Re: [wanita-muslimah] Bersih, Sederhana, Mengabdi

2010-06-21 Terurut Topik noeroeL
Setuju insya ALLAh saya coba 

Sol
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: muhamad agus syafii agussya...@yahoo.com
Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Sun, 20 Jun 2010 05:57:20 
To: agussya...@yahoo.com
Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Bersih, Sederhana, Mengabdi

Bersih, Sederhana, Mengabdi

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

Al-Qur’an mengabadikan dalam banyak ayat-ayatnya sejumlah nama tokoh/pemimpin 
masyarakat dari ummat-ummat terdahulu bukan saja pemimpin-pemimpin pahlawan 
perjuangan kebenaran dan keadilan seperti para nabi dan rasul, tetapi juga 
diabadikan nama tokoh-tokoh pemimpin kezaliman (ketidak benaran dan 
ketidak-adilan) seperti Fir‘aun, Haman, Qorun, Namruz dan lain sebagainya.  

Kita semua ummat zaman akhir ini diajak berfikir dan mengambil pelajaran dari 
sejarah masa lalu itu, di antaranya bahwa betapa perilaku yang berubah dalam 
diri para pemimpin (dari komitmen idealisme ke penyelewengan) berujung pada 
merajalelanya kezaliman dan penindasan (ketidak-benaran dan ketidak-adilan), 
dan akhirnya menyeret mereka bersama-sama dengan ummatnya ke dalam suatu 
perubahan total dimana rakyat ditelan oleh krisis, yang disadari atau tidak 
mereka para pemimpin telah menjadi faktor penyebabnya. Al-Qur’an kemudian 
menjelaskan bahwa hal yang demikian — yakni kehidupan jaya yang mereka nikmati 
berubah menjadi derita — terjadi disebabkan karena terjadinya perubahan yang 
mereka lakukan atas sikap hidupnya dan perilakunya yang berujung pada kezaliman 
dan penindasan (Dzalika bi anna Allah lam yaku mughayyiran ni‘matan ’an‘amaha 
‘ala qaumin hatta yughayyiru ma bi anfusihim, al-Anfal ayat 53).

Dengan merujuk petunjuk al-Qur’an tersebut di atas, dapat kita lihat betapa 
faktor peran pemuka masyarakat menjadi penting dalam suatu perubahan yang 
terjadi atas sesuatu masyarakat dari suatu kondisi positif beralih ke kondisi 
negatif. Oleh karena itu, upaya penanggulangan krisis moral yang disadari 
menjadi pangkal krisis-krisis lainnya yang sedang melanda bangsa dan negara 
kita dewasa ini, haruslah bertitik tolak dari reformasi moral kepemimpinan. 
Upaya ini harus dimulai dari pembersihan niat, perilaku dan moralitas 
pemimpin-pemimpin masyarakat/pemegang kendali di sektor-sektor kehidupan 
masyarakat (ulama dan umara). Mereka diharapkan mampu mengembangkan dalam 
kehidupan pribadinya masing-masing, pola hidup BERSIH, SEDERHANA, dan MENGABDI. 
Yang lebih penting lagi bagi ulama dan umara adalah upaya menjadikan dirinya 
(kehidupan pribadinya) suatu keteladanan dan pencerminan yang meyakinkan bahwa 
penerapan pola kehidupan yang Bersih, Sederhana dan
 Mengabdi yang merupakan wujud nyata dari moralitas luhur (Akhlak Mulia) itu 
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

Dengan demikian, maka masyarakat akan percaya kepada pemuka atau pemimpinnya. 
Pola hidup BSM (Bersih, Sederhana dan Mengabdi) itu yang perlu dimasyarakatkan 
dengan kepeloporan para ulama dan umara hingga menjadi moral ekonomi, moral 
politik dan moral hukum, dan terus diupayakan pengembangannya di sektor-sektor 
kehidupan lainnya sehingga pada saatnya menjadi Akhlak Bangsa dan Moral 
Nasional sebagai landasan Pembangunan Nasional. Umara (Para Pemuka Pemerintahan 
dan Pemuka-Pemuka lainnya) perlu berupaya menciptakan suatu iklim yang kondusif 
bagi pemasyarakatan dan penyebarluasan pesan-pesan moral (yang terutama 
ditangani para ulama). Juga dipandang perlu, ulama dan umara secara 
bersama-sama menyatakan perang terhadap kejahatan dalam suatu kampanye 
antikejahatan, yang membina terus-menerus upaya menegakkan kedaulatan moral 
menjadi bagian dari kedaulatan rakyat. Insya Allah taufiq dan ma‘unah-Nya akan 
senantiasa menyertai bangsa Indonesia. 

Sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com

Wassalam,
agussyafii




  

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Bersih, Sederhana, Mengabdi

2010-06-20 Terurut Topik muhamad agus syafii
Bersih, Sederhana, Mengabdi

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

Al-Qur’an mengabadikan dalam banyak ayat-ayatnya sejumlah nama tokoh/pemimpin 
masyarakat dari ummat-ummat terdahulu bukan saja pemimpin-pemimpin pahlawan 
perjuangan kebenaran dan keadilan seperti para nabi dan rasul, tetapi juga 
diabadikan nama tokoh-tokoh pemimpin kezaliman (ketidak benaran dan 
ketidak-adilan) seperti Fir‘aun, Haman, Qorun, Namruz dan lain sebagainya.  

Kita semua ummat zaman akhir ini diajak berfikir dan mengambil pelajaran dari 
sejarah masa lalu itu, di antaranya bahwa betapa perilaku yang berubah dalam 
diri para pemimpin (dari komitmen idealisme ke penyelewengan) berujung pada 
merajalelanya kezaliman dan penindasan (ketidak-benaran dan ketidak-adilan), 
dan akhirnya menyeret mereka bersama-sama dengan ummatnya ke dalam suatu 
perubahan total dimana rakyat ditelan oleh krisis, yang disadari atau tidak 
mereka para pemimpin telah menjadi faktor penyebabnya. Al-Qur’an kemudian 
menjelaskan bahwa hal yang demikian — yakni kehidupan jaya yang mereka nikmati 
berubah menjadi derita — terjadi disebabkan karena terjadinya perubahan yang 
mereka lakukan atas sikap hidupnya dan perilakunya yang berujung pada kezaliman 
dan penindasan (Dzalika bi anna Allah lam yaku mughayyiran ni‘matan ’an‘amaha 
‘ala qaumin hatta yughayyiru ma bi anfusihim, al-Anfal ayat 53).

Dengan merujuk petunjuk al-Qur’an tersebut di atas, dapat kita lihat betapa 
faktor peran pemuka masyarakat menjadi penting dalam suatu perubahan yang 
terjadi atas sesuatu masyarakat dari suatu kondisi positif beralih ke kondisi 
negatif. Oleh karena itu, upaya penanggulangan krisis moral yang disadari 
menjadi pangkal krisis-krisis lainnya yang sedang melanda bangsa dan negara 
kita dewasa ini, haruslah bertitik tolak dari reformasi moral kepemimpinan. 
Upaya ini harus dimulai dari pembersihan niat, perilaku dan moralitas 
pemimpin-pemimpin masyarakat/pemegang kendali di sektor-sektor kehidupan 
masyarakat (ulama dan umara). Mereka diharapkan mampu mengembangkan dalam 
kehidupan pribadinya masing-masing, pola hidup BERSIH, SEDERHANA, dan MENGABDI. 
Yang lebih penting lagi bagi ulama dan umara adalah upaya menjadikan dirinya 
(kehidupan pribadinya) suatu keteladanan dan pencerminan yang meyakinkan bahwa 
penerapan pola kehidupan yang Bersih, Sederhana dan
 Mengabdi yang merupakan wujud nyata dari moralitas luhur (Akhlak Mulia) itu 
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

Dengan demikian, maka masyarakat akan percaya kepada pemuka atau pemimpinnya. 
Pola hidup BSM (Bersih, Sederhana dan Mengabdi) itu yang perlu dimasyarakatkan 
dengan kepeloporan para ulama dan umara hingga menjadi moral ekonomi, moral 
politik dan moral hukum, dan terus diupayakan pengembangannya di sektor-sektor 
kehidupan lainnya sehingga pada saatnya menjadi Akhlak Bangsa dan Moral 
Nasional sebagai landasan Pembangunan Nasional. Umara (Para Pemuka Pemerintahan 
dan Pemuka-Pemuka lainnya) perlu berupaya menciptakan suatu iklim yang kondusif 
bagi pemasyarakatan dan penyebarluasan pesan-pesan moral (yang terutama 
ditangani para ulama). Juga dipandang perlu, ulama dan umara secara 
bersama-sama menyatakan perang terhadap kejahatan dalam suatu kampanye 
antikejahatan, yang membina terus-menerus upaya menegakkan kedaulatan moral 
menjadi bagian dari kedaulatan rakyat. Insya Allah taufiq dan ma‘unah-Nya akan 
senantiasa menyertai bangsa Indonesia. 

Sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com

Wassalam,
agussyafii




  

[Non-text portions of this message have been removed]