Dapat artikel yang cukup menarik dari saudara seiman

Terkhusus untuk pak abdul yang lagi studi di AS

Selamat membaca.hehe

 

 

'' Baju Islam, Otak Barat  ''

Amerika dan Barat mendukung individu atau organisasi yang seide dengan
budaya Barat untuk menghantam Islam yang lurus.

 

 

Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim ter-besar di dunia.

Keber-adaannya memegang peran penting di dunia Islam. Andai Indonesia
bangkit dengan Islam, maka hal ini tidak saja membahayakan kawasan tapi
dunia pada umumnya, khusus-nya hegemoni Barat.

 

 

Tak mengherankan bila Barat mencoba 'mengerem' bangkitnya Islam dari
Indonesia. Mereka tidak ingin Islam muncul sebagai kekuatan dalam sebuah
negara. Berbagai cara dilakukan. Salah satu caranya adalah bagaimana Barat
mengarahkan ghirah Islam yang mulai muncul ke arah yang melenceng dari Islam
dan justru sesuai dengan cara pan-dang Barat.

 

 

Dokumen Rand Corpora-tion bisa menjadi bukti akan hal itu. Lembaga think
tank yang dibiayai oleh Gedung Putih AS ini pada 2007 lalu mengeluarkan
sebuah kajian setebal 217 halaman berjudul: "Building Mode-rate Muslim
Network". Dalam laporan yang mengandungi sepuluh bab itu, Rand Corporation
menjelaskan latar belakang kajian ini, yaitu mewujudkan ketidakseimbangan
kekuatan antara Muslim radikal-fundamentalis dan Muslim moderat-liberal.

 

 

Dengan politik belah bambu ini, Amerika dan Barat mendukung kalangan moderat
untuk mengecam kesalahan persepsi Islam yang dikembangkan kaum yang mereka
sebut ekstrimis karena ingin menegakkan Islam kaffah.

 

 

Secara umum Rand Corporation menggariskan peta jalan (road map) bagaimana
untuk membangun jaringan Muslim moderat ini dengan memberikan bantuannya
kepada pihak-pihak yang dianggap mampu mengemban pemikiran tersebut. Mereka
adalah

 

 

1) Para akademik dan intelektual Muslim yang liberal dan sekuler,

 

 

 2) Mahasiswa muda berpaham moderat,

 

 

 3) Komunitas aktivis,

 

 

4) Organisasi-organisasi yang mengampanyekan persamaan jender,

 

 

5) Wartawan dan penulis moderat.

 

 

Rand Corporation juga menjelaskan secara terperinci kriteria kalangan Muslim
Moderat-Liberal yang akan dijadikan sahabat Amerika, yaitu

 

 

1) Pendukung demokrasi,

 

 

 2) Pejuang hak-hak manusia, kesetaraan jender dan kebebasan beragama,

 

 

 3) Menghargai pluralisme,

 

 

4) Menerima sumber hukum yang bukan mazhab,

 

 

 5) Menentang terorisme

 

 

Pola-pola ini pula yang digunakan di Indonesia. Amerika dan Barat mendukung
tokoh-tokoh-tokoh yang masuk dalam kriterianya. Tak segan-segan Amerika dan
Barat memberikan bantuan dana dan penghargaan kepada tokoh-tokoh tersebut.

Termasuk pula membiayai me-reka untuk melanjutkan pendi-dikan di dunia
Barat. Milyaran rupiah dana dikucurkan untuk proyek liberalisasi ini.

 

 

Tokoh-tokoh yang berjasa dalam proyek ini pun diberi penghargaan. Lihat
saja, Musdah Mulia. Profesor UIN Syarif Hidaya-tullah Jakarta yang pro
homo-seksual ini mendapat penghar-gaan International Women of Courage dari
Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice di kantor kementerian luar negeri
Amerika Serikat (AS), Washington pada Hari Perempuan Dunia 8 Maret tahun
2008. Amerika Serikat memberikan penghargaan kepa-da 100 perempuan dari
seluruh dunia 'yang dianggap berani membuat perubahan demi ke-majuan
perempuan di nega-ranya'.

 

 

Sebelumnya ia bersama kawan-kawannya yang seide dibantu The Asia Foundation
lembaga donasi dari Amerika yang sering mendukung gagasan liberalisme terus
mengasongkan gagasan nylenehnya. Ia bahkan muncul kembali bersama para
penulis buku Fiqih Lintas Agama. Yang oleh sebagian kaum Muslim dianggap
banyak membuang makna teks dan menggunakan aspek konteks secara amburadul.

 

 

"Pemahaman saya sering dicap terlalu kebarat-baratan dan saya tidak akan
terkejut, sekem-bali dari Amerika Serikat, saya akan dicap sebagai antek
Ame-rika," kata Musdah seolah telah siap dengan segala risikonya.

 

 

Cara yang sama diberikan kepada Ulil Abshar Abdala. Dedengkot Jaringan Islam
Liberal (JIL) ini malah diberi kesempatan untuk melanjutkan studinya di
Amerika. Sebelumnya JIL men-dapat bantuan dana dari The Asia Foundation
untuk menyebarkan ide-ide liberal di kalangan Islam.

 

 

Penghargaan juga diberi-kan kepada Abdurrahman Wahid. Tidak
tanggung-tanggung, Gus Dur diundang ke Shimon Wiesenthal Center (SWC) untuk
menerima Medal of Valor, Medali Keberanian pada Mei 2008. Medali ini
dianugerahkan kepada mantan presiden RI ini dikarena-kan ia dianggap sebagai
sahabat paling setia dan paling berani terang-terangan menjadi pelin-dung
kaum Zionis Yahudi dunia di sebuah negeri mayoritas Mus-lim terbesar seperti
Indonesia.

 

 

Lazimnya acara penganu-gerahan penghargaan, ada juga sejumlah dolar yang
dihadiahkan Shimon Wiesenthal Center kepa-da sang penerima. Hanya saja,
berapa besar jumlah hadiah be-rupa uang ini tidak disebutkan dalam situs
resmi Wiesenthal Center tersebut.

 

 

Model yang sama diberikan kepada Goenawan Mohamad. Bos Tempo ini pada Juni

2007 menerima penghargaan Cheva-lier dans l'Ordre des Arts et des Lettes
dari Kementrian Kebudaya-an dan Komunikasi Prancis. Goenawan dianggap
berjasa dalam penyebaran budaya baik di Perancis atau pun di dunia. Bagi
Pemerintah Prancis, Goena-wan Mohamad adalah sosok yang memperjuangkan
kebebas-an dan demokrasi di Indonesia.

 

 

Sebelumnya GM -pang-gilannya- diberikannya penghar-gaan 'Dan David Prize'

oleh Tel Aviv University. Pemberian peng-hargaan yang dilakukan oleh
Universitas Tel Aviv (TAU) itu didasarkan kepada aktivitas Goenawan selama
30 tahun terakhir yang memperjuangkan kebebasan pers dan jurnalisme yang
independen di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia.

GM mene-rima hadiah uang senilai 250 ribu dolar AS (sekitar Rp 2,3 milyar).

 

 

Keberhasilan GM ini tidak lepas dari perannya meng-orbitkan tokoh-tokoh
liberal ke jagad politik Indonesia melalui Majalah Tempo. Ia tergolong
sukses menggerakkan proses sekulerisasi di Indonesia. Fakta pun menunjukkan
betapa Tempo ini sangat anti Islam.[] humaidi

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke