Negara yang dikendalikan oleh 'tiran mayoritas' ini secara sistematik tapi pelan-pelan ingin menghancurkan apapun yang berbeda dari keyakinan mayoritas itu. Selama ini pemboman, penghancuran, penistaan kepercayaan, dsb 'cenderung dibiarkan' saja oleh negara, kecuali jika korbannya menyangkut warga negara asing (seperti AS, Australia, Inggris, Jepang, dsb). Hal ini hanya bisa terjadi karena... para pelindung dan inisiator dari peristiwa-peristiwa seperti itu bercokol dan menguasai sistem kenegaraan (legislatif-judikatif-eksekutif).
Nasionalisme hampir tergantikan teokrasi. Para agen dan aspiran teokrasi, misalnya, menyusup ke dalam perusahaan-perusahaan asing yang strategis, perusahaan yang mempunyai kekuatan finansial dan politik. Para agen tersebut kemudian merasuk menguasai sistem dan menempatkan orang-orangnya pada posisi-posisi strategis sambil berangsur-angsur menggeser orang-orang yg tidak sekeyakinan. Pada saat yang sama, mereka juga mengkondisikan arah kultur perusahaan agar bernuansa Arabik (seperti esq, jilbabisasi dan wahabisasi/salafisasi). Merayap seperti ular untuk kemudian memasang instalasi teokratik dan membungkam nasionalisme-pluralisme. Namun demikian, alhamdulillah, penyusupan seperti ini juga mendapatkan perlawanan dan resistensi dari para pendukung anti-teokrasi yang juga sekeyakinan.