--- In kmnu2000@yahoogroups.com, Muammar Syaubari <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

ini adalah tanggapan saya atas artikel Armansyah dan
Hartono A.Jaiz di situs www.swaramuslim.com perihal
pernyataan Gusdur di kantor JIL (Al-qur'an itu kitab
paling porno)dan ini sudah dikirim langsung ke alamat
email saudara Armansyah..

Yth. Saudara Armansyah.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu

Saya membaca artikel saudara dan Hartono A Jaiz yang
sudah tidak populer lagi, Yang saya tahu dari seorang
Hartono A Jaiz adalah penulis buku"Golongan dan Paham
sesat  di Indonesia" disana ia mengkafirkan lusinan
orang diantaranya :Gusdur, Cak Nur, JIL, Ahmadiyah dan
semisalnya. anda kayaknya harus kembali mempelajari
yang namanya Ilmu manthik dan Balaghah, jadi saya
maklumi saudara berpendapat seperti itu, menyingkapi
pendapat orang lain  dengan arogan dan masih perlu
membaca metodologi mengkritisi pendapat orang lain,

Mungkin ahli antropogi kaget sangat bila mengetahui
kejauhan kiayi Jatim
dengan Gusdur, saya tidak kaget bila saudara yang
mungkin tidak mengenal khazanah kitab-kitab kuning
sama sekali begitu sengit dengan neomodernismenya
Gusdur, kiayi Nu yang dulu sangat dekat dengan beliau
kini juga ikut bingung melihat manajemen konflik yang
dikemudikan Gusdur melalui jurus kontroversi
pernyataannya.
Saya tidak mendukung pendapat Gusdur yang anda
kritisi, karena saya tahu beliau bukanlah malaikat,
bukan juga manusia yang tak pernah salah atau ma'shum
tidak.. beliau manusia biasa yang banyak juga
kekurangannya seperti kita, tapi saya terus terang
sangat tidak setuju dengan cara anda mengkritisi,
disana anda mengatakan "anda ini Muslim atau bukan
sih", saya malah khawatir bila ada orang mengatakan
kafir pada orang muslim akan terjaring dalam hadits
Nabi " Barang siapa yang mengkafirkan orang islam maka
dirinya sendiri yang kafir", =dalam arti murtad
ucapan, solusinya harus membaca 2 syahadat= (ini
dijelaskan salafusshalih, bukan oleh penulis buku
kemarin sore), saya tidak begitu simpati dengan laju
Jaringan Islam Liberal itu, tapi saya juga sangat
tidak setuju dengan segelintir orang yang melaknati
mereka dengan sebutan Jaringan Iblis Laknatullah.
Memangnya surga, neraka, ampunan dan laknat dia miliki
merampas prerogatif Allah.
Cobalah kita jernih dalam menanggapi pendapat orang
lain, obyektif. Gusdur bukannya bodoh dengan menutup
aurat adalah kewajiban, justru Gusdur lebih tahu dari
anda, beliau pernah mengaji Kitab Fathal Wahhab
(Fiqh), mungkin nama kitab ini baru anda dengar
bukan?…Gusdur lebih mengerti Al-qur'an (hampir seluruh
tafsir pernah beliau baca) daripada orang yang mungkin
hanya mengenal ayat :
1.Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang kafir. -Qs. al-Ma'idah  5:44
2.Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang zalim. -Qs. al-Ma'idah  5:45
