---------- Forwarded message ----------
From: khaerul anwar <khaeru...@yahoo.com>
Date: Tue, Dec 16, 2008 at 3:10 PM
Subject: [alumniesq] Pengalaman Mati Suri
To: alumiesq <alumni...@yahoogroups.com>, sjarif widjaja <
sjarif_h_widj...@yahoo.com>



Ass.wr.wb.

Berikut disampaikan tulisan yg diperoleh dari blogspot
http://wisbenbae.blogspot.com/2007_01_14_archive.html

Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmahnya.

wassalam

Khaerul


*PENGALAMAN MATI SURI*



Kesaksian Warga Bengkalis yang mati suri dalam Temu Alumni ESQ 'Menyaksikan
Orang Disiksa dan Ingin Kembali ke Dunia'.



Pengalaman mati suri seperti yang dialami Aslina, telah pula dirasakan
banyak orang. Seorang peneliti dan meraih gelar doktor filsafat dari
Universitas Virginia Dr Raymond A Moody pernah meneliti fenomena ini.
Hasilnya orang mati suri rata-rata memiliki pengalaman yang hampir sama.
Masuk lorong waktu dan ingin dikembalikan ke dunia.



Catatan ini dilengkapi pula dengan penjelasan instruktur ESQ Legisan Sugimin
yang mengutip Al-Quran yang menjelaskan orang yang mati itu ingin
dikembalikan ke dunia, serta penelusuran melalui internet tentang Dr
Raymond. Bagi pembaca yang ingin mengetahui perihal Dr Raymond dapat membuka
situs www.lifeafterlife. com dan hasil penelitian Raymond tentang mati suri
dapat dibaca di buku Life After Life.



Aslina adalah warga Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis
berusia sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan
apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri.



Sebelum Aslina memberi kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan
penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim.
Sejak kecil cobaan telah datang pada dirinya. Pada umur tujuh tahun tubuhnya
terbakar api sehingga harus menjalani dua kali operasi. Menjelang usia SMA
ia termakan racun. Tersebab itu ia menderita selama tiga tahun. Pada umur 20
tahun ia terkena gondok (hipertiroid) . Gondok tersebut menyebabkan beberapa
kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok itu maka Jumat,
24 Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas gondoknya di Rumah Sakit
Mahkota Medical Center (MMC) Melaka Malaysia. Hasil pemeriksaan menyatakan
penyakitnya di ambang batas sehingga belum bisa dioperasi.



''Kalau dioperasi maka akan terjadi pendarahan", jelas Rustam. Oleh karena
itu Aslina hanya diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya Aslina
gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke Mahkota
sekitar pukul 12 malam itu. Ia dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD), saat
itu detak jantungnya dan napasnya sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD masuk ke
ruang perawatan. ''Aslina seperti orang ombak (menjelang sakratulmaut, red).
Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan syahadat. Setelah itu dalam
pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhir'' ungkapnya. Usai Rustam
memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiannya.



''Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur"
begitu ia mengawali kesaksiaanya setelah meminta seluruh hadirin yang
memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan
shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk
memantapkan iman, amal dan ketakwaan sebelum mati datang. ''Saya telah
merasakan mati'' ujar anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian
itu. Sungguh, lanjutya, terlalu sakit mati itu.



Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit
hewan ditarik dari daging, dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi. ''Terasa
malaikat mencabut (nyawa, red) dari kaki kanan saya'' tambahnya. Di saat itu
ia sempat diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah. ''Saat di ujung napas,
saya berzikir,'' ujarnya. ''Sungguh sakitnya, Pak, Bu'' ulangnya di hadapan
lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.



Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan di
sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia juga melihat jasadnya yang
terbujur. Setelah itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan
Assalaimualaikum kepada ruh Aslina. ''Malaikat itu besar, kalau memanggil,
jantung rasanya mau copot, gemetar,'' ujar Aslina mencerita pengalaman
matinya. Lalu malaikat itu bertanya: ''siapa Tuhanmu, apa agamamu, dimana
kiblatmu dan siapa nama orangtuamu. "



Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke
alam barzah. "Tak ada teman, kecuali amal". Tambah Aslina yang Ahad malam
itu berpakaian serba hijau.



Seperti pengakuan pamannya, Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu
ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang muballighah. Di alam barzah
ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis, badan
berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk
dari orang tersebut.



Aslina melanjutkan. ''Bapak, Ibu, ingatlah mati'', sekali lagi ia mengajak
hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah,
ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang malaikat.
Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu, ia memanggil
malaikat itu dengan ''Ayah''. ''Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan ayah
saya?'' tanyanya.



Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara
17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Ternyata
memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke
ayahnya dan berkata: ''Wahai ayah, janji saya telah sampai''.



Mendengar itu ayah saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada Aslina.
''Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu''. Ruh Aslina pun menjawab. ''Saya
tak bisa pulang, karena janji telah sampai''.



Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin
bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-benar ada. ''Alam barzah, akhirat,
surga dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,'' ujarnya bak seorang
pendakwah.



Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya, Ayahnya tersebut menunduk.
Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu dengan perempuan yang
beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa
kursi yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut, disebelahnya terdapat
seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya
kepada perempuan itu. ''Siapa kamu?'' lalu perempuan itu menjawab.''Akulah
(amal) kamu".



Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelusuri
lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa. Di sana ia melihat
seorang laki-laki yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya dirantai ke
bahu, pakaiannya koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya
kepada amalnya. ''Siapa manusia ini?'' Amal Aslina menjawab orang tersebut
ketika hidupnya suka membunuh orang.



Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina
bertanya lagi ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa
manusia tersebut tidak pernah shalat. Selanjutnya tampak pula oleh ruh
Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah
manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu
ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.



Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan,
setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus ke dadanya, lalu
berlumuran darah, orang tersebut menjerit dan tidak ada yang menolongnya.
Ruh Aslina bertanya pada amalnya. Dan dijawab orang tersebut adalah orang
juga suka membunuh. Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah lalu dibunuh.
Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang
tuanya ketika di dunia.



Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di
malam yang gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya
yang ada disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul suara orang mengucap:
Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan
sesuatu di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99
butir.



Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan
cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar Kakbah. Di dalam tepak
terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu.
Amalnya menjawab tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah
secara leterlek berarti akhir yang baik. Yakni keadaan dimana manusia pada
akhir hayatnya dalam keadaan (berbuat) baik,red).



Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan azan seperti azan di Mekkah. Ia pun
mengatakan kepada amalnya. ''Saya mau shalat.'' Lalu dua malaikat yang
memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina. ''Saya pun bertayamum, saya shalat
seperti orang-orang di dunia shalat'' ungkap Aslina. Selanjutnya ia kembali
dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh
Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batangan emas di
dalam tepak ''husnul khatimah'' itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya
ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun bicara
kepada ruh Aslina. ''Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di
hadapan Allah''.



Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad
berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak
sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata.
''Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya Allah''. Manusia-manusia
itu juga memohon. ''Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.''



Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruhnya saat ia
mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin yang datang
pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak
melanggar aturan Allah.



Setelah kesaksian Aslina, instruktur Pelatihan ESQ Legisan Sugimin yang
telah mendapat lisensi dari Ary Ginanjar (pengarang buku sekaligus penemu
metode Pelatihan ESQ) menjelaskan bahwa fenomena mati suri dan apa yang
disaksikan oleh orang yang mati suri pernah diteliti ilmuan Barat.



Legisan mengemukakan pula, mungkin di antara alumni ESQ yang hadir pada Ahad
(24/9) malam itu ada yang tidak percaya atau ragu terhadap kesaksian Aslina.
Tapi yang jelas, lanjutnya, rata-rata orang yang mati suri merasakan dan
melihat hal yang hampir sama.



''Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada
kita semua, '' ujarnya. Legisan menjelaskan penelitian oleh Dr Raymond A
Moody Jr tentang mati suri. Raymond mengemukakan orang mati suri itu dibawa
masuk ke lorong waktu, di sana ia melihat rekaman seluruh apa yang telah ia
lakukan selama hidupnya. Dan diakhir pengakuan orang mati suri itu berkata:
''Dan aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya.''



Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat orang-orang berteriak ingin
dikembalikan ke dunia dan ingin beramal serta penelitian Raymond yang
menyebutkan ''aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya'',
Legisan mengutip ayat Al-Qur'an Surat *Al-Mu'minuun* (23) *ayat 99-100*:



*Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia
berkata:''Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).''(99) . Agar aku berbuat
amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (100)*

* *

Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga Qur'an Surat *
Az-Zumar* (*39) ayat 54*:



*''Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)".*



Usai pertemuan alumni itu, Aslina meminta nasehat dari Legisan.



Intruktur ESQ itu menyarankan agar Aslina senatiasa berdakwah dan
menyampaikan kesaksiaannya saat mati suri kepada masyarakat agar mereka
bertaubat dan senantiasa mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.



Setelah acara, banyak di antara alumni yang bersimpati dan ingin membantu
pengobatan sakit gondoknya. Para hadirinpun menyempatkan diri untuk berfoto
bersama Aslina.



Semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dari kesaksiaan tersebut.



*Nb :* *Bagikan cerita ini kepada semua orang, agar mereka mendapat
hikmahnya dari cerita ini. Ternyata hidup ini hanya sementara, dan hanya
amal serta hati yang bersih yang menuntun kita menuju jalan kehadapan
Illahi.*






[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke