
dan mengurusi urusan umat. Berbeda dengan makna politik masyarakat 
umumnya yang memahami politik hanya semata mencari kekuasaan atau 
kursi jabatan"
 
Bagaimana anda menyusun ulang pemikiran/persepsi anda (atau HT), 
sehingga kepercayaan saya menjadi kenyataan? Terimakasih atas 
tanggapan selanjutnya. You're doing ok."

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sang Matahari 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Masalah manusia itu pada intinya sama.  HT hanya menawarkan konsep 
solusi yakni Islam dari permasalahan yang ada untuk kebaikan umat 
manusia. Karena HT meyakini, umat manusia khususnya umat Islam 
adalah potensi luar biasa untuk menerima kebaikan. Dipilih atau 
tidaknya konsep itu diserahkan teman-teman sekaliyan. namun sebelum 
diterima atau ditolak ada baiknya, kita openmind dan berusaha 
mencari informasi sebanyak-banyaknya serta seutuhnya. Disamping 
menahan diri untuk melakukan penyimpulan terhadap informasi awal, 
propaganda, isu-isu negatif, yang belum tentu itu benar adanya. 
Sering-seringlah cek dan ricek, tabayyun.
>    
>   
> 
> Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>           Temans, dari dialog di bawah ini saya ingin 
menggarisbawahi bahwa 
> pesimisme kita melihat dunia bisa menjerumuskan persepsi kita ke 
> false dichotomy yang berpotensi membahayakan (atau sebaliknya 
> kelewat optimis bisa jadi hedonis nggak jelas).
> 
> False dichotomy yang membahayakan itu maksudnya menganggap kita 
atau 
> kelompok sendiri sebagai yang paling benar dan paling suci, 
kelompok 
> lain atau masyarakat umum salah. Ini namanya menuruti hawa nafsu 
> sendiri yang nggak sesuai dengan fakta alamiah, bahwa alam semesta 
> itu nggak dikotomis, bahwa semua kelompok bisa salah bisa bener. 
> Selain itu merupakan sikap yang keliru karena menyamakan kebenaran 
> dengan kesalahan (i.e dikotomi). Karena kebenaran yang hakiki itu 
> nggak pernah sama atau selevel dengan kesalahan/kekeliruan. 
> Kebenaran adalah karakter kita semua yang dianugerahkan Allah 
> (makanya kita kudu husnuzon dan proaktif!), dan kesalahan itu 
timbul 
> dari dinamika kita masing-masing.
> 
> Lalu apa jalan keluarnya?
> 
> Dalam menyikapi resiko sebetulnya kita semua punya persamaan. Di 
> tengah masa transisi, perubahan dan meningkatnya ketidaktentuan 
ini, 
> kita merasa gamang dengan ancaman (resiko) di masa mendatang, 
karena 
> perubahan itu sendiri, KKN, serakah jabatan-kekayaan, kerusakan 
> lingkungan, kerusakan moral, dsb.
> 
> Walaupun latar belakang kita beragam, agamanya, pendidikannya, 
> tingkat ekonomi-status, parpol, ormas - kita bisa menyederhanakan 
> kekuatiran kita ini dan menempatkannya pada suatu irisan. Irisan 
> adalah tempat, wacana, atau gerakan yang merupakan hak dan 
> tanggungjawab bersama, tanpa mengganggu kemandirian, hak & 
kewajiban 
> masing-masing.
> 
> Misalnya dari contoh yang disebutkan pak Nurlife, kuatir terhadap 
> ulah sebagian pemimpin yang cuma mau jabatan/kursi, maka yang 
> dilakukan oleh kita semua yang concern termasuk HTI adalah:
> 1. mengidentifikasi lebih spesifik sistem dan karakter pejabat 
yang 
> korup jabatan itu.
> 2. merancang koridor legislasi dan eksekutif.
> 3. action plan
> 4. dsb (ini kan misalnya saja utuk memberikan contoh irisan itu.)
> 
> Apakah perlu melakukan sinergi ini dengan mengadopsi totalitas 
> khilafah ala HTI? ya nggak dong, itu bukan irisan namanya, tapi 
mau 
> memaksakan kemandirian, hak dan kewajiban HTI kepada yang lain, 
> Nggak bisa diterima, nggak realistis, dan merupakan pemaksaan 
kalau 
> itu diterapkan.
> 
> salam
> Mia
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <aldiy@> wrote:
> >
> > Ok, saya harus percaya itu, pak Nur (atau HT) nggak suuzon. 
> > Sekarang tolong bantu saya memahami jalan pikiran berikut:
> > 
> > Faktanya demikian, bahwa masyarakat umum (termasuk HT) sama-sama 
> > mengurus urusan ummat dan sama-sama mencari kekuasaan atau kursi 
> > jabatan, dengan kata lain kita semua sama-sama punya sisi baik 
dan 
> > buruk. Betul?
> > 
> > Lalu kenapa persepsi anda kemudian memilahnya menjadi dikotomi 
> > seperti ini: "HT memahami politik atau siyasah adalah 
> melangsungkan 
> > dan mengurusi urusan umat. Berbeda dengan makna politik 
masyarakat 
> > umumnya yang memahami politik hanya semata mencari kekuasaan 
atau 
> > kursi jabatan"
> > 
> > Bagaimana anda menyusun ulang pemikiran/persepsi anda (atau HT), 
> > sehingga kepercayaan saya menjadi kenyataan? Terimakasih atas 
> > tanggapan selanjutnya. You're doing ok.
> > 
> > salam
> > Mia
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sang Matahari 
> > <nurlife_nurlife@> wrote:
> > >
> > > Bu MIa, 
> > > Maaf kalau saya salah... sebab faktanya demikian. Saya tak 
> > memandang buruk masyarakat umum, itu su'uzhon Anda. Aku tak 
> > menghina masyarakat. Aku mengkritisi pendapat umum yang 
mengatakan 
> > politik identik dengan kekuasaan mencari kursi, jabatan dan 
partai 
> > politik yang ikut pemilu sajalah yang disebut partai politik. 
> > Terserah Anda mengganggap aku su'udzon, yang penting aku tak 
> > su'udzon.
> > > 
> > 
> > > Mia <aldiy@> wrote:
> > > Terimakasih Pak Nurlife.
> > > 
> > > "HT memahami politik atau siyasah adalah melangsungkan dan 
> > mengurusi 
> > > urusan umat. Berbeda dengan makna politik masyarakat umumnya 
> yang 
> > > memahami politik hanya semata mencari kekuasaan atau kursi 
> jabatan"
> > > 
> > > MIA: Sedemikian burukkah pandangan anda (atau HT) terhadap 
> > > masyarakat umum, yang cuma mencari kekuasaan atau kursi 
jabatan? 
> > > Sedemikian sucikah pandangan anda (atau HT) terhadap kelompok 
> > > sendiri yang mengurusi urusan ummat? Dimana khusnuzonnya, 
dimana 
> > > kepercayaan anda terhadap kita semua? Bisakan kita 
melangsungkan 
> > > urusan dan membangun kepercayaan (trust) kalau diawali dengan 
> > suuzon?
> > >
> >
> 
> 
> 
>          
> 
>        
> ---------------------------------
> Moody friends. Drama queens. Your life? Nope! - their life, your 
story.
>  Play Sims Stories at Yahoo! Games. 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke