Saya ingin mendiskusikan yang lebih focus lagi, di QS 2:2 secara tegas 
difirmankan bahwa kitab ini (yaitu al qur'an) tidak ada keraguan di dalamnya. 
Kita bersyukur dan pasti tanpa ragu akan membenarkan firman Allah tsb, karena 
memang Allah itu Maha Benar.

Tetapi al Qur'an itu sendiri tidak hanya menyodorkan ayat-ayat muhkamat (yang 
tegas, jelas, tidak menimbulkan multi interpretasi, sehingga tidak menimbulkan 
perdebatan, orang relatif mudah mencapai konsensus mengenai makna tsb), tetapi 
ada juga ayat-ayat mutasyabihaat (yang tidak tegas, namanya saja mutasyabihat 
ya samar-samar, alias menimbulkan multi interpretasi, banyak perbedaan 
penafsiran, sehingga tidak ada deal konsensus ttg makna tsb). 

Perihal ayat mutasyabihat kalau merujuk perdebatan ulama' klasik (pasca nabi 
dan para sahabat) sebagian besar ketika berhadapan dengan ayat multi 
interpretasi kebanyakan mengambil langkah, posisi sebagai save player alias 
menghindar atau enggan menjadi Risk taker. Sehingga mayoritas berpendapat soal 
mutasyabihat itu biarlah Allah sendiri yang tahu. Lha kok pesan ilahi dibiarkan 
misterius ?? tidak perlu digali lebih jauh makna dan maksudnya ? katanya qur'an 
itu petunjuk bagi manusia ?, lha bagaimana bisa menjadi petunjuk kalau 
dibiarkan misteri ?? dan tentu masih banyak pertanyaan lain.

Apa saja ayat-ayat mutasyabihat itu ? tentu banyak salah satunya adalah dimana 
Allah, salah satu ayat qur'an menyebutkan "Allah bersemayam di atas arasy" (QS. 
Thaha: 5). Saya kutibkan lengkap : 

 
ٱلرَّحۡمَـٰنُ
 عَلَى 
ٱلۡعَرۡشِ 
ٱسۡتَوَىٰ 
(٥

artinya : yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang 
tinggi. (4) [Yaitu] Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy. [QS 
20:5).

Kalau menurut Ali bin Abi thalib (sepupu Nabi sekaligus menantu Nabi), 
"Sesungguhnya Allah menciptakan `arsy untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, dan 
tidak menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya".

Sedangkan menurut imam Syafi'i (pendiri madzhab fiqh syafi'i generasi pasca 
sahabat), "Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta'ala di hari akhir nanti akan 
dilihat oleh orang-orang mukmin dengan mata telanjang, jelas, terang tanpa ada 
suatu penghalang, dan mereka mendengar firmanNya, sedangkan Dia berada di atas 
'Arsy"

Apa pendapat teman-teman ??

Wassalam
Abdul Mu'iz

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, al...@... wrote:
>
> Pak muiz nggak perlu merasa risi karena ada Ge-eR,karena rasanya emang malah 
> jadi berat. 
> Saya bilang itu karena sering kita kudu mengingatkan diri untuk saling 
> memuji, wong setiap hari kita memuji Allah, masak pelit pujian ke orang lain.
> Tentunya pujian itu mesti tulis apa adanya bukan basa basi.
> 
> Kadang saya tulis "muiz dan hmna" bukan maksudnya pak muiz dan pak hmna, 
> artinya ngga personal lagi karena kita semua terlibat di peran kondisi dan 
> tempatnya masing2. Ingat bahwa di suatu masa suatu wacana/pemikiran 
> terakumulasi seolah begitu saja secara alamiah, dan teratualisasi "dengan 
> indah ketika tiba waktunya" - meminjam kata2 mba fero.
> 
> Salam
> Mia
> 
> -----Original Message-----
> From: Abdul Muiz <mui...@...>
> Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Date: Sun, 25 Jul 2010 15:14:18 
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?
> 
> Saya juga perna mendengar ceramah Isra' dan Mi'raj, penceramahnya alumni dari 
> universitas di Mekah. Kurang lebih beginilah yang disampaikan, "Nabi pernah 
> merasa gelisah setelah merenungi berbagai kesulitan hidup, berbagai daftar 
> penderitaan dan kesulitan hidup yang beliau alami adalah : Pamanda yang 
> mensupport sebagai pelindung suku quraisy meninggal dunia, disusul istri 
> beliau Khadijah mensupport dari segi ekonomi juga meninggal dunia, dakwah di 
> Mekkah ditolak, pindah ke Thaif ditolak juga, bahkan dilempari dan dihina 
> habis-habisan, sampai-sampai malaikat jibril menawarkan, "biar penduduk Thaif 
> saya timpuk dengan jabal (gunung) saja biar tahu rasa deh" dijawab beliau, 
> "Jangan, mereka begitu karena tidak tahu". Malaikat pun pergi".
> 
> Masih kata penceramah, dalam keadaan gundah itu beliau curhat kepada Allah, 
> "Ya Allah alangkah beratnya berdakwah menyebarkan risalah/wahyu engkau, 
> rasa-rasanya saya tidak pantas deh menjadi Nabi betapa berat menyampaikan 
> misi-Mu. Rasa-rasanya gak pantas hamba memikul beban ini....." maka Allahpun 
> memberikan hadiah picnik Isra' dan Mir'raj. Saya ingat betul ceramah ini dan 
> sang penceramah tidak menyebutkan riwayat dari mana yang disampaikan tersebut.
> 
> Saya pikir pada titik-titik tertentu Nabi Muhammadpun juga mengalami yang 
> namanya gelisah dan pertanyaan ala curhat itu juga lumrah dialami yang 
> namanya manusia. Saya setuju mbak Mia kalau semua para Nabi termasuk Nabi 
> Muhammad adalah Risk Taker yang hebat. Saya tentu tidak berani Ge eR sebagai 
> Risk Taker, tetapi terima kasih atas analisis mbak Mia.
> 
> Wassalam
> Abdul Mu'iz
> 
> --- Pada Ming, 25/7/10, al...@... <al...@...> menulis:
> 
> Dari: al...@... <al...@...>
> Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?
> Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Tanggal: Minggu, 25 Juli, 2010, 10:03 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
>   
> 
> 
>     
>       
>       
>       Pak Muiz, itu mungkin termasuk resiko yg mesti diambil  "durhaka kepada 
> Allah/Quran". Kuberi tanda kutip karena untuk mengidentifikasi irisan HMNA 
> dan Muiz. Isi irisan itu a.l adalah "durhaka kepada Allah"  (versi HMNA) dan 
> "nggak durhaka kepada Allah" (versi Muiz).  
> 
> 
> 
> 
> 
> Nggak ngaruh, walaupun masing2 teriak setinggi langit "durhaka!" Atau "nggak 
> durhaka!"- HMNA dan Muiz pada titik ini dalam irisan yang sama.
> 
> 
> 
> 
> 
> Yang membedakannya nanti adalah aksi risk taking itu. Kalo MuiZ gagal irisan 
> itu hilang jadi warna semula, kalau sukses irisan itu membesar, 
> mentransformasi seluruh lingkaran.
> 
> 
> 
> 
> 
> Salam
> 
> 
> Mia
> 
> 
> -----Original Message-----
> 
> 
> From: Abdul Muiz <mui...@...>
> 
> 
> Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> 
> 
> Date: Sun, 25 Jul 2010 06:40:00 
> 
> 
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> 
> 
> Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> 
> 
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?
> 
> 
> 
> 
> 
> soal durhaka kepada Allah (Al Qur'an), saya pikir bukan monopoli abah HMNA 
> seorang, skeptis dalam artian menggali info lebih dalam tentang iman adalah 
> hal yang lumrah tidak ada yang aneh apalagi hendak mendurhakai Allah.
> 
> 
> 
> 
> 
> Wassalam
> 
> 
> Abdul Mu'iz
> 
> 
> 
> 
> 
> --- Pada Ming, 25/7/10, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@...> menulis:
> 
> 
> 
> 
> 
> Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@...>
> 
> 
> Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?
> 
> 
> Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> 
> 
> Tanggal: Minggu, 25 Juli, 2010, 5:16 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>     
> 
> 
>       
> 
> 
>       
> 
> 
>       ----- Original Message ----- 
> 
> 
> 
> 
> 
> From: "aldiy" <al...@...>
> 
> 
> 
> 
> 
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> 
> 
> 
> 
> 
> Sent: Saturday, July 24, 2010 21:44
> 
> 
> 
> 
> 
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Pak Arcon,
> 
> 
> 
> 
> 
> Bayangkan saja HMNA dan Muiz sama-sama di garis depan. Keduanya sama berilmu  
> pengetahuan, sama-sama beriman dan berkeyakinan.  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Mungkin keduanya sama-sama skeptis (i.e meragukan).  Pak Muiz ingin bergerak 
> ke depan karena "curiga, ingin tahu, mempertanyakan, dsb".  Dia akan terus2an 
> gelisah kalau nggak bergerak ke depan.  Pak HMNA skeptikal tentang gerak ke 
> depan.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Bedanya adalah Pak Muiz mengambil resiko, pak HMNA nggak mau.
> 
> 
> 
> 
> 
> ###############################################################################
> 
> 
> 
> 
> 
> HMNA:
> 
> 
> 
> 
> 
> Pokok perbincagan : "terhadap obyek iman yaitu terhadap ayat Qawliyah 
> (verbal, wahyu, Al-Quran) dilarang bersikap skeptis. Saya tidak perduli 
> tentang penilaian manusia bahwa sikap tidak skeptis terhadap Al-Quran itu 
> dinilai saya tidak bergerak ke depan atau ke samping atau melompat, pada 
> pokoknya saya tidak berani mengambil risiko, karena saya tidak berani durhaka 
> menentang Al-Quran, seperti diFirmankan Allah:
> 
> 
> 
> 
> 
> -- DzLK ALKTB LA RYB FYH HDY LLMTQYN (S. ALBQRt, 2:2), dibaca: dza-likal 
> kita-bu la- rayba fi-hi hudal lilmuttaqi-n (tanda - dipanjangkan membacanya), 
> artinya: 
> 
> 
> 
> 
> 
> -- Inilah Al-Kitab(*), tidak ada syak / skeptis padanya, ia pula menjadi 
> petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa;
> 
> 
> 
> 
> 
> -----------------
> 
> 
> 
> 
> 
> (*)
> 
> 
> 
> 
> 
> Dari akar kata [KTB = tulis] artinya yang ditulis, nama kain dari Al-Quran 
> dari akar kata [QRA = baca] artinya yang dibaca.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> -- This is the Book; In it is guidance sure, without skeptical, to those who 
> fear Allah. 
> 
> 
> 
> 
> 
> #################################################################################
> 
> 
> 
> 
> 
> .
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Kurasa sebagian (besar) orang nggak mau mengambil resiko.  Para nabi, 
> pemimpin, orang2 biasa berkualitas kenabian adalah risk taker. 
> Kesuksesan/kegagalan mereka tergantung latar belakang, keahlian dan banyak 
> faktor eksternal.  Contoh yang lagi diomongin di sini adalah nabi Ibrahim.  
> Kesuksesannya terletak pada keahliannya sebagai astronomer, mungkin juga 
> sebagai tentara bayaran yang mondar-mandir antara jazirah arab dan daerah 
> bulan sabit.  Contoh nabi "gagal" adalah nabi Yunus, itu pun diabadikan 
> sebagai hikmah-ajar.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Kalo nggak ada orang2 kayak gini, kita masih tinggal di pohon.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> salam
> 
> 
> 
> 
> 
> Mia
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, papabonbon <masarcon@> wrote:
> 
> 
> 
> 
> 
> >
> 
> 
> 
> 
> 
> > beda definisi skeptis antara pak muiz dan pak hmna.  btw, saya merasa lebih
> 
> 
> 
> 
> 
> > akrab dengan contoh contoh skeptis ala pak muiz.  boleh jadi saya setuju
> 
> 
> 
> 
> 
> > dengan pandangan pak muiz tentang masalah skeptis ini.
> 
> 
> 
> 
> 
> > 
> 
> 
> 
> 
> 
> > karena beragama dan percaya Tuhan buahnya adalah ketenangan.  dan ketenangan
> 
> 
> 
> 
> 
> > didapatkan setelah ada keyakinan.keyakinan hadir ketika kita gelisah,
> 
> 
> 
> 
> 
> > bertanya, skeptis, mendapatkan pencerahan.
> 
> 
> 
> 
> 
> > 
> 
> 
> 
> 
> 
> > salam,
> 
> 
> 
> 
> 
> > papabonbon.wordpress.com
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>     
> 
> 
>      
> 
> 
> 
> 
> 
>     
> 
> 
>     
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
>     
>      
> 
>     
>     
> 
> 
>  
> 
> 
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke