BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]

916 Gaya Redaksional Umur Nabi Nuh AS dalam Al-Quran

Gaya redaksional Al Quran tentang umur Nabi Nuh AS: 
ALF SNt ALA KhMSYN (S.AL'ANKBWT, 29:14), dibaca: alfa sanatin illa- khamsi-n, 
artinya: 
-- 1000 tahun kecuali 50. 

Tidak dinyatakan secara langsung 950 tahun, itu merupakan isyarat ada hikmah 
yang terkandung dalam gaya redaksional dari ayat (29:14) tsb. Karena ini 
mengenai bilangan, maka akan dikemukakan dahulu semua bilangan yang ada dalam 
Al-Quran: 

bilangan   no.urut    substansi yang ditunjuk
===================================
      1           1            Allah [112:1], 
                                 orang [18:10] 
      2           2            kerusakan [17:4]
      3           3            hari [2:196] 
      4           4            bulan  [2:26] 
      5           5            orang [18:22] 
      6           6            periode, hari [7:54] 
      7           7            langit [2:29], 
                                 tahun [2:47], 
                                 tangkai pohon [2:261], 
                                 tangkai gandum [12:43], 
                                 jalur [22:17], 
                                 malam [69:7]
      8           8            binatang ternak [39:6], 
                                 hari [69:7] 
      9           9            tahun [18:25] 
     10        10            orang [8:65] 
     11        11            bintang [12:4] 
     12        12            bulan [9:36] 
     19        13            tidak menunjuk apa-apa [74:30]
     20        14            orang [8:65] 
     30        15            malam [7:142], 
                                 [bulan [46:15] 
     40        16            malam [251]
     50        17            tahun [29:14]
     60        18            orang [58:4]
     70        19            ampunan [9:80], 
                                 laki-laki [7:155], 
                                 hasta [70:32] 
     80        20            cambukan [24:4] 
     99        21            kambing [38:23]
    100       22            orang [8:66] 
    200       23            orang [8:65] 
    300       24            tahun [18:25] 
  1.000      25            malaikat [8:9], 
                                bulan [97:3], 
                                tahun [22:47], [29:14] 
  2.000      26            orang [8:66]
  3.000      27            malaikat [3:124]
  5.000      28            malaikat [3:125]
 50.000     29            tahun [70:4] 
100.000    30            orang [37:147]

Di antara ke-30 jenis bilangan di atas itu hanya bilangan 19 yang lain daripada 
yang lain, yaitu tidak menunjuk pada substansi, jadi angka 19 ini istimewa. Itu 
terletak dalam S. Al Muddatstsir, 74:30. 
-- 'ALYHA TS'AT 'ASYR, dibaca: 'Alayha- tis'ata 'asyar, artinya: 
-- Padanya 19.

Yang menarik, Allah men-design (artinya bukan kebetulan), jumlah ke-30 jenis 
bilangan itu kelipatan 19:
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 19 + 20 + 30 + 40 + 50 + 60 
+ 70 + 80 + 99 + 100 + 200 + 300 + 1000 + 2000 + 3000 + 5000 + 50,000 + 100,000 
= 1621146 = 8534 x 19.

Jika umur Nabi Nuh AS dinyatakan langsung dengan 950 tahun, maka bilangan 950 
yang sebelumnya tersembunyi akan muncul. Coba perhatikan persamaan ini: 1000 - 
50 = 950. Yang muncul dalam gaya redaksional 1000 tahun kecuali 50 ini adalah 
bilangan 50 dan 1000 (lihat no.urut 17 dan 25 dalam tabel di atas). Bilangan 
950 tersembunyi, baru muncul setelah dilakukan operasi kurang. Alhasil, angka 
950 karena tidak nyata, maka tidak dicantumkan dalam deretan bilangan dalam 
Al-Quran. Gaya redaksional 1000 tahun kecuali 50 menghasilkan jenis bilangan 30 
buah, dan jumlah ke-30 bilangan itu kelipatan 19. 

Maka terungkaplah hikmah gaya redaksional tsb. Jangan coba-coba ada 
tangan-tangan gatal mengubah Al-Quran, atau berani mengatakan Al-Quran sudah 
mengalami perubahan. Lihatlah itu mengubah gaya redaksional 1000 tahun kecuali 
50 menjadi 950 akan langsung "disengat" oleh sistem kontrol angka 19, jumlah 
bilangan dalam Al-Quran bukan lagi kelipatan 19. Asal tahu saja Luthfi 
Asysyaukani, benggolan yang menamakan diri dengan "Islam" Liberal, yang 
mengekor pada orientalis, ia  nyeletuk bahwa Al-Quran mengalami berbagai proses 
"copy-editing" oleh para sahabat, tabi'in, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin 
cetak, dan kekuasaan. 

Itu "sengatan" berupa kontrol yang pertama. Kontrol yang kedua yaitu dari 
bacaan (Al-Quran = Bacaan). Bacaanlah yang menjadi standard / patokan (teks 
mengacu pada bacaan). Dan bacaan Nabi Muhammad SAW dikontrol oleh Jibril AS 
dalam bulan Ramadhan, dan selanjutnya setiap bulan Ramadhan terkontrol oleh 
Imam al-Haramain yang membacakan penuh seluruh Al-Quran dalam shalat Tarwih di 
Masjid al-Haram. Dan bacaan Imam al-Haramain dikontrol langsung oleh ma'mum 
yang jumlahnya banyak sekali yang hafal Al-Quran yang datang dari seluruh 
pelosok dunia untuk shalat Tarwih di Masjid al-Haram. Wajib hukumnya dalam 
shalat ma'mum langsung memperbaiki kesalahan bacaan imam. Alhasil pada Al-Quran 
tidak relevan kritik teks, sehingga tidak ada tempatnya pemakaian hermeneutik.


Kesalahan vital orientalis, karena mereka tidak faham, bahwa seperti yang 
ditekankan di atas, pada Al-Quran teks dikontrol oleh bacaan. Berbeda dengan 
kritik teks terhadap Bible, dimana teks Bible itu tidak ada alat kontrolnya. 
Sebuah ilustrasi: 
-- KDzLK WZWJNHM BhWR 'AYN (ALDKhAN, 44:54), dibaca: kadza-lika wa zawwajna-hum 
bihu-rin 'i-nin, artinya:
-- demikianlah, dan Kami jodohkan mereka dengan bidadari.

Menurut Luxenberg, karena huruf mula-mula Al-Quran tidak pakai titik maka Zay 
dan Jim bisa dibaca Ra dan ha, sehingga katanya dalam ayat (44:54) ZWJNHM bisa 
dibaca zawwajna-hum (Kami jodohkan mereka), atau rawwahna-hum (Kami tenteramkan 
mereka). Orientalis jahil ini seenaknya sesuai dengan seleranya memilih bacaan 
rawwahna-hum. Untuk itu ia bermain akrobat hWR 'AYN adalah metaphor dari anggur 
putih. Jadi ia artikan ayat (44:54):
-- demikianlah, dan Kami tenteramkan mereka dengan anggur putih.  

Karena pada Al-Quran bacaan zawwajna-hum menjadi standar, maka sama sekali 
tidak boleh memilih bacaan rawwahna-hum. Maka dalam bermain akrobat itu 
Luxenberg tersungkur. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 28 Maret 2010
   [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2010/03/916-gaya-redaksional-umur-nabi-nuh-as.html


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke