Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam 

Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah tinggal sang istri, 
pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah 
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 
"Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah 
istri yang shalihah." (Lihat Shahih Jami' Shaghir karya Al-Albani) 

Di antara keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan 
keharmonisan rumah tangga beliau ialah memanggil 'Aisyah radhiyallahu 'anha 
dengan nama kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa 
serasa melayang-layang. 

Aisyah radhiyallah 'anha menuturkan: "Pada suatu hari Rasu-lullah shallallahu 
'alaihi wasallam berkata kepadanya: 
"Wahai 'Aisy (panggilan kesayangan 'Aisyah radhiyallahu 'anha ), Malaikat 
Jibril 'alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu." (Muttafaq 'alaih) 

Bahkan beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku Nabi umat ini yang paling 
sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya telah memberikan sebuah contoh 
yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal kerendahan 
hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau 
shallallahu 'alaihi wasallam menempatkan mereka pada kedudukan yang 
diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang 
memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya. 

Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan: 
Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku 
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau meminumnya dari mulut 
gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, 
lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku 
memakannya." (HR. Muslim) 

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah seperti yang diduga oleh kaum 
munafikin atau seperti yang dituduhkan kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan 
palsu dan pengakuan-pengakuan bathil. Bahkan beliau shallallahu 'alaihi 
wasallam lebih memilih etika berumah tangga yang paling elok dan sederhana. 

Diriwayatkan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata: 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri 
beliau kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu'." (HR. 
Abu Daud dan Tirmidzi) 

Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya 
kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang 
agung dan derajat yang tinggi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah 
menjawab pertanyaan 'Amr bin Al-'Ash radhiyallah 'anhu seputar masalah ini, 
beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu 
bagi seorang lelaki yang normal. 

Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhu pernah bertanya kepada Rasulullah 
shallallahu 'alaihi wasallam : "Siapakah orang yang paling engkau cintai?" 
beliau menjawab: "'Aisyah!" (Muttafaq 'alaih) 

Barangsiapa yang mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia 
memperhatikan kisah- kisah 'Aisyah radhiyallah 'anha bersama Rasulullah 
shallallahu 'alaihi wasallam. Bagaimana kiat-kiat Rasulullah shallallahu 
'alaihi wasallam membahagiakan 'Aisyah radhiyallahu 'anha. 

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata: 
"Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari 
satu bejana." (HR. Al-Bukhari) 

Rasulullah tidak melewatkan kesempatan sedikit pun kecuali beliau manfaatkan 
untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan. 

Aisyah radhiyallah 'anha mengisahkan: 
Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam 
dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. 
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak 
terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata 
kepadaku: "Kemarilah! sekarang kita berlomba lari." Aku pun meladeninya dan 
akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam 
hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku 
sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau 
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih 
dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat 
mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: "Inilah penebus kekalahan yang 
lalu!" (HR. Ahmad) 

Sungguh! merupakan sebuah bentuk permainan yang sangat lembut dan sebuah 
perhatian yang sangat besar. Beliau perintahkan rombongan untuk berangkat 
terlebih dahulu agar beliau dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya 
berlomba lari. Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, 
beliau berkata: "Inilah penebus kekalahan yang lalu!" 

Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan 
orang-orang yang terpandang pada tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap 
perbuatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah seorang Nabi 
yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan 
Bani Hasyim. Pada saat-saat kejayaan, beliau kembali dari sebuah peperangan 
dengan membawa kemenangan bersama rombongan pasukan besar. Meskipun demikian, 
beliau tetap seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap 
istri-istri beliau para Ummahaatul Mukiminin radhiyallah 'anhu. Kedudukan 
beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh, serta 
kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan pertempuran, tidak membuat 
beliau lupa bahwa beliau didampingi para istri-istri kaum hawa yang lemah yang 
sangat membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja. Agar dapat menghapus 
beban berat perjalanan yang sangat meletihkan. 

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi 
wasallam kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti 
Huyaiy radhiyallahu 'anha. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengulurkan 
tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah 
radhiyallah 'anha dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada 
lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan Shafiyyah radhiyallah 'anha 
untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau. 

Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan 
ketawadhu'an beliau. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selaku pemimpin 
yang berjaya dan seorang Nabi yang diutus- memberikan teladan kepada umatnya 
bahwa bersikap tawadhu' kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai 
tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak 
mengurangi derajat dan kedudukan beliau. 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke