Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://sastrapembebasan.wordpress.com/
--- On Sun, 7/4/10, gri. mhmd <gri.m...@gmail.com> wrote: From: gri. mhmd <gri.m...@gmail.com> Subject: Re: Fw: RUMAH TUA To: "Mira Wijaya Kusuma" <la_l...@yahoo.com> Date: Sunday, July 4, 2010, 11:42 AM Sebuah Keprihatinan Aku berharap, bukan termasuk salah seorang yang mudah berputus asa. (Tetapi sebelum kuteruskan tulisanku ini, perlu dijelaskan bahwa penggunaan kata “aku” atau “ku”, jangan buru-buru bikin kesimpulan “akuisme” atau egois. Ini kan cuma acting aja..). Obrolanku ini sama bang Tarmin sambil bakar singkong di tabunan belakang rumah, sembari nepokin nyamuk. Tentu aja aku berani, karena Suharto udah lengser dari presiden. Waktu pertama orba umumkan oleh Jenderal AD. Soeharto, mulai dari presiden sampai gubernur, semua berpangkat jenderal. Seterusnya, mulai dari bawahan gubernur sampai lurah desa, kalu maih ada militer di situ, maka pasti yang ditunjuk jadi penguasanya adalah militer. Tapi untuk melengkapi kekuasaan militer, maka disetiap kelurahan ada seorang anggota militer yang bertugas sebagai ‘pembina’. “Emangnya, siapa yang dibina, bang?”- (Tanya Tarmin) Tahu tuh…! Tapi lurah takut sama pembina, dengan begitu dia jadi lebih galak lagi sama rakyat. Dengan begitu.., lengkaplah disebut pemerintahan militer Suharto. Oleh karena perilaku penguasa militer ini sangat kejam, terutama kepada siapapun yang berani mengkritik, apalagi melawan kekuasaan militer, maka mereka tidak segan-segan ditindak sangat kejam, ditangkap, siksa, culik dan bunuh…. “Ah… kalo itu sih, saya juga dah tahu, bang”.- (potong Tarmin) Nah… yang ini pasti loe belum tahu…yang disebut “fasis” “Dulu di sini Kong Pasis ada, Bang. Tapi udah lama mati.. Ya, ya terusin, Bang. – (tangan Tarmin sambil ngorek singkong di dalam tabunan) Jaman dulu, di Jerman ada jenderal bernama Hitler, dia punya pasukan yang kejam sekali, namanya Gestafo…. “Ya.., itu juga ada di sini, Bang. Waktu jaman Suharto katanya gestapu-PKI. Tapi iut cumin katanya…, saya sih nggak pernah lihat. Kalu di Jerman gimana Bang? – (Tarmin penasaran juga). Atau, kalau di Indonesia dulu menjelang Revolusi Agustus 1945, yang kelakuannya kayak gitu, adalah para serdadu Jepang. Perilaku yang kelewat kejam ini disebut “fasis”, seperti fasis Jerman dan fasis Jepang. Makanya sewaktu pertama Jenderal AD Soeharto mendirikan orba, disebut juga diktatur militer fasis Suharto. Kekuasaan Jenderal Soeharto saat itu mutlak. Dia ancam : Siapa yang mencoba mengganggu, akan saya gebuk!. Wah… wah… wah…, serem ga’ tuh?). Kenapa Suharto bisa sekuat itu? Bukan semata-mata karena kekuasaan para serdadu. Tetapi Suharto didukung oleh raja-raja duit dunia yang orang bilang imperialis. Raja-raja duit itu berkomplot untuk menguasai Indonesia. Komplotan raja-raja duit yang disebut imperialisme itu bernama IGGI (Internationale Gouvernment Group on Indonesia). “apa Bang? Ai… ji… ji… ai. Bahasa apa itu Bang?” – (Tarmin mendongakkan kepala sambil mengingat-ingat.. ai… ji.. ji.. ai….) Udahlah… loe jangan ngapalin istilah bahasa inggrisnya….., susah. Sebut aja itu komplotannya si “IGGI”. Jadi dialah sebenarnya yang berkuasa penuh di Indonesia. “Ya.., bener tuh, Bang. Si IGGI ya? Tapi… kaloe si IGGI kuasa penuh, pak Harto ngapain…..?” – (Tarmin). Suharto itu orang kepercayaan IGGI yang paling setia. Makanya, sewaktu jadi presiden…, dalam waktu kilat.. dia bisa jadi orang terkaya di sini. Bukan dia aja…, keluarganya juga…. “Secepet kilat, Bang….? Waduh…, untung nggak disamber bledeg ya, Bang..? – (Tarmin ngeluarkan singkong kulitnya ada yang gosong terbakar) – “Nah… mending kita makan singkong bakar aja, Bang, daripada disamber bledeg..” – (Tarmin memukul-mukul singkong dengan batang kayu, sampai singkongnya pecah). Jadi, si IGGI itu nggak secara langsung jadi pelaku kekuasaan diatas bumi kita ini, Min. Yang melaksanakan kemauan IGGI untuk menjajah negeri ini adalah pemerintahannya Suharto, yang disebut orba. “Ntar dulu……, Bang. Kaloe dulu sebelum merdeka, kan kita udah dijajah sama Belanda. Terus terjadi repolusi sampe kita merdeka…. Kok jaman pak Harto, kita dijajah lagi sama si IGGI, gimana sih..?” Iya, Min.. Kaloe dulu Cuma sama Belanda dan terus diganti Jepang sebentar, tapi jaman Suharto, komplotan IGGI itu ada sepuluh negara kapitalis dunia. Kaloe dulu Belanda langsung menjajah negeri ini, tapi IGGI tidak secara langsung. Penjajahan IGGI melalui penanaman modalnya, tapi pelaksananya pemerintahan orba sejak Suharto. Jadi, ini namanya penjajahan model baru ! Kaloe oleh Bung Karno dibilang neo-imperialisme. “Jadi, waktu itu Bung Karno sudah tahu, kaloe bakal ada si Neo…., neo apa, Bang? Ah…., pokoknya neo-nya si IGGI dah… Yak an, Bang? – (Tarmin senang sekali bisa ngerti obrolan itu). Iya, karena itulah pemerintahan Presiden Sukarno dijatuhkan, terus direbut sama Suharto…., yang disebut orde baru, alias orba…! Tapi sekarang udah malem Min, singkongnya juga dah abis. Gimana kaloe kita sambung besok aja? “Ya…., ya.. saya paham Bang. Wah… asyik juga nih Bang. Kaloe abang sempet, besok malem kita terusin. Apalagi bisa ajak si Satim tuh, dia seneng denger cerita beginian..”- (Tarmin mematikan unggun api dan keduanya meninggalkan tempat itu). Pada 4 Juli 2010 07:54, Mira Wijaya Kusuma <la_l...@yahoo.com> menulis: Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://sastrapembebasan.wordpress.com/ --- On Sat, 7/3/10, gri. mhmd <gri.m...@gmail.com> wrote: From: gri. mhmd <gri.m...@gmail.com> Subject: RUMAH TUA To: la_l...@yahoo.com Date: Saturday, July 3, 2010, 1:24 PM RUMAH TUA kasih… ingatkah kau masih? sebelum hidup ini tersisih tatkala kita punya rumah besar limabelas tahun setelah kau pugar terlihat teramat kekar diantara kita kadang sesumbar ketika itu sering kudengar suaramu yang sebait itu merdu merayu: “kau cabut segala dariku cemar dan noda gelap dan gulita kau beri segala padaku kasih dan cinta bintang dan surya” tapi itu berpuluh tahun silam ketika badai serentak menerjang hanya sekejap memang tak hanya harta benda yang hilang berjuta nyawa juga meregang lalu rumah itu lantak luluh tiang-tiang tak lagi utuh jadi puing berkeping-keping tak mampu direkat gamping kita …. tak lagi jalan seiring *** dinihari juli10 nurman [Non-text portions of this message have been removed]