Nama-Nama Allah, bagi kaum muslim, adalah suatu sarana untuk menuju cahaya Ilahi yang tidak terbatas. Dengan mengingat nama-nama itu, orang beriman akan berusaha untuk membuka hijab dan menghadap jiwa mereka kearah sumber akhir segala sesuatu. Pengetahuan tentang nama-nama itu merupakan hal esensial bila seseorang ingin memahami hubungan antara Tuhan dan manusia sebagaimana yang di kandung dalam AlQur'an (AQ) dan seperti yang dialam kaum muslim.
AQ menampilkan dua potret, Tuhan dan aktivitas-NYA. Pada suatu sisi, Dia transenden dan tak terduga. Dia adalah Mahasuci dan Mahatinggi dari sifat2 yang mereka (manusia) berikan (QS6: 10) "tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (QS42:11); dan "tidak ada sesorangpun yang setara dengan Dia" (QS112:4). Pernyataan ini meningatkan adanya keterbatasan dan kesulitan bahasa manusia untuk menggambarkan Tuhan [bukan keterbatasan aka manusial-Red], apalagi pernyataan2 spt itu umum digunakan untuk menggambarkan sifat dan prilaku manusia. Selain itu, kecenderungan manusia mengharfiahkan bahasa symbol sering menimbulkan gambaran tentang Tuhan yang menyesatkan. Pernyataan diatas hanya berfungsi sebgai tindakan hati hati dalam AQ, karena AQ juga memang harus memuat gambar-gambar perbandingan spt itu. Jika kita ingin semakin dekat dengan Tuhan, maka kita harus mengenalNya. Dan, untuk dapat berhubungan dengan Dia, perbandingan ini merupakan alat yang penting dan tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, selain penegasan ttg Tuhan yang sepenuhnya tidak bisa dibandingkan, kita juga menemukan bermacam2 sifatNya yang disebutkan pada hampir setiap halaman AQ. Secara kolektif, AQ menyebut nama nama ini sebagai al-asma al-husna (nama-nama yang paling indah' (QS7:180, QS17:110, QS20:8, QS59:24) Seorang muslim yang tekun beribadah akan membaca AQ paling tidak lima kali sehari dalam sholat wajibnya. Banyak orang muslim mendengarkan AQ melalui kaset rekaman, sama dengan orang Barat mendengarkan musik. Sementara membaca AQ, kaum muslim tak henti-hentinya menyebutkan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah yang selalu muncul pada setiap halamannya. Melalui penyebutan yang konstan ini, suatu visi atau imajinasi tertentu terhadap Allah tertulis dengan sendirinya dalam hati dan pikiran orang muslim, dengan sifat2 yang lebih sering disebutkan menempatkan posisi lebih utama daripada yang lebih sedikit disebutkan. Sekiranya kita visualisasikan efek ini, kita mungkin dapat menggambarkan piramida Nama Nama Yang Paling Indah: Allah akan berada pada puncaknya dan kemudian Rabb berada dibawahnya. Dstnya. [Mungkin, karena hal ini lah beberapa muslim tidak mau menyebut nama Allah dengan Tuhan. Kalau dengan Tuhan tidak ada efek dzikrullah...Red] Dengan cara ini, seorang muslim mengembangkan suatu konsepsi immateri Tuhan yang sempurna; dia mendekati Tuhan melalui pikiran, hati, jiwa, perasaan, dan intuisi, bukan melalui gambaran fisik. Hal ini, saya rasa, merupakan sumber pokok penentangan Islam terhadap doktrin berhala. Ini bukan fanatisme keras yang berakar pada komunitas sahara yang secara budaya dan artistic primitive; ini adalah suatu efek alami dari cara orang muslim memahami dan berhubungan dengan Tuhan melalui konsep yang mengekspresikan kualitas dan aktivitas secara hakiki, dan bukannya melalui gambaran visual. Karena itulah kita mendapatkan seni kaligrafi orang muslim yang unik tidak mengandung potret2 dan patung2, melainkan hanya kata2. by: Jeff Lang Lanjutnya besok aja aaah....insyaAllah