3.Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang fasik. -Qs. al-Ma'idah  5:47
4.Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas. -Qs.
al-Mu'minuun 23:7
Yang anda dapat dari buku-buku susunan orang-orang
yang baru bisa baca tulisan Arab barang kali, cobalah
teliti Asbabun Annuzulnya, saya juga sebenarnya
bingung di Indonesia ini, saya tahu kalangan pesantren
Nu yang memiliki kekayaan ilmiyah dalam kitab kuning
peninggalan orang-orang salaf (mulai tafsir, hadits,
musthalahul hadits, asbabun nuzul, fiqh, tauhid, ushul
fiqh, balaghah, mantiq, tasawwuf, qaidah fiqh, tarikh
fiqh, hikmah tasyri' dan masih banyak lagi
disiplin-disiplin ilmu islam lain dipelajari disana),
tapi hingga kini tak ada yang berani Ijtihad padahal
di kalangan Pesantren Nu banyak kiayi yang memiliki
kemampuan ke arah situ, tapi diluar NU, banyak yang
tidak tahu bahkan tidak kenal dengan khazanah kitab
kuning tiap hari ngomongnya mengajak Ijtihad terus,
kacaunya disitu itu, padahal kalau dilihat orangnya ya
Allah ilmunya sangat minim sekali. Demikian pula
dengan menegakkan syari'at Islam, justru yang ngotot
itu La Jahil Walaa `Alim. (Ini wacana ilmiyah kan?,
jadi maaf jika dianggap tidak santun, dulu Ulama dulu
mengatakan bodoh kepada lawan debatnya yang keliru itu
biasa, karena menggugah keilmiahan).
Kayaknya Kita perlu kembali mengulang pelajaran
metaforsis yang diajarkan mulai SMP hingga perguruan
tinggi. Agar kita tidak gegabah menangkap orang yang
tidak bersalah.
Kita dijadikan oleh Allah sebagai makhluk yang namanya
manusia memang tugasnya adalah agar kita bersikap
kritis, membangun, inovatif dan kreatif. manusia
sebagai khalifah. Dalam Quran dikatakan, Wa liya`lama
alladzîna ûtû al-`ilma annahû al- haqqu min rabbik, fa
yu'minû bih, fatukhbita lahû qulûbuhum wa inna lahâ
lahâdi al- alladzîna âmanû illâ shirâthin mustaqîm.
Untuk mencari kebenaran pertama harus memakai ilmu
pengetahuan, objektif. Oleh karena itu, ketika orang
Arab tidak ngerti nubuwwah, tidak ngerti wahyu, Quran
memerintahkan, fas'alû ahla al-dzikri. Siapa ahlu
al-dzikr itu? Orang Kristen dan Yahudi. Silahkan lihat
tafsir semua, kalau ndak percaya. Ahla dzikri itu ay
al-yahûd wa al-nashârâ. Tapi, oleh mubaligh Indonesia
itu diartikan ahlu al-dzikr itu kiai. Kalau nggak
ngerti, tanya pada kiai ya ... Maksudnya, saya ya.
Karena dia lagi jadi kiai waktu itu.
Itu apa artinya? Bahwa mencari kebenaran harus dengan
ilmu pengetahuan, yang kebetulan waktu itu yang
berilmu itu mereka Yahudi dan Nasrani. Maka, Khadijah
Ra. tanya pada Warakaqah bin Naufal, Abu Thalib
mendengarkan nasihatnya Bukhairah, ketika mengatakan
ini akan menjadi Nabi. Nah, itu karena mereka (orang
Arab yang jâhiliyyah) menganggap ahlu al-dzikr itu
adalah orang Yahudi dan Nasrani. Dan itu diakui oleh
Quran sendiri.
Setelah kita mendapatkan kebenaran, maka fayu'minû
bih, artinya iman. Ini tidak bisa ditinggalkan. Ilmu
tanpa iman apalah jadinya. Kadang-kadang kita dengan
membingkai ilmu pengetahuan, padahal dalam rangka
menggerogoti atau mengganggu keimanan. Atau sebaliknya
dengan bahasa iman, kita mengesampingkan rasionalitas
atau penemuan-penemuan ilmiah, atas nama iman. Ini
dua-duanya salah ini. Nanti yang satu menjadi kanan
yang satu menjadi kiri. Saya di tengah aja lah enak.
Nah, setelah itu fatukhbita lahû qulûbuhum; sikap yang
jernih, yang objektif, moralitas yang tinggi,
berakhlak karimah. Bahasa santrinya begitu. Ini kan
membangun manusia yang mempunyai afkâr wa aqwâl wa
mawqif; yang stabil ucapannya, pikirannya, tindakannya
dan sikapnya, yang betul-betul bisa
dipertanggungjawabkan.
Jadi kalau dalam prinsip kenegaraan, saya lebih
condong kepada Gusdur, karena Indonesia itu kalau
dilihat dari sejarah sisa kekuatan yang paling luar
dan jauh, jadi tidak bisa seperti timur tengah, tidak
bisa seperti eropa dan afrika. Jadi kita butuh forum
tersendiri dengan kondidi sosiologi masyarakat kita.
Saya berpendapat, dan silahkan anda kritisi; Kalau
pemahaman agama sudah dicampuri dengan kepentingan
politik, maka di situ akan terjadi stagnan, jumud,
bahkan tadllîl dan malah ightishâb, merampas hak orang
lain dengan menggunakan agama. Bukan berarti saya
menghalangi berjalannya syariah Islam di Indonesia.
Tapi, yang kita tolak adalah dijadikannya syariah
Islam menjadi undang-undang negara. Mengapa? Yang kita
takutkan nanti kalau dijadikan alat untuk membangun
hegemoni kekuasaan. Dan itu sepanjang sejarah telah
terjadi.
Ketika Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi menjadi panglima
perangnya Abdul Malik bin Marwan tahun 25 H. membantai
manusia sekitar 70 ribu orang. Ketika itu manusia baru
3 juta setengah sedunia. Tapi Hajjaj sudah membantai
70 ribu orang dengan bangga, dengan mengatasnamakan
agama. Dia bilang, `Saya tukang mencongkel gigi dan
saya seorang pembantai, kalau sudah saya potong itu
kepala-kepala yang bersorban, baru kenal Anda siapa
saya.' Itu dengan bangga sekali. Kenapa? Karena yang
menentang Khalifah Abdul Malik bin Marwan berarti
kafir. Karena dinasti Bani Umayah adalah dinasti
Islam. Kan begitu pola pikirnya? Maka yang menentang
adalah kafir. Itu contoh dulu. Contoh yang baru.
Pada tahun 1980, Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliki
di Mekkah, ketika rajanya zalim, itu dijatuhi vonis
hukuman mati oleh Mahkamah Syar`iyyah Islâmiyyah Ahl
al-Sunnah al-Salafiyyah al-Wahhâbiyah, al-Fâtihah
sekalian hehehe ... Yang menjatuhkan hukuman mati itu
bukan mahkamah nasional, mahkamah Katolik, mahkamah
Kristen, pantes ya ada masuk akalnya. Tapi tidak, ini
Mahkamah Syar`iyyah Islâmiyyah. Apa salahnya Sayyid
Muhammad? Karena berani mengkritik pemerintah dengan
