Mas Jano,
Saya hanya ingin menegaskan saja, bahwa yang mas bahas ini 'ummat'
suatu keyakinan tertentu dan bukan sembarang kelompok manusia, entah
berdasar etnis, ras atau lainnya ... ya kan? Dengan demikian yang
level adalah membandingkan ummat/umat Islam dan umat-umat (pemeluk
agama) lainnya, ya kan mas?
salam,
satriyo
;-]
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko [EMAIL PROTECTED] wrote:
Bu Mei :
Sementara orang Islam [ pada umumnya] cuma suka jadi pengikut,
pengekor atau berjalan di tempat;
-
Jano - ko :
Tolong dong diumumkan sumber dari pendapat bu mei tersebut.
Kalau kita hanya melihat kekurangan orang lain maka yang
terlihat ya kekurangannya saja, kenapa kita tidak melihat hal-hal
yang positif dari orang lain tersebut ( dalam hal ini adalah umat
Islam).
Sekarang kita coba lihat kelebihan umat Islam, sebenarnya banyak
riset dan penelitian yang telah dilakukan oleh umat Islam, hanya saja
bu mei tidak atau belum rajin menggalinya and bu mei harus menyadari
bahwa umat Islam itu tidak hanya orang Arab saja lho.
Coba kita melakukan pertanyaan, umat mana yang paling
sedikit menyumbangkan EFEK GAS RUMAH KACA ( CO2 ) yang merupakan
hasil sisa pembakaran di industri yang menyebabkan GLOBAL WARMING
tersebut ?
Silahkan, bu mei dan insan-insan liberal menjawab pertanyaan jano-
ko
:)
Selamat siang
--oo0oo--
L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote:
Perlu diperjelas Islam sebagai agama yg tidak bisa di
utik2 lagi atau tantangan bagi umatnya?
Sains Barat kok bau2nya mengarah masalah kristen?
[ Ini pertanyaan untuk judulnya]
Aetike yg di kirim Pak Satriyo nggak yau ketlisut dimana, saya
nggak buka mail 2 hari ini :-(
Yg saya bisa cerna sebagai orang awam dalam tataran praktek :
Mungkin maksudnya untuk saat kekinian : sains yg berasal dari barat
itu apakah sesuai untuk Islam?
Misalnya saja masalah kloning, bayi tabung, bank sperma, talipusat;
penyewaan rahim.
Zaman sekarang kan jarang saintis yg berasal dari komunitas Islam
misalnya.
Banyak mereka kalo sekolah2 carinya yg urusan yg 'non sains'; ilmu2
terapan/aplikasi saja misalnya.
Kalopun sekolah yg sains gitu akhirnya kok gak kepake, malahan
ngurus promosi poligami misalnya.
Sekolah tinggi jadi ekonom, S1 S2, S3 misalnya cuma dipakai untuk
nilai tambah cari kerja/duit; jarang yg mau jadi peneliti.
Misalnya saja ; banyak dokter banyak praktisi kesehatan masyarakat
tapi DBD tetap menjadi tradisi tiap tahunnya.
Dah gitu nggak mau ilmunya dicharge-diupdate, tidak membaca lebih
banyak literatur, tidak biasa menulis tidak bikin buku.
Sehingga sangat jarang buku2 sains, ilmu pengetahuan umum yg
ditulis oleh kalangan Islam misalnya.
Literatur untuk keilmuan lebih banyak dibuat oleh barat.
Seorang penulis/ilmuwan indonesia, islam bikin suatu karangan
rujukannya pasti dari barat. :-)
Jadi yg diperoleh stagnan saja; sementara di 'negeri yg maju'
penghargaan terhadap inovator, pembaharu sangat memujikan.
Orang sekolah gak melulu supaya bisa kerja tapi bagaimana ilmu yg
didapat bisa ditularkan pada yg lain.
Menjadi peneliti, penulis diakui keberadaannya.
Sementara orang Islam [ pada umumnya] cuma suka jadi pengikut,
pengekor atau berjalan di tempat;
hanya isu2 agama sajalah yg sering jadi masalah
Karena jika sedikit menyimpang dari pakem langsung kena tuduh,
liberal lah, sekulerlah, penghinaan agamalah.
:-)
Sementara di luar sana orang dah mau bikin rumah di bulan; kita
masih terus berkutat seperti yg di tulis di bawah;
konflik intern, konflik sapa benar sapa salah, ogah membuka diri,
62 tahun punya minyak tapi gak bisa mengelolanya dll.
Yg diperlukan sekarang adalah sains yg aplikatif [ entah
datangnya/asalnya dari mana] paling gak bisa langsung josss - mak
nyoooss diterapkan untuk kemaslahatan bersama :-)
Gak cuma sekedar untuk jadi bahan omongan - omdo, diskusi, seminar
melulu yg investasinya ratusan ribu misalnya.
Saya memujikan M Yunus.
Langsung terjun praktek nggak cuma ngomong dan berteori melulu.
salam
l.meilany
- Original Message -
From: Donnie
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, May 08, 2007 4:36 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Fwd: Sains Barat Tantangan Islam
Bukankah ketika Islam dikenal sebagai pusatnya pengetahuan,
disebabkan oleh science yang bersifat empirik? alkemi, kedokteran
(dengan berbagai alat bedah yang masih serupa dengan alat bedah
modern - dari artikelnya pak Satriyo juga), ilmu falak, semua
berbasis pengamatan indrawi, meskipun pelaku science pada masa itu
adalah orang yang religius.
Science menurut saya adalah cara kita memahami bagaimana alam ini
bekerja, dengan berbagai hukum2nya. Science memang tidak membantu
kita memahami atau memastikan tentang mengapa alam ada/terbentuk
dan
berkembang dengan segala hukum2nya. Karena itu butuh disiplin yang
lain yang tidak