http://www.radarmojokerto.co.id:80/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=2092

Buruh Serukan Tolak Pemilu 

Jum`at, 20 Maret 2009

MOJOKERTO - Pemilu Legislatif (Pileg) 2009 yang tinggal 20 hari lagi mendapat 
penolakan dari kalangan buruh. Mereka yang tergabung dari berbagai organisasi 
pergerakan justru menolak pelaksanaan pemilu. Sebab, hal itu dinilai bagian 
dari pembodohan terhadap masyarakat selaku pemilih.

''Pemilu 2009 ini bukan pemilu rakyat melainkan pemilu para elite politik. 
Karena itu harus ditolak jika tidak ingin dibodohi," kata Slamet Khusairi saat 
menggelar orasi di Sekretariat FNPBI di Lingkungan Suratan VI Kelurahan 
Kranggan, Kecamatan Prajuritkulon, Mojokerto kemarin.

Selain FNPBI tergabung dalam aksi 40 aktivis tersebut juga diikuti beberapa 
organisasi perburuhan lainnya. Seperti SPI, PPRM, PRM, Aspam dan mahasiswa. 
Dalam kesempatan yang sama para buruh juga meresmikan posko pengaduan bagi 
masyarakat yang ada di Sekretariat FNPBI. Baik terkait pemilu, pelayanan 
pendidikan, pelayanan kesehatan, tindakan represif terhadap pengamen dan anjal. 
Serta kebijakan perusahaan yang tidak memihak kaum buruh.

''Pengaduan apa pun kami siap melakukan pendampingan,'' kata Slamet. Aksi yang 
berlansung sejak pukul 11.00 kemarin tidak hanya berbentuk ajakan penolakan 
pemilu dan orasi. Dengan memainkan alat musik ala pengamen mereka juga 
menyerukan masyarakat sekitarnya agar memilih menjadi golongan putih (golput).

''Selama ini dengan memilih elite politik mereka seakan-akan bisa masyarakat 
bisa sejahtera. Padahal itu bohong besar," teriak salah satu peserta aksi.

Tidak puas menggelar aski di depan Sekretariat FNPBI, mereka lantas mengalihkan 
perhatian dengan cara melakukan long march dari secretariat mengitari perumahan 
warga. Di sepanjang jalan mereka lantas membagikan selebaran pada masyarakat 
langsung.

Bahkan, meski tanpa dilengkapi surat tanda terima pemberitahuan (STTP) dari 
polisi mereka nekat melanjutkan aksinya di simpang lima depan Monumen Pahlawan 
Kranggan, Mojokerto.

Tidak berbeda dengan aksi sebelumnya, dilengkapi atribut organisasi  mereka 
kembali melakukan orasi secara bergantian dan membagi-bagikan selebaran pada 
pengendara. Meski mendapat pengawasan dari puluhan petugas Polresta, namun 
ajakan menolak pemilu tetap berlangsung.

Kordinator Aksi Afik Irwanto mengungkapkan, aksi tolak pemilu tersebut bukan 
hanya bagian kekecewaan masyarakat atas kebohongan elite politik selama ini, 
melainkan adanya pengaruh pemilik modal seperti tak bisa dipisahkan. ''Dari 
pada hanya menghasilkan pemimpin yang memihak rakyat lebih baik kita tolak 
Pemilu 2009 yang tidak demokratis ini," terangnya.

Disamping itu, melalui selebaran mereka meminta masyarakat yang resah karena 
janji-janji politik. Sebaliknya pemilu tidak lebih dari sandiwara kaum elite 
politik. ''Kami juga menyerukan pada masyarakat agar tidak mudah terbeli rayuan 
palsu. Berupa iming-iming uang dan barang," paparnya.

Selain dalam bentuk aksi, penolakan pemilu itu juga dibuktikan oleh 3 aktivis 
buruh yang tercacat sebagai petugas PPK dan KPPS. Dengan menyatakan sikap 
pengunduran diri sebagai penyelenggara pemilu. Diantaranya Hari Cahyono salah 
satu ketua TPS di Kelurahan Wates Magersari, Lestari anggota PPS di Desa 
Kenanten, Puri, Kabupaten Mojokerto dan Slamet Khusairin sebagai salah satu 
anggota TPS di Desa/Kecamatan Sooko. ''Karena kami berbeda prinsip lebih baik 
mengundurkan diri," tegas Hari. (ris/yr) 




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke