100817


Mensyukuri nikmat kemerdekaan.



Bismi l-lahi r-rahmani r-rahim.

Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia sepantasnya kita syukuri. Betapa tidak; 
dengan kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia itu ummat Islam yang merupakan 
pendukung utama kemerdekaan itu juga telah memperoleh banyak kemajuan untuk 
lebih leluasa menjalankan ibadahnya, muammalahnya, maupun berdakwah. Maka 
berkembang pula alam fikiran ummat, sehingga al-Qur'an yang pernah lebih 
diagung-agungkan kesakralannya, kini makin diyakini kebenarannya sebagai 
petunjuk (hudan, hidayah) bagi kehidupan manusia secara pribadi maupun 
bermasyarakat.

<BULAN  RAMADHAN,  BULAN YANG DI DALAMNYA DITURUNKAN AL-QURAN, (YANG QUR'AN ITU 
ADALAH) SEBAGAI PETUNJUK BAGI  MANUSIA  DAN (DISERTAIPULA) 
PENJELASAN-PENJELASAN MENGENAI  PETUNJUK  ITU,  DAN  PEMBEDA (YANG DENGANNYA 
MANUSIA DAPAT MEMILAH ANTARA YANG HAK DAN YANG BATHIL, ANTARA YANG BENAR DAN 
YANG SALAH).......> (Qur'an, Surat al-Baqarah [2]: 185).

Namun demikian rupanya tidak semua kita benar-benar menyadari bahwa al-Qur'an 
adalah petunjuk. Banyak dari kita yang masih juga merasa cukup jika mampu 
membaca (melafalkan) al-Qur'an, karena mengejar apa yang diperoleh si pembaca 
menurut yang disebutkan oleh Rasulullah Muhammad SAW:

"Barang siapa membaca satu huruf dari Kitab Allah (al-Qur'an), maka baginya ada 
satu nilai kebaikan, dan setiap kebaikan itu dilipatkan sepuluh kalinya. 
Tidaklah saya mengatakan AlifLamMim itu sebagai satu huruf; tetapi Alif satu 
huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huuruf." (HR Turmudzi)

Berpahalalah membaca al-Qur'an meskipun tidak memahami maknanya; makin banyak 
dibaca makin besar pulalah pahalanya. Namun membaca al-Qur'an dengan pemahaman 
makna pastilah akan lebih baik, karena jika berhenti atau payah membacanya 
pahala itu pun ikut terhenti.  Ketika sejumlah shahabat ditanya seberapa cepat 
mereka dapat mengkhatamkan membaca Qur'an, jawaban bermacam-macam; ada yang 
perlu waktu lebih dari sepekan dan ada pula yang lebih cepat dari itu. Namun 
ketika ada yang menjawab "Saya dapat mengkhatamkannya dalam waktu semalam" 
justru dikomentari oleh beliau "Itu tak ada apa-apanya! (Membaca yang begitu 
itu tak ada nilainya)". Orang yang membaca al-Qur'an secepat itu, pastilah tak 
mampu menyerap maknanya, walaupun orang itu mungkin faham bahasa Arab. Secara 
tidak langsung dapatlah juga kita fahami bahwa membaca al-Qur'an yang baik 
adalah bukan sekedar melafalkan al-Qur'an cepat-cepatan, tetapi membaca dan 
berusaha menangkap maknanya untuk dapat digunakan sebagai petunjuk hidupnya, 
sesuai dengan tujuan diturunkannya al-Qur'an.

Sejalan dengan itulah mudah kita fahami maksud Rasulullah SAW yang menyatakan: 
"Yang terbaik dari kalian adalah siapa yang mempelajari al-Qur'an dan 
mengajarkannya" (HSR Bukhariy).  Orang yang mempelajari al-Qur'an termasuk 
pemahaman maknanya akan berpeluang untuk dapat mengambil makna yang dibacanya, 
meresapkan, menghayati, mengamalkan, lalu mengajarkannya. Pengamalannya sudah 
merupakan peningkatan martabat diri dengan perolehan pahala; mengajarkannya 
lebih lanjut berarti menyemai bibit pahala. Jika yang diajari itu melaksanakan 
yang diajarkannya dari kajian al-Qur'an berarti dia mendapat tambahan pahala 
sebanyak pahala orang yang diajari itu, tanpa mengurangi pahala si pengikutnya 
itu. Jika si pengikut ini mengajarkan ke orang lain, pengikut ini memperoleh 
pula tambahan pahala, dan si pengkaji pertama juga memperoleh pahala sebesarr 
itu pula. Pahala ini akan kian terkumpul tak terbatas banyaknya, walaupun si 
perintis tadi sudah meninggal dunia, selama masih ada orang yang memanfaatkan 
maupun mengajarkan hasil kajiannya itu sampaipun hari Qiyamat.

Kajian al-Qur'an dapat dilakukan dengan membaca terjemahnya, tafsirnya, ataupun 
uraian-uraian dalam kajian-kajian khas, baik yang berupa pengajian tradisional, 
penggunaan media ataupun literatur cetakan maupun elektronik, termasuk jelajah 
internet. Pemahaman tentang segala segi bahasa al-Qur'an pastilah akan  banyak 
membantu.
 
Sekali lagi  mari kita sadari kembali bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia telah 
memudahkan ummat Islam  memahami agamanya; mengamalkannya, dan mengajarkannya. 
Mari kita syukuri betapa  besarnya kenikmatan kemudahan ini dengan mengisi 
kemerdekaan ini sesuai dengan kehendak Allah yang telah membukakannya untuk 
bangsa kita.            
 
<DAN INGATLAH JUGA TATKALA TUHANMU MEMAKLUMKAN: "SESUNGGUHNYA JIKA KAMU 
BERSYUKUR, PASTI KAMI AKAN MENAMBAH NIKMAT KEPADAMU, DAN JIKA KAMU  MENGINGKARI 
NIKMATKU, MAKA SESUNGGUHNYA AZABKU SANGAT PEDIH.>  (Qur'an, Surat  Ibrahim 
[14]:7). 


Wa l-Lahu a'lamu bi sh-shawwab 





SAW. = shalla 'l-Lahu 'alaihi wa sallam (Semoga shalawat Allah dan salamNya 
terlimpahkan pada Rasulullah Muhammad).

SWT. = subhanahu wa ta-'ala (Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi kedudukanNya).




*** Kutipan ayat-ayat dapat diperoleh dari penelusuran menggunakan software 
sederhana: "Indeks Terjemah Qur'an".

========================================





Assalamu 'alaikum wr. wb.



Semoga sedikit uraian di atas bermanfaat.

Sebarkanlah pelita hikmah ini dengan forward langsung ataupun dengan mengajak 
bergabung <JOIN>  di URL http://groups.yahoo.com/group/pelita-hikmah ataupun 
dengan cara mengirim e-mail ke pelita-hikmah-subscr...@yahoogroups.com 
Jika Anda punya ataupun ingin kajian masalah tertentu untuk pegangan hidup 
silakan hubungi saya. 

Wassalam,
dr. H.R.M. Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF.
                                    e-mail: tauhi...@gmail.com

Jalan Kendangsari Lebar 48 Surabaya    INDONESIA    60292 
Telp. (031)-841-7486, 081-652-7486 





=====================
Dana aktivita/dakwah? Bergabunglah dalam http://www.asiakita.com/Pandu-HW
Untuk yang serius berbisnis, kunjungi http://www.esyariah.com/?id=tauhidhw. 





Kirim email ke