12/02/2009 - 11:58
Yahudi Biang Kerok Krisis Global?
Vina Ramitha

(istimewa)INILAH.COM, Jakarta – Sejak agresi militer ke Jalur Gaza, 
tingkah laku bangsa Yahudi makin menjadi perhatian dunia. Lebih 
banyak kecaman ketimbang pujian yang mereka terima. Bahkan kini, 
bangsa yang seringkali disebut ras unggul itu dituding sebagai 
penyebab krisis ekonomi global. Benarkah?


Memang belum dibuktikan, melainkan hasil dari sebuah jajak pendapat

yang digelar liga anti fitnah (Anti-Defamation League/ADL) baru-baru

ini. Sebanyak tujuh negara di Eropa berpendapat Yahudi 
bertanggungjawab

terhadap memburuknya kondisi negara mereka. Hal itu juga diperparah 
dengan krisis finansial global dan agresi militer Israel ke Jalur 
Gaza.


Sebanyak 31% responden di Eropa menyalahkan keterlibatan Yahudi di 
industri finansial atas pelemahan ekonomi. Sementara 58% dari mereka 
mengakui aksi Israel membuat seluruh bangsa Yahudi menerima kecaman, 
baik dari Eropa maupun dari dunia internasional.


ADL yang merupakan organisasi Yahudi Amerika itu mendata 3.500 
responden dewasa. Masing-masing 500 responden di tiap negara, yakni 
Austria, Prancis, Hungaria, Polandia, Jerman, Spanyol, dan Inggris. 
Jajak pendapat digelar selama Desember 2008 – Januari 2009.


Masih menurut hasil jajak pendapat itu, sekitar 40% responden merasa 
Yahudi memiliki kekuasaan yang berlebihan di dunia bisnis. Lebih dari 
50% responden di Hungaria, Spanyol, dan Polandia menyetujui pendapat 
itu. Jumlah tersebut lebih tinggi ketimbang jajak pendapat serupa 
yang mereka gelar pada 2007.


Hampir setengah responden merasa bangsa Yahudi Amerika lebih setia 
kepada Israel ketimbang negara mereka sendiri. Sebanyak 23% responden 
menyatakan pendapat mereka dipengaruhi oleh agresi militer dan 
aktivitas politik negara Zionis itu.


"Hasil jajak pendapat ini menyatakan bahwa sikap anti-Semit masih ada 
di pikiran bangsa Eropa. Di saat krisis finansial global melanda, 
jumlah Yahudi yang banyak menguasai bisnis dan finansial merupakan 
sesuatu yang mengkhawatirkan," kata Direktur Nasional ADL Abe Foxman, 
Selasa (10/2).


Tahun lalu, ADL mencatat kenaikan posting anti-Semit di internet yang 
berkaitan dengan krisis finansial yang berawal di AS. Terutama, 
ketika bank investasi besar Lehmann Brothers bangkrut serta beberapa 
lembaga finansial lainnya terpengaruh subprime mortgage.


Tentu saja, pesan itu dimaksudkan kepada Yahudi secara umum, 
mengingat merekalah `penguasa' sektor bisnis AS. Sektor ini banyak 
bergantung kepada kondisi sektor finansial di pusat distrik bisnis, 
Wall Street.

Beberapa eksekutif perusahaan besar di wilayah itu, bisa ditebak, 
adalah Yahudi.


Bisa dikatakan Yahudi memiliki cengkeraman yang amat kuat dalam 
lingkungan pemikir dan pengambil kebijakan di pemerintahan dan sektor 
bisnis AS. Sejumlah perusahaan besar dan tenar mereka kuasai. Mereka 
ada di mana saja, mulai dari pendiri perusahaan hingga sebagai 
eksekutifnya. Beberapa perusahaan itu antara lain The Trust Company 
Bank, Yahoo, Comcast, AT&T Cable, Wall Street Journal, Microsoft, 
Qualcom, Dell, Citi Corp., dan banyak lagi.


Tak heran mereka pun `kecripatan' beban tanggung jawab karena 
menyeret seluruh dunia ke dalam belitan krisis dan resesi. Tudingan 
itu makin parah dengan agresi Operation Cast Lead yang menewaskan 
1.300 warga Palestina di Jalur Gaza.


Penahanan ahli finansial Wall Street Bernard Madoff, yang seorang 
Yahudi, semakin memperkeruh suasana. Ia dituduh menggelapkan dana 
investor hingga US$ 50 miliar. Menurut ADL, kasus Madoff membuat 
komentar anti-Semit semakin banyak.


Bahkan, beberapa mendiskusikan teori konspirasi mengenai kemungkinan 
seluruh bangsa Yahudi yang berada di seluruh dunia. Berdasarkan data 
yang dikumpulkan ADL, beberapa pengguna di internet menuding Yahudi 
menggalang dana dengan cara mereka untuk Israel. Sebab, pengguna 
internet merasa hanya Yahudi yang bisa meyebabkan kekacauan sebesar

ini.


Jumlah anti-Yahudi semakin banyak, terutama yang membebankan krisis 
ekonomi ke pundak kaum Nabi Musa itu. 


"Memang, ketika krisis mendera, Yahudi selalu menjadi pelampiasan, 
sebab mereka banyak mengendalikan bisnis besar. Fakta itu juga 
didukung dengan banyaknya investor Yahudi. Dengan adanya skandal 
Madoff, terciptalah sebuah badai sempurna bagi pada anti-Semit," 
lanjut Foxman. [tra]


Kirim email ke