http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=16718

2010-04-19 
Dilarang Tinggalkan Iran



Mantan Presiden Iran Mohammad Khatami dilarang meninggalkan Iran pekan lalu. 
Padahal, Khatami diharapkan kehadirannya pada konferensi pengurangan nuklir di 
Jepang. Namun, asistennya mengatakan, Khatami dilarang bepergian. Pelaksana 
pertemuan di Hiroshima, Jepang telah dikonfirmasi bahwa ia membatalkan 
kehadirannya pada menit terakhir. Khatami terus berada di bawah tekanan dari 
Pemerintah Iran menyusul sengketa pemilihan presiden Juni tahun lalu.
Oposisi Iran, termasuk Khatami dan calon presiden Mir Hossein Mousavi 
mengatakan, banyak kecurangan pada pemilu tersebut. Ribuan pendukung oposisi 
turun ke jalan setelah diumumkan bahwa calon incumbent, Presiden Mahmoud 
Ahmadinejad memenangi pemilihan tersebut.
Lebih dari 80 orang diyakini tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan. 
Koresponden BBC di Iran, Jon Leyne menyebutkan, sejak pemilu, pemerintahan 
Presiden Ahmadinejad telah membatasi gerakan dan langkah para pemimpin oposisi. 
Dikatakan, jika mereka mencoba untuk menghadiri aksi demonstrasi, mereka akan 
menghadapi intimidasi dari anggota milisi propemerintah, Basij dan banyak dari 
para asisten senior mereka yang telah dipenjara. Namun, sejauh ini, pemerintah 
terus mengawasi dan menahan para pemimpin oposisi tersebut.


Mohammad Khatami lahir di Kota Ardakan, Provinsi Yazd, Iran, 29 September 1943. 
Ia adalah seorang intelektual, filsuf, dan politikus Iran. Khatami adalah 
mantan Presiden Iran pada periode 2 Agustus 1997-2 Agustus 2005 dan digantikan 
oleh Mahmoud Ahmadinejad. Khatami dianggap sebagai presiden reformis Iran 
pertama karena kampanyenya memfokuskan pada penegakan hukum, demokrasi, dan 
pelibatan seluruh rakyat Iran dalam proses perencanaan politik. Namun, asas 
pemerintahannya kerap bertentangan dengan kelompok garis keras dan konservatif 
Islamis di dalam pemerintahan Iran, yang menguasai pemerintahan. 

Anggota Parlemen
Sebelum menjadi presiden, Khatami pernah menjabat anggota parlemen pada 
1980-1982, pengawas Institut Kayhan, Menteri Budaya dan Penuntun Islam pada 
1982-1986, Kepala Perpustakaan Nasional 1992-1997, dan anggota Dewan Agung 
Revolusi Kebudayaan.
Selain menguasai bahasa Persia, Khatami juga fasih berbahasa Arab, Inggris, dan 
Jerman. Ia menikah dengan Zohreh Sadeghi dan dikarunia tiga orang anak. 


Khatami pernah meminta pemerintahan Presiden Ahmadinejad untuk berkompromi soal 
program nuklir guna menghindari krisis hubungan dengan kekuatan dunia dan 
sanksi kedua dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia juga 
mengatakan, bukan hal tabu untuk berunding dengan Amerika Serikat. 
[Berbagai sumber/N-3]


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke