http://inpasonline.com/index.php?option=com_content
<http://inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=460:ust
adz-dzul-hilmi-pemelihara-qiraah-sabah-di-surabaya&catid=50:nasional&Itemid=
1>
&view=article&id=460:ustadz-dzul-hilmi-pemelihara-qiraah-sabah-di-surabaya&c
atid=50:nasional&Itemid=1

 


 
<http://inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=460:ust
adz-dzul-hilmi-pemelihara-qiraah-sabah-di-surabaya&catid=50:nasional&Itemid=
1> Ustadz Dzul Hilmi, Pemelihara Qira'ah Sab'ah di Surabaya


SURABAYA - Sudah lebih dua puluh tahun, pria yang bernama lengkap Ahmad Dzul
Hilmi Al-Ghozali ini, mengabdikan dirinya untuk Al-Qur'an. Kemampuannya
dalam membaca dan memahami riwayat-riwayat qiro'ah al-Qur'an sudah diakui
oleh guru-guru al-Qur'an di Surabaya. Bahkan ia dikenal sebagai satu-satunya
guru qiro'ah sab'ah(qiroat tujuh) yang masih eksis di Surabaya, sebagaimana
pengakuan para muridnya.

Murid-muridnya berasal dari para guru Al-Qur'an yang mengajar di lembaga
pendidikan Islam maupun Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) di Surabaya dan
bahkan hingga beberapa pelosok Jawa Timur. Suatu hari ada seorang pengasuh
pesantren di Malang datang kepadanya untuk meminta sanad (riwayat
keilmuwan). Ustadz Dzul Hilmi tidak serta merta memberikannya, sebelum
melakukan musafahah(mengaji di hadapan beliau). Akhirnya kiai tersebut,
menyewa sebuah rumah dekat rumah Ustadz Dzul Hilmi agar bisa mengaji secara
intensif. Setelah khatam baru Ustadz Dzul Hilmi memberinya ijazah sanad.
Kiai tersebut mengaku sanad Ustadz Dzul Hilmi lebih dekat dengan Rasulullah
SAW.

Setiap pagi ba'da Shubuh, kecuali Jum'at, Ustadz Dzul Hilmi mengajar
murid-muridnya yang datang untuk musafahah bacaan mereka. Diantara mereka
ada yang musafahah qiro'at riwayat salah seorang imam, ada pula yang setor
hafalan Al-Qur'an dan ada pula yang hanya tashih (memperbaiki bacaan)
