100822
Menata langkah lanjut di bulan Ramadhan. Bismi l-lahi r-rahmani r-rahiem. Kita sudah menempuh lebih dari sepertiga kesempatan peningkatan diri dalam beribadah dalam puasa Ramadhan. Namun mungkin ada dari kita yang lupa atau masih kurang menyadari puasa yang kita jalani itu untuk apa; jangan-jangan masih banyak dari kita yang tergolong pada kelompok yang oleh Rasulullah SAW disebutkan bahwa mereka itu tidak memperoleh apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga saja. Mereka itu terlupa akan tujuan puasanya, sehingga mereka masih melakukan hal-hal yang tak lagi dilakukan oleh orang yang berpuasa, yang seharusnya disadari bahwa dia sedang meningkatkan mutu taqwanya; pahala puasanya berkurang ataupun hilang karena perbuatan salahnya itu. Taqwa merupakan manifestasi amalan lahiriyah maupun bathiniyah dari iman seseorang, tingkat keyakinan orang itu. Seibarat orang murid yang belajar giat, dia melakukannya karena yakin bahwa belajar itu akan memudahkan kemungkinan bagi dia untuk lulus ujian; dengan kelulusan itu dia yakin akan lebih mudah meneruskan pendidikan. Untuk meningkatkan peluang pencapaian kelulusan dengan peringkat nilaia tinggi, maka dia bukan hanya belajar di sekolah saja, bukan mempelajari yang diperolehnya dari gurunya; dia akan mempergunakan semua peluang untuk menambah ilmunya dari berbagai sumber pembelajaran. Begitulah orang mungkin hanya ingat awalnya, bahwa dia memperoleh kewajiban berpuasa. Jika dikejar dengan pertanyaan sederhana: "Untuk apa berpuasa", tidak mustahil dia hanya menjawab "Menjalani perintah, memenuhi kewajiban" tanpa menyadari bahwa puasa itu untuk mencapaaai taqwa sebagaimana Allah SWT sebutkan: <HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, DIWAJIBKAN ATAS KAMU BERPUASA SEBAGAIMANA DIWAJIBKAN ATAS ORANG-ORANG SEBELUM KAMU AGAR KAMU BERTAKWA.>. (Qur'an Surat al-Baqarah [2]:183) Lalu yang bagaimana taqwa yang dimaksud itu? Jika seorang murid ingin lulus dengan hasil baik, maka dia memanfaatkan semua peluang belajar sebaik-baiknya. Tentu sajalah jika orang sadar bahwa dia berpuasa untuk mencapai derjat tinggi dalam taqwanya, maka dia juga akan memanfaatkan semua peluang yang ada untuk beramal sebaik-baiknya, termasuk melaksanakan juga berbagai amalan sunnah sebanyak-banyaknya. Misalnya saja jika taqwanya di awal Ramadhan ini baru pada taraf "DARI HARTA YANG DIREZEKIKAN KEPADA MEREKA (BERINFAK ZAKAT)", yaitu bahwa dia barulah berinfak jika hartanya telah mencapai nisab berzakat (QS 2:2-5); apakah orang ini sudah puas dengan derajat taqwanya yang seperti itu? Mutu taqwa yang lebih tinggi disebut Allah dalam surat Ali 'Imran [3]: 133-135; di ayat itu salah satu kriteria taqwa yang diseebut "YANG BERINFAQ BAIK DALAM MASA LAPANG MAUPUN KESEMPITAN". Peningkatan mutu taqwa itu bukan berlangsung dengan sendirinya; kita harus mengupayakannya dengan pembiasaan beramal, dengan meningkatkan mutu iman kita lewat belajar mandiri maupun bersama dalam kajian-kajian.. <BERSEGERALAH KAMU KE AMPUNAN DARI TUHANMU DAN KE SYURGA YANG LUASNYA SELUAS LANGIT DAN BUMI, YANG DISEDIAKAN UNTUK ORANG-ORANG YANG BERTAKWA (133), (YAITU) ORANG-ORANG YANG MENAFKAHKAN (HARTANYA), BAIK DI MASA LAPANG MAUPUN KESEMPITAN, DAN ORANG-ORANG YANG MENAHAN AMARAHNYA DAN MEMAAFKAN (KESALAHAN) ORANG. ALLAH MENYUKAI ORANG-ORANG YANG BERBUAT KEBAJIKAN (134) DAN (JUGA) ORANG-ORANG YANG APABILA MENGERJAKAN PERBUATAN KEJI ATAU MENGANIAYA DIRI SENDIRI, MEREKA INGAT AKAN ALLAH, LALU MEMOHON AMPUN TERHADAP DOSA-DOSA MEREKA; DAN SIAPA LAGI YANG DAPAT MENGAMPUNI DOSA SELAIN ALLAH? DAN MEREKA TIDAK LAGI MENERUSKAN PERBUATAN KEJINYA ITU, SEDANG MEREKA MENGETAHUI.> (Qur'an, Surat Ali 'Imran [3]:133-135) Itu baru sebagaian ciri orang bertaqwa, banyak lagi yang lainnya, yang semuanya itu adalah manifestasi iman. Jika kita ingin menjadi lebih bertaqwa, maka kita dituntut untuk mengingkatkan iman dengan banyak belajar untuk nantinya dihayati dan diamalkan, untuk seterusnya diajarkan ke orang lain. Sudahkah kita berusaha meningkatkan diri; secepatnyalah sebelum keburu ajal datang. Wa l-Lahu a'lamu bi sh-shawwab SAW. = shalla 'l-Lahu 'alaihi wa sallam (Semoga shalawat Allah dan salamNya terlimpahkan pada Rasulullah Muhammad). SWT. = subhanahu wa ta-'ala (Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi kedudukanNya). *** Kutipan ayat-ayat dapat diperoleh dari penelusuran menggunakan software sederhana: "Indeks Terjemah Qur'an". ======================================== Assalamu 'alaikum wr. wb. Semoga sedikit uraian di atas bermanfaat. Sebarkanlah pelita hikmah ini dengan forward langsung ataupun dengan mengajak bergabung <JOIN> di URL http://groups.yahoo.com/group/pelita-hikmah ataupun dengan cara mengirim e-mail ke pelita-hikmah-subscr...@yahoogroups.com Jika Anda punya ataupun ingin kajian masalah tertentu untuk pegangan hidup silakan hubungi saya. Wassalam, dr. H.R.M. Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF. e-mail: tauhi...@gmail.com Jalan Kendangsari Lebar 48 Surabaya INDONESIA 60292 Telp. (031)-841-7486, 081-652-7486 ===================== Dana aktivita/dakwah? Bergabunglah dalam http://www.asiakita.com/Pandu-HW Untuk yang serius berbisnis, kunjungi http://www.esyariah.com/?id=tauhidhw.