Para penerima Maarif Award: Ahmad Tafsir: pembela kelompok-kelompok marginal seperti waria, korban narkoba dan penderita schizoprenia, pelopor proses pendidikan emansipatoris, pengelolaan kemajemukan, toleransi dan inklusivisme.
Cicilia Yulia Handayani: inisiator kelompok pendidikan multikultur bagi anak pedesaan di Blitar bagian selatan yang menjadi korban stigmatisasi Partai Komunis Indonesia Tuan Guru Haji Hasanain Djuaini: penggerak masyarakat pesantren untuk mengonservasi hutan dan air di Lombok Barat http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1180&Itemid=2 Ahmad Tafsir, Tokoh Muhammadiyah Pembela Kaum Marginal Jakarta- Selasa (3/06/2008) malam, Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta menjadi tempat penyerahan Maarif Award kepada Ahmad Tafsir, sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Tengah. Menurut Ivan A Hadar yang mewakili dewan juri malam itu pemilihan Tafsir salah satunya karena kiprahnya terlibat intens bersama kelompok-kelompok marginal seperti waria, korban narkoba dan penderita schizoprenia. "Muhammadiyah untuk semua, Islam untuk semua" ungkap Tafsir dalam sambutannya setelah menerima Tropi Maarif Award dari pendiri Ma'arif Institute Prof. Syafii Maarif. Lelaki kelahiran Kebumen, 16 januari 1964 tersebut menyatakan bahwa latar belakang aktifis Muhammadiyahnya tidak membuat dirinnya terhalang untuk berinteraksi dengan kaum marginal tersebut. Justru Tafsir berkeyakinan Muhammadiyah seharusnya terbuka dan memberi manfaat kepada semua golongan. Dalam aktifitasnya tersebut, selain Muhammadiyah Tafsir aktif menggalang solidaritas lintas agama untuk melakukan kerja-kerja sosial kemanusiaan dalam memerangi kemiskinan, kesempatan memperbaiki kualitas kesehatan dan pendidikan melalui organisasi Interfaith Forum Commite (IFC). Dalam aktiftas terakhir ini juga yang mendasari dipilihnya Tafsir sebagai sosok pemimpin lokal yang dianggap pelopor proses pendidikan emansipatoris, pengelolaan kemajemukan, toleransi dan inklusivisme yang menjadi kriteria penerima Maarif Award. Selain Tafsir dua penerima Maarif Award yang menerima penghargaan malam itu adalah Cicilia Yulia Handayani (Blitar, Jawa Timur) dan Tuan Guru Haji Hasanain Djuaini (Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat). Cicilia adalah inisiator kelompok pendidikan multikultur bagi anak pedesaan di Blitar bagian selatan yang menjadi korban stigmatisasi Partai Komunis Indonesia, sedangkan Hasanain merupakan penggerak masyarakat pesantren untuk mengonservasi hutan dan air di Lombok Barat. (arif)