Menyambut Pesta Buku Jakarta 2008; Buku Anak Islam.

"If there’s a book you really want to read but it hasn’t been written yet, then 
you must write it." 
~Toni Morrison (Wanita Pemenang Hadiah Nobel 1993 di bidang literature)



Zaman saya SMP di tahun 80-an belum banyak buku anak-anak Islam yang ditulis 
oleh penulis Indonesia. Belum ada buku serial Meo yang ditulis oleh Eka 
Wardhana, belum ada serial akhlak yang ditulis oleh Bambang Trim dan buku-buku 
komik Islam AA Gymjuga belum muncul ketika itu. Apalagi Ali Muakhir yang sangat 
produktif menulis tahun 2000-an, dia mungkin masih sebagai pembaca buku saja.

Saya merasa bahagia bahwa kemajuan industri buku anak Islam di Indonesia cukup 
meriah. Buku-buku anak-anak terjemahan dari luar negeri yang membanjiri pasar 
buku Indonesia sudah ada counterpart-nya. Penerbit Mizan bisa mengimbangi 
lajunya produksi buku komik atau buku anak-anak luar negeri yang diterbitkan 
oleh kelompok Gramedia.

Baru saja saya melihat judul-judul buku anak yang diterbitkan oleh Mizan 
melalui websitenya. Lumayan! Itulah kata yang pantas saya berikan untuk 
penerbit sekaliber Mizan. 

Alasan saya hanya mengatakan lumayan, sebab secara statistik saat ini jumah 
penduduk Indonesia kurang lebih  200 juta orang beragama Islam.  Hasil sensus 
penduduk tahun 2000, jumlah anak-anak Indonesia kelompok umur usia balita ada 
10% dari total jumlah seluruh penduduk Indonesia. Sedangkan anak-anak usia 5-14 
tahun berjumlah 23% dari total jumlah penduduk Indonesia. Dan kelompok remaja 
15-19 tahun ada 10,51% dari total jumlah 201.241.999 orang yang tercacah dan 
bertempat tinggal tetap.

Jika dihitung rata-rata jumlah anak-anak dan remaja hasil sensus tahun 2000, 
maka penduduk Indonesia lebih dari 40% adalah anak-anak dan remaja. Tentu saja 
jumlah judul buku untuk anak produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan 
anak-anak negeri kita.

Saya juga mengamati, bahwa kebiasaan pasar buku di Indonesia kurang memberikan 
penghargaan untuk buku anak. Resensi buku yang ditulis di seluruh media massa 
di tanah air, hampir semua menampilkan resensi buku untuk dewasa. 

Jika saya boleh berpendapat kurangnya penghargaan untuk buku anak-anak 
merupakan  salah satu faktor yang membuat anak-anak lebih senang menonton 
sinetron daripada membaca buku. Disamping faktor lain, misalnya ada  orang tua 
yang kurang kesadarannyua untuk  membelikan anaknya  buku daripada mainan. 

Faktor lainnya adalah  orangtua keluarga muslim yang kurang mengontrol bacaan 
anak-anaknya. Banyak anak-anak yang senang membaca komik Sinchan, Superman atau 
Batman misalnya daripada membaca buku mengenai akhlaq. Padahal tokoh seperti 
Superman atau lainnya dapat mengikis aqidah anak mengenai prinsip keesaan Allah 
SWT. Bisa menjerumuskan anak menjadi syirik dan menganggap bahwa Superman atau 
tokoh komik lainnya di buku yang menjadi penyelamt.

Industri buku untuk anak-anak Islam masih perlu dipacu laju jalannya. Banyak  
tema buku yang belum diterbitkan untuk anak-anak dan remaja (teen) yang 
berkaitan dengan aqidah dan ahklak. Selain itu harga buku untuk anak-anak Islam 
ini harus diperhatikan. Sebab saya melihat ada buku untuk anak-anak yang dijual 
dengan harga mahal.

Sebagai konsumen, saya senang membeli buku untuk anak-anak dengan harga yang 
terjangkau. Patut diacungi jempol ada beberapa  buku untuk anak-anak Islam  
dapat dibeli dengan harga dibawah Rp10.000. 

Sedangkan tema buku untuk anak Islam, diperlukan lebih banyak judul-judul buku 
yang berkenaan dengan perilaku, moral dan akhlaq.  Sebab buku anak-anak yang 
berkaitan dengan aqidah lebih banyak di pasaran dari pada buku mengenai 
pembentukan karakter yang Islami.

Megara, 20 Juni 2008.


Hartati Nurwijaya in Megara - Greece
http://perkawinan-antarbangsa-loveshock.blogspot.com/
http://sumatra-bali-hartatinurwijaya.blogspot.com/





      

Kirim email ke