terang-terangan, terbuka di Masjidil Haram. Tindakan
pertama dilarang mengajar, kemudian sampai di rumahnya
dilarang menerima tamu dan terus sampai dirampas
paspornya sampai terakhir keputusannya, harus dihukum
mati. Alasannya, menyebarkan bid`ah, padahal alasan
sebenarnya beliau kritis terhadap pemerintahan saat
itu. Nah, sampai sekarang Sayyid Muhammad tidak lagi
mengajar di Masjidil Haram.
Maka pertanyaannya adalah syariah yang mana yang harus
kita jalankan? Ternyata di Aceh yang sudah mendapatkan
otonomi khusus menjalankan mahkamah syar`iyyah. Tiga
bulan yang lalu Abu Bakar Ilyasa' dari Mesir yang akan
menangani tentang tathbîq al-syarî`ah di Aceh, datang
ke program pasca sarjana di Jakarta. Ternyata
kendalanya, kesulitannya luar biasa dalam
merealisasikan mahkamah syar`iyyah itu. Hakim Islam
banyak, tapi pengacara Islam? Polisi Islam? Pembela
dan advokasi Islam? Penyidikan secara Islam? Integrasi
secara Islam itu seperti apa?
Ternyata ingin membangun Islam itu tidak hanya dengan
syahwat emosi saja, tapi harus dengan syahwat ilmiah
juga. Nah, di Indonesia rupanya masih saja syahwat
emosi yang dipakai. Nah, kalau nanti di Aceh ternyata
tathbîq al-syarî`ah ini gagal, maka kita malu atau
kehilangan kredebilitas umat Islam Indonesia. Jangan
harap akan bisa lebih maju lagi, dapat kita contohkan
joke-nya, ketika kesebelasan Arab Saudi dikalahkan
telah 0-8 oleh Jerman pada piala dunia 2002 di
Korea/Japan, bukan kekalahannya yang kita malu sebagai
sesama muslim, di tribun penonton sporter Arab Saudi
menenteng benderanya yang tertulis 2 syahadat ikut
loyo, sama juga misalnya ketika acara penyerahan
medali di olimpiade kala Arab Saudi meraih perunggu
misalnya, bendera syahadat itu dibawah bendera Cina
palu arit (komunis), ironis.  
Jadi, kalau agama sudah dicampuri urusan politik akan
terjadi bukan hanya stagnan dan jumud, tapi ightishâb,
perampasan hak yang luar biasa. Dan panjang itu
ceritanya, bagaimana Ibnu Arabi, bagaimana Ibnu
Faridl, bagaimana al-Hallaj sendiri dibunuh. Itu semua
sebenarnya urusan politik, silahkan baca sendiri
sejarahnya.
Kita tidak usah repot-repot menjelaskan sesuatu yang
semua muslim tahu tentang definisi Islam, kita perlu
mengkaji ilmu antrology bagaimana seorang Gusdur latar
belakang linkungan dia.
jangan asal saja berucap kiayi bodoh kala menanggapi
para
sufi kita (kiayi kita, kata Gusdur) mendengar nyayian
Ummi Kultsumi sambil berucap Allah.. Allah… padahal
nyanyian tersebut beberapa baitnya berisikan ajakan
minum khamr. Dia hanya melihat manusia dari dhahirnya
saja, kemudian mengklaim kafir, musuh Islam, neraka,
iblis atau apalah yang membuat saya ngeri
mendengarnya. Bukankah yang lebih baik mendoakan orang
lain senantiasa mendapatkan Hidayah bukannya berusaha
(tapi gagal) menyulap seseorang menjadi Iblis..
(ha..haa..).

Anda mungkin tahu bahwa perkembangan Islam yang sangat
begitu cepat pada zaman Nabi tidak terlepas dari peran
sastra Arab yang sudah dikuasai oleh masyarakat Arab
saat itu,  turunnya Al-qur'an yang bernilai sastra
tinggi itu membuat kemajuan islam bak jamur di musim
hujan.

Anda mungkin tahu cerita seorang Pujangga Quraisy
menyusun syair yang berisi penghinaan kepada Nabi,
kemudian divonis hukum mati, namun saat eksekusi
hendak dilakukan, dia melantunkan syair yang berisi
permohonan maaf dan pengakuan bersalahnya,  saat Nabi
mendengarkan alunan syair yang sangat indah itu,
beliau meneteskan airmata dan menerima permohonan maaf
itu serta menyatakan hukuman mati dibatalkan, tapi
disayangkan mengapa cerita itu dibelokkan menjadi
dasar kekerasan?, katanya Nabi pernah menghukum mati
seorang pujangga yang menyusun syair berupa penghinaan
pada dirinya. Apa itu bukan mendustakan sejarah.

Gelar jelas tidak penting, gelar Doktor seseorangpun
kalau minta dilepas ada kok yang mau, gelar hajipun
kalau minta dilepas oleh orang mau kok, orang ada
seseorang yang hajinya sampai 17 kali.
Seseorang dapat menjalankan taqwa dengan benar itu
harus dengan ilmu…apalah arti keilmuan tanpa diserta
keimanan, dan apa faedahnya keimanan kalau ilmunya
tidak ada.

Kalau tujuan membangun wacana keilmuan dianggap suatu
kesombongan, silahkan itu hak anda, mungkin sombong
menurut anda tapi tidak menurut yang lain.yang menjadi
objek saya adalah generasi muda kita, kalau generasi
muda kita tidak Almuhafadhah `Alal Qadimis Shalih
(menjaga keilmuan, khazanah ilmu orang dulu) tapi juga
tetap mengkritisinya agar tidak mempunyai pemahaman
yang mati "Wal-akhdzu Bil Jadidil Ashlah". hemat saya
sangat memprihatinkan sekali, kalau generasi islam
kita membuang kitab kuning, mulai Jalalain-Tafsir Ibnu
katsir (tafsir), Fathul Qorib-Ghayatul Wushul (fiqh),
Jurumiyah hingga Alfiyyah (Nahwu), Arba'in Nawawi –
Fathal Bari (hadits) dan lain-lain sebagainya, maka
akan muncullah santri-santri yang kelihatannya saleh,
tapi bodohnya setengah mati (kira-kira begitulah).
Atau generasi Islam yang semangat Islamnya tinggi tapi
pemahaman Islamnya non-sense. Seperti sekarang kita
lihat, ada tokoh Islam di Indonesia yang tidak bisa
membedakan antara kafir dan kuffâr, dia berkata Dulu,
Nabi Muhammad Saw. itu di Madinah, ada Yahudi, Kristen
juga, ah dulu itu kan namanya kafir, kalau kafir nggak
apa-apa. Tapi kalau kuffâr, kita harus aziddâ'
(keras), itu ngomongnya di TV. Maklum, pesantren kilat
barangkali. Nah, yang begini ini laku di Indonesia,
terutama mahasiswa yang bukan jurusan agama, di UI, di
ITB, di IPB dan sebagainya yang praktis-praktis aja
lah. Pokoknya yang dibaca itu (ayat) wa lan tardlâ
`ankal yahudu walan nasharo…, dan wa jâhidû
fisabilillah…  saja. ini sudah banyak terjadi di
Indonesia ini, belajar agama islam memilih jalan yang
praktis-pratis saja.

Jadi al-muhâfazhah `alâ al-qadîm al-shâlih wa
al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlah, sebuah paradigma
kita, itu apa? Al-muhâfazhah `alâ al-qadîm al-shâlih
itu paradigma taklid, kita umat Islam sunni ini harus
taklid, taklid yang obyektif dan kritis bukan taklid
buta atau taklid membebek. Kalau kita tidak taklid,
berarti kita memutuskan hubungan `alâqah al-tsaqâfat
wa al-adab antara kita dan generasi yang mendahului
kita. Itu sangat bahaya akibatnya. Contoh Spanyol,
ketika Ezabella menang mengalahkan umat Islam di
Spanyol, yang melawan dibunuh, yang tidak melawan
diusir ke Afrika, maka Ezabella segera mengatakan;
kita akan membangun Spanyol baru yang bersih dari
pengaruh Arab atau Islam. Kalau agamanya, barangkali
okelah, karena orang Katolik dengan orang Islam sangat
benci. Akan tetapi, sampai peradaban, ilmu
pengetahuan, budaya, seni kita habisi (tapi saya tidak
mengatakan "telanjang itu seni islam" lho ya?), ganti
semua dengan yang baru, Spanyol baru. Ternyata apa?
Spanyol sampai sekarang adalah negara Eropa barat yang
paling bodoh, yang paling terbelakang dibanding yang
lain seperti Perancis, Itali, Jerman, Inggris Belanda
dan lain-lain. Kenapa? Karena memotong `alâqah
al-tsaqâfat wa al-adab, `alâqah turâts bayna al-jayl
al-jadîd wa al-jayl al-sâlifah. Delapan ratus tahun
dibuang begitu saja, maka jadilah generasi sekarang,
generasi yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Sikap yang mungkin obyektif menurut saya adalah
memperhitungkan definisi-definisi dari kata yang
dilontarkan, melihat makna-makna yang bisa ditunjukkan
kata yang dipakai, menganggap nilai metafornya, ini
semua ada pada disiplin  Ilmu Manthik dan ilmu
balaghah (retorika), anda pernah mempelajari itu
bukan?, jadi menurut saya pribadi (kenyataannya
wallahu a'lam) yang dimaksud Gusdur adalah  alqur'an
itu porno karena al-qur'an sangat transparan
penjelasan-penjelasan hukumnya (contoh ayat menyusui
dan ayat menstruasi) dan juga dia terbuka mencakup
segala sesuatu.
Lho malah orang yang melarikan kata porno disitu porno
telanjang (baik telanjang bulat ataupun  tidak bulat
atau lonjong atau apalah terserah)  itu yang justru
dipertanyakan, mengapa kok teganya memahami al-qur'an
itu porno (telanjang bulat),  selera sexnya rendah
lihat betis aja ngiler.. ha..ha...
Alqur'an itu mencakup 104 kitab, termasuk didalamnya
Injil, Cuma injil sekarang bukan Injil yang  dulu,
Injil satu negara dengan negara lainnya beda.
Al-qur'an dengan bahasanya yang tetap sepanjang masa
dan sama dimana-mana telah sanggup menciptakan iklim
keIslaman. Ia akan dimengerti di Amerika, demikian
juga di Inggris. Bila ia dibacakan di Jepang, maka ia
juga dipahami oleh orang-orang India dan Pakistan, dan
bila ia dibaca di negeri Belanda, maka Mesir, Libya,
Indonesia akan mengerti, setidak-tidaknya mengenali
bahwa itulah ayat-ayat Al Qur'an. Qur'an tidak pernah
dirubah bahasanya dan ini saja sudah dapat dijadikan
pegangan, bahwa isinya authentic asli. Beda dengan
Injil yang telah melalui sedemikian banyak terjemahan,
sehingga keaslian kata-kata mungkin telah menyimpang
dari maksud semula. Ia disalin dari bahasa Ibrani ke
bahasa Gerika, lalu ke bahasa Latin, dari Latin oleh
Marthen Luther pada tahun 1521 disalin ke bahasa
Jerman. Dari Jerman disalin pula ke dalam bahasa
Inggris, Belanda, Indonesia, Jawa, Minang, Timor dst.
Sambil menyalin, maka atas pertimbangan politik.
sipenyalin menterjemahkannya  pula menurut "situasi
dan kondisi" setempat. coba lihat misalnya, kalau di
dalam Injil bahasa Belanda dan Inggris syarat masuk
surga adalah Door bidden en fasten atau by praying and
fasting, maka didalam Injil bahasa  Indonesia mereka
mencukupkan hanya dengan doa, sedangkan fasting atau
fasten atau puasanya dihilangkan.

Menurut yang pernah saya baca, maksud dengan ayat
Fasalu ahladzdzikri inkuntum la ta'lamuun itu bukan
bertanya-bertanya kasat mata saja, belajar teknologi,
ilmu astronomi  sama mereka juga bisa. Jadi memang
al-qur'an itu masih sangat global sekali, tidak
sesempit yang sering lontarkan sarjana tafsir yang
ternyata bukan sarjana tafsir tapi sarjana Surat Hud
(he..he).  

Terakhir yang harus anda tahu, bahwa Al-qur'an sudah
sangat mulia, tidak akan terhina walaupun ada yang
menghina..


Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu


Muammar Syaubari


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

--- End forwarded message ---







Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Different religions beliefs Islam
Muslimah Women in islam


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke