Terima kasih, Mas Wida. Kalau saya cenderung tidak berani untuk mencap Indonesia sebagai negara berkembang secara kesuluruhannya. Lagipula, Indonesia bersifat kompleks dan ini bukan bermaksud sebagai sikap apologis dari saya. Yang saya mengritik adalah sistim hukum dan ekonomi yang diciptakan untuk orang “golongan atas” dimana sebagiannya merampok kekayaan negara. Masrakyat luas yang miskin tidak diberdayakan, malahan mereka dengan sengaja dihalangi agar tetap miskin dan tidak kritis. Birokrasi adalah satu contoh. Aplikasi agama yang salah kaprah adalah contoh lain. Hutan di Indonesia sebentar lagi mau habis akibat plunder kayu yang illegal, kelongsoron tanah dan kebanjiran semakin bertambah. Masrakyat miskin yang harus mempertahankan kehidupan pokok, cenderung tidak mempunyai keberdayaan untuk lebih konsern terhadap perusakan lingkungan alam. Korupsi yang dimana-mana dihadapi dengan letargi. Belum ada hukum perlindungan saksi yang membuka kasus korupsi, itu baru dibahas di DPR selain RUU APP yang dianggap jauh lebih penting. Ini sungguh memprihatkan saya. Kriminalitas meningkat, di daerah rumah saya hampir setiap minggu terjadi perampokan dan saya tidak tinggal di daerah elit. Banyak jalan yang rusak, disiplin para pengemudi kendaraan sering memprihatkan, sampah dimana-mana, hutang luar negri banyak. Bocah-bocah kecil yang dibiarkan di jalan sendirian, pelecehan seksual dan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, pelacuran dimana-mana. Tetapi kesombongan dalam beragama dan moral seksual sering luar biasa. Saya sering harus bertanya diri, apakah ini mimpi atau kenyataan. Seluruh masrakyat dipaksakan agar menerima satu kebenaran mutlak bahwa sebagai bangsa yang beragama tidak boleh permisif dalam seksualitas dan jika ada yang menyimpan dari pendapat ini langsung dicap sebagai binatang primitif yang suruh tinggal di hutan. Ini arrogansi yang luar biasa. Sekaligus itu arrogan terhadap hewan atau binatang. Mereka yang mencap hewan atau binatang sebagai makhluk nafsu tidak pernah meneliti dunia fauna. Tidak mendidik sama sekali. Atau pornografi dan pelacuran yang disalahkan atas merosotnya moral bangsa, khususnya generasi muda. Tetapi siapa para pelacur besar yang lebih merusak moral? Silakan baca artikel ini yang kemarin dikirim ke milis ini: http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20060320.A01.
Saya setuju bahwa perlu waktu hingga masyarakat hidup teratur, sopan, saling menghargai, karena itu merupakan proses. Tetapi proses itu jangan dihalangi dengan nilai-nilai otoriter dan tertutup, sehingga mayoritas hanya akan menuju ke jalan buntu. Bukan dengan kebohongan yang sesat seperti dilakukan oleh para ekstrimis yang mempromosikan aplikasi agama yang sesat dan tiranis dalam konteks dan ruang waktu sekarang. Padahal mereka tidak ada satupun berguna yang bisa ditawarkan kepada negara dan penduduknya. Lihat saja aplikasi hukum sharia di Aceh. Mana yang bermanfaat dan menguntungkan rakyat dengan diciptakan polisi moral yang tidak ada kerjaan lain daripada memeriksa pakaian perempuan di jalan serta memastikan agar pria jangan bercampur dengan perempuan? Mana ada yang produktif? Apakah moral meningkat? Sama sekali tidak. Betapa primitif! Atau baca di situs HT tentang ide mereka soal aplikasi hukum Islam. Diskriminatif dan fasis! Atau lembaga MUI telah menyumbang apa yang bermanfaat selama ini? Fatwa mana yang mereka keluarkan selama ini telah mengencam korupsi, tindakan kekerasan, termasuk tindakan kekerasan atas nama agama, atau kritis terhadap kinerja pemerintah? Silakan dinilai sendiri mana dan berapa banyak yang produktif: http://www.majelisulama.org/mui_in/fatwa.php?PHPSESSID=18d804986dd74713dbde3274840b23f1 Begitupun dengan di negara-negara lain yang memberlakukan hukum agama yang sesat. Maka klaim bahwa agama Islam bisa menyelesaikan semua permasalahan kalau tidak disertai contoh konkrit tentang hal dan cara bagaimana hanya tinggal slogan yang kosong dan bodoh. Yang namanya iman tidak dapat dilihat, apalagi diukur dari luar. Orang yang rajin shalat dan selalu ikutan ritual belum bisa dibilang beriman atau bermoral. Justru di antara mereka ada juga pelacur besar. Sudah berapa figur publik pernah bersumpah di atas Al Quran atau Kitab lain dan kemudian terlibat dalam kasus korupsi? Tetapi ketaatan terhadap ritual formalistik masih sering menjadi kriteria utama dalam menilai kepribadian manusia. Para ekstremis cuman bisa bilang ini agenda zionis, infiltrasi budaya Barat, seks bebas dan memberlakukan hukum Islam secara kaffah sekarang. Kalau ada orang beragama Islam yang mempunyai pendapat lain, cuman bisa dicap sebagai antek Barat, kafir, tetapi tidak mampu berargumentasi dengan rasional. Ini salah satu proses radikalisasi agama yang telah terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir dan menurut penilaian saya, proses tersebut sama sekali tidak pernah membantu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, malahan membuatnya semakin mundur. Dari keluarga, saudara-saudara dan teman-teman saya di Indonesia, tidak ada satupun yang menerima manfaat dari radikalisasi agama. Beberapa hari yang lalu ada survey di koran The Jakarta Post yang mengatakan bahwa satu di antara sepuluh mentolerir tindakan teroris yang mengakibatkan korban manusia! Meskipun survey bersifat terbatas dan hasil harus direlativir, tetapi itu sudah memberi indikasi kuat yang mesti menjadi perhatian kita yang lebih penting daripada porno. Artikel dapat dibaca di sini: http://www.thejakartapost.com/Archives/[EMAIL PROTECTED] Maaf Mas Wida, saya lagi menulis emosional (agak disengajain :-), tetapi tidak bermaksud sebagai kritik langsung terhadap Mas Wida atau umat beragama pada umumnya. Tetapi fokus kritik saya adalah radikalisasi dan kesesatan dalam hal beragama yang semakin berorientasi kepada golongan ekstremis. Karena selain yang disebut di atas, golongan ini melakukan distorsi prioritas politik dengan mengangkat pornografi dan seks bebas sebagai sumber segala permasalahan. Padahal itu bohong besar. Kalau Mas Wida bisa mempersiapkan anak Anda dan menjaga keterbukaan serta selalu ada, di saat anak membutuhkan Mas Wida, itu sudah membantu banyak. Dan setiap orang tua sebaiknya mendidik anak sesuai nilai-nilai yang dianut bersama. Semoga putri Anda akan berkembang dengan baik :-) Salam, ayeye ******************************************************* Tanggapan saya bagi dua mas Ayeye, sebab masing-masing bisa menjadi topik yang menarik. 8-) Mengenai kondisi negara berkembang yang mungkin lebih parah, karena negara berkembang itu sudah memiliki berbagai penyakit sosial akibat kekurang disiplinan, masih silau dengan harta, korupsi, ketidak teraturan, pengangguran yang miskin, dlsb. Sehingga budaya seks bebas akan semakin memperparah penyakit sosial yang ada. Dibandingkan negara maju yang mungkin penyakit2 yang lain sudah selesai sebelum budaya seks bebas itu muncul. Dan mengenai bagaimana merubah proporsi itu menurut saya faktor pendidikan sangat memegang peranan penting. Masyarakat yang mempunyai pola pendidikan yang baik akan bisa lebih teratur. Akan lebih menggunakan otak dibandingkan otot (preman). Dan masyarakat akan cenderung lebih sopan dan teratur serta disiplin. Kita ini khan baru merdeka sekitar 60 tahun. Pembentukan masyarakat yang berpendidikan masih cukup panjang. Belum lagi menyembuhkan trauma dari penjajahan dan perasaan minder kepada negara yang lebih maju. Sehingga penyakit sosial kita masih cukup parah. Nah kalau masih ditambah dengan pornografie dan budaya seks bebas serta kekerasan seksual, kita akan semakin sukar sembuh dan semakin susah maju. Kita mengambil dari Barat hanya gaya hidup kulitnya saja (mode, hura-hura). Tidak mengambil kedisiplinannya, keteraturannya, kebersihannya, dan hal-hal yang baik yang lain. Apakah hal ini memang masih sulit bagi masyarakat kita untuk mempunyai budaya yang baik seperti itu? Walaupun agama menyebut kebersihan adalah bagian dari iman. Mendorong masyarakat untuk hidup teratur, sopan, saling menghargai, toh hal itu masih sulit untuk diwujudkan di masyarakat kita. Mungkin memang membutuhkan waktu yang panjang untuk mewujudkan masyarakat yang baik seperti itu. Mengenai pola pendidikan anak, kami ingin terbuka dengan anak-anak kami. Diskusi dan mencoba memberikan pemahaman. Tentu saja kami mempunyai batas-batas yang tidak boleh mereka langgar. Tetapi kami ingin agar perbuatan baik mereka itu muncul dari dalam diri mereka sendiri. Bukan karena kami ancam. Saya setuju dengan konsep Steven Covey, perubahan dari dalam ke luar. Jadi yang dirubah itu haruslah dalamnya dulu, paradigmanya dulu, pemahamannya dulu, baru nanti sikap mereka akan berubah dengan sendirinya. Dan untuk ini harus dengan diskusi, tidak bisa lagi dengan ancaman atau kata "pokoknya". Saya sering berkata ke istri saya, ibu harus anggap dia itu sekarang teman ibu, sahabat ibu, bukan lagi anak kecil yang bisa ibu perintah dan ancam. Coba ajak pergi keluar untuk ngobrol seperti teman dengan teman. Jadilah sahabatnya sekarang. Supaya dia tetap terbuka dengan ibu dan ibu bisa memberikan pengertian ke dia. Sharinglah pengalaman ibu waktu seusia dengannya. Namun memang sulit untuk merubah pola pendidikan yang sudah kita kenal dari orang tua kita. Kita cenderung untuk memakai pola yang sama dengan orang tua kita dalam mendidik anak. Ini alam bawah sadar kita. Yah, semoga kami bisa memulai konsep baru mulai dari diri kami sendiri. Masalah seksual ini adalah masalah yang sangat penting bagi kami untuk putri-putri kami. Kami sangat tidak ingin mereka sampai salah melangkah. Apapun akan kami lakukan agar mereka selamat sampai memasuki pintu pernikahan mereka masing-masing. Salam, __________________________________ Do you Yahoo!? Yahoo! Movies - Search movie info and celeb profiles and photos. http://sg.movies.yahoo.com/ ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/