http://rinaldimunir.wordpress.com/2010/04/15/pembantu-rumah-saya-mau-jadi-tki-di-arab/



Si Bibi, pembantu di rumah saya, hidupnya memang susah. Dia punya suami yang 
pengangguran yang kerjanya hanya duduk-duduk saja di rumah. Hanya dia sendiri 
yang bekerja mencari nafkah untuk biaya hidup sehari-hari, untuk biaya 
kontrakan rumah, untuk bayar listrik, dan lain-lain (pembantu di rumah saya 
tidak menginap, dia datang pagi dan pulang pada sore hari). Kadang-kadang dia 
ikut pula membantu biaya anak dan menantunya yang belum bisa hidup mandiri. 

Sebenarnya saya menggaji dia lebih dari cukup, yaitu di atas gaji rata-rata 
pembantu di lingkungan tempat tinggal. Itu belum termasuk bonus-bonus dan uang 
tambahan lain kala saya mendapat tambahan rezeki. Tetapi, dengan gaji yang 
"hanya" segitu dia harus mencukupi sendiri kebutuhan hidup keluarganya tentu 
saja tidak pernah ada kata cukup. Selalu saja kurang. Saya pun tidak bisa 
menggaji dia lebih tinggi lagi sebab hal itu dapat menimbulkan kecemburuan 
sosial bagi para pembantu lain di kompleks perumahan kami karena "merusak" 
standard gaji pembantu rumah tangga yang udah pakem. Menyedihkan lagi gaji 
pembantu rumah tangga di Indonesia selalu berada di bawah UMR. Belum ada 
regulasi tentang pembantu rumah tangga di Inodonesia.

Si Bibi dan orang-orang kecil lainnya yang hidup susah adalah contoh 
orang-orang Indonesia yang terjebak oleh apa yang dinamakan dengan "kemiskinan 
struktural". Ini adalah jenis kemiskinan yang melilit sebagian besar penduduk 
negeri yang besar ini. Biarpun mereka sudah bekerja membanting badan setiap 
hari, mereka tetap saja miskin. Penghasilan mereka setiap hari atau setiap 
bulan tidak pernah bertambah, selalu segitu-gitu saja. Mereka tidak punya 
pilihan untuk mengubah nasib. Hal ini berbeda dengan orang-orang kaya yang 
selalu mempunyai peluang untuk menambah penghasilan dari berbagai pekerjaan, 
proyek, lobi-lobi, entah itu halal atau haram. Yang kaya bertambah kaya, yang 
miksin terap saja miskin. 

Nah, bagi si Bibi hanya satu jalan keluar untuk melepaskan diri dari jerat 
kemiskinan, yaitu menjadi TKI di luar negeri. Pilihannya jatuh menjadi TKI di 
negara Arab. Menjadi TKI adalah pilihan terakhir yang banyak dilakukan oleh 
perempuan-perempuan desa yang dililit kemiskinan. Untuk menjadi TKI mereka 
tidak perlu mengeluarkan uang sebab semua biaya (pelatihan, paspor, visa, tiket 
pesawat, hingga penempatan di luar negeri) ditanggung oleh PJTKI. Nanti setelah 
mereka mendapat majikan di luar negeri, mereka harus mencicil pembayaran ke 
PJTKI yang diambil dari seperempat gaji selama 6 bulan hingga setahun 
tergantung perjanjian. Maka tidak mengherankan kalau bisnis TKI adalah bisnis 
yang menggiurkan karena para TKI adalah "sapi perahan" PJTKI.

Kembali ke si Bibi tadi. Mengapa dia memilih menjadi TKI di negara-negara Arab? 
Tidak takutkah dia dengan cerita-cerita mengenaskan tentang TKI yang diperkosa 
atau disiksa oleh majikan atau anak majikan? Bagi segelintir orang Indonesia 
citra negara Arab terkesan buruk karena kasus-kasus yang menimpa TKI yang 
umumnya perempuan. Apalagi jika dikaitkan dengan agama segala, karena Arab 
diidentikkan dengan negara muslim. Padahal sebagian orang Arab masih mempunyai 
sisa-sisa perilaku zaman jahiliyah yang menganggap pembantu adalah budak yang 
dapat diperlakukan apa saja. 

Tetapi, sesungguhnya kasus perkosaan dan penyiksaan terhadap TKI tidak hanya 
terjadi di Arab saja, di Malaysia dan Singapura intensitas kasus ini juga cukup 
tinggi. Menariknya lagi, kasus penyiksaan terhadap pembantu dari Indonesia di 
Malysia atau Singapura justru dilakukan oleh majikan etnis Cina yang kebanyakan 
beragama Budha atau Khong Hu Chu. Orang Melayu di Malaysia sangat jarang 
menggunakan pembantu. Jadi, sangatlah tidak adil mengaitkan kasus perkosaan dan 
penyiksaan perempuan TKI dengan faktor agama atau etnis. Cukup banyak 
kisah-kisah sukses TKI yang mendapat majikan yang baik di Arab, Malaysia, atau 
Singapura. 

Tekad si Bibi sudah bulat, dia harus pergi ke luar negeri menjadi TKI untuk 
mengubah nasib. Bayangan mendapat gaji tinggi (di Arab Saudi katanya gaji 
pembantu bisa mencapai 4 juta per bulan) membuat dia ingin segera berangkat. 
Tentu saya tidak bisa menahan si Bibi, itu hak dia untuk menentukan hidupnya. 




--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "sunny" <am...@...> wrote:
>
> http://radarkarawangnews.blogspot.com/2010/08/tkw-purwakarta-disiksa-di-arab-saudi.html
> 
> 
> 
> TKW Purwakarta Disiksa Di Arab Saudi 
>  
> DESI Susanti (24), TKI asal Purwakarta masih menderita traumah setelah 
> disiksa majikannya di Arab Saudi.
> 
> 
> 
> PURWAKARTA, RAKA - Nasib tragis kembali menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI). 
> Desi Susanti (24), TKI asal Purwakarta menjadi korban majikannya di Timur 
> Tengah (Arab Saudi, red). Saat pulang ke tanah kelahirannya, korban hanya 
> membawa bekas luka penganiayaan sang majikannya, seperti patah tulang paha 
> kanan, gigi rontok dan luka di punggung bekas pukulan menggunakan benda 
> tumpul, bahkan yang paling tragis kejiwaan korban menjadi terganggu.
> 
> 
> "Ketika berangkat bekerja di luar negeri, kondisi Desi Susanti dalam sehat 
> tapi sekarang penuh luka serta cacat, bahkan jiwanya terganggu. Sekarang ini 
> kalau mengobrol dengan Desi tidak nyambung padahal dulu tidak begitu," kata 
> Hasanah, salah seorang tetangganya di Kampung Cipamangkas Rt 11/09, 
> Desa/Kecamatan Pasawahan Purwakarta Sabtu (21/8) kemarin.
> 
> 
> Ai Kurniasih orang tua Desi mengaku sedih atas kondisi anaknya yang penuh 
> luka saat kembali lagi ke kampung halamannya. Menurutnya, Desi berangkat 
> bekerja ke Arab Saudi pada tahun 2005 melalui Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga 
> Kerja Indonesia (PPJTKI) dari Kota Bekasi.
> Setelah melalui proses, korban kemudian bekerja di sebuah rumah di Arab Saudi 
> dengan majikannya bernama Misal Al Yakubi dan Esa. Sang majikannya itu 
> memiliki sejumlah anak dan diantaranya terdapat anak berusia belasan tahun. 
> (ton)
> 
> Diposkan oleh Radar Karawang di 03.48  
> Senin, 23 Agustus 2010
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke