Fajar, Kamis 23 Juli 2010
Dari Launching dan Bedah Buku "Kimat Segera tiba" (1/2)
Tak Terduga Kiamat Bisa Lima Abad Lagi

Kapan datangnya Hari Kiamat? Pertanyaan ini menjadi bahan diskusi sekali gus 
perdebatan yang panjang . Bisa besok, atau, lusa, atau tahun 2012 versi suku 
Maya. Tapi bisa juga 500 tahun lagi. Lantas seperti apa kiamat dari pendekatan 
sains?
LAPORAN ANGRIANI S UGAT
Makassar

*** 

Penafsiran kiamat dokter spesialis penyakit dalam dari RS Wahidin Sudirohusodo 
(RSWS) yang tertuang dalam buku berjudul "Kiamat Segera Tiba" sekaligus menjadi 
bahan diskusi yang hangat di redaksi Harian Fajar Rabu siang 27 Juli kemarin. 

Tak tanggung-tanggung launching dan bedah buku tersebut menghadirkan empat 
pakar. Mereka adalah kolumnis Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu HM Nur 
Abdurrahman, guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Prof DR Qasim 
Mathar,  Prof Dr Muin Salim dan budayawan Ishak Ngelyaratan.

Acara yang disiarkan secara life Fajar TV tersebut dipandu Aswar Hasan, 
pengurus KPPSI Sulsel. Hasan, pengurus KPPSI Sulsel. Diskusi kerja sama KAHMI 
dan Fajar itu juga dihadiri penulis buku Prof Halim Mubin, serta dua 
penyuntingnya; Andi Syahrir Makkuradde, dan M Ilham Halimsyah. Halim Mubin 
dalam pengantarnya menyatakan, materi bukunya itu pernah ia diskusikan saat 
masih studi di Bangkok, Thailand tahun 1980-an. Materinya merupakan analisis 
holistik Alquran dengan pendekatan ilmu fisika, kimia, matematika, geologi, 
astronomi, ekonomi, biologi, kependudukan dan komputer.

Dalam buku setebal 119 halaman tersebut, pengajar di Fakultas Kedokteran 
Universitas Hasanuddin (Unhas) ini memang mengkaji kiamat dari sudut matematis 
atau menggunakan pendekatan sains. Saat membeberkan inti tulisannya di depan 
hadirin, Halim memang menyajikan sejumlah postulat alias rumusrumus
fisika dan matematika. Lengkap dengan rumus menghitung massa bumi, luas padang 
mahsyar, proses bumi menjadi padang mahsyar, serta posisi manusia ketika di 
padang mahsyar. Beberapa hadirin sempat berkerut alisnya.

"Bumi lah yang akan menjadi padang mahsyar," begitu kata Halim Mubin. Dia 
menunjuk salah satu ayat Alquran yang memberi ilustrasi mengenai hubungan erat 
antara bumi dan padang mahsyar, yakni Surat Al A'raaf ayat 25. Bunyinya:
"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu pula kamu 
akan dibangkitkan." Karena itu, katanya, padang mahsyar adalah juga bumi
tempat manusia dibangkitkan kelak. "Tapi sebelum itu, akan ada renovasi atau 
remodeling secara total sebelum menjadi bola mahsyar," beber Halim seraya
memperlihatkan bagan dan postulat soal proses bumi menjadi padang mahsyar 
tersebut.

Ada ayat yang memperkuat tafsirannya. Surat itu adalah S. Insyiqaaq ayat 3-4 
yang berbunyi:
". dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan 
menjadi kosong."

Halim menuturkan bahwa proses pembentukan mahsyar diawali dengan bunyi 
sangkakala, bumi diguncang, diremukkan, kulit bumi diratakan dan kemudian 
menjadi padang luas, padang mahsyar. Halim mendapatkan rumus menghitung
luas padang mahsyar dari rumus R'= R 3 V2 atau 8.035776,2 pangkat dua meter 
persegi.

"Kiamat dapat terjadi segera setiap saat secara mendadak, selambat-lambatnya 
dalam kurun waktu lima abad yang akan datang. Dari semua angka-angka kalkulasi 
tadi, tak satupun yang dapat memastikan kapan tibanya hari kiamat secara 
tepat," ucap Halim.

Pernyataan Halim Mubin mendapat tanggapan berbeda dari Qasim Mathar, Muin 
Salim, HM Nur Abdurrahman, dan Ishak Ngeljaratan serta para peserta diskusi. 
Menurut Qasim, apa yang dikemukakan Halim hanya salah satu versi tafsir ayat
Alquran. "Saya apresiasi karya ini. Ini koreksi filosofis Islam klasik yang 
menyatakan bahwa kebangkitan hanya ruh saja, tidak jasmani," ujar Qasim. Dia 
mengatakan, bahwa soal datangnya hari kiamat sudah dibicarakan Nabi Muhammad
saw dan Jibril. Alquran, katanya, memperkenalkan berbagai versi waktu.

Contohnya, saat seorang muslim tertidur di gua selama 300 hari tapi baginya 
serasa satu malam saja. Boleh jadi, katanya, kiamat pada manusia sisa 500 tahun 
lagi, tapi bagi malaikat, tinggal setengah hari saja. "Hal ini yang harus 
dipahami," tandasnya.

Hal senada dikatakan Prof Muin Salim. Menurut mantan rektor Institut Agama 
Islam Negeri (IAIN) Alauddin (kini UIN Alauddin, red) itu, karya Halim Mubin 
yang melakukan penafsiran dengan pendekatan ilmiah atau sains patut dihargai. 
"Kandungan Alquran mencakup berbagai ilmu pengetahuan. Tidak salah jika 
mengkaji Alquran dari sudut ilmu pengetahuan sepanjang tidak mengabaikan 
prinsip dalam Alquran," tandas Muin.

Menurutnya, apa yang dikemukakan Prof Halim Mubin soal kiamat mengajak manusia 
berpikir filosofis. "Alquran bisa terbuka untuk dipelajari, tapi metode ilmiah 
saja tak cukup tanpa pengkajian Alquran. Buku Halim ini bisa jadi bahan 
berpikir buat kita," tandasnya. Yang pasti, imbuh Muin Salim, ada tiga macam 
kiamat. Yaitu, kiamat kecil yang terjadi setiap saat, kiamat global yaitu bumi, 
planet dan manusia punah, serta kiamat universal, yaitu alam semesta hancur dan 
hanya tinggal Allah swt. (bersambung)

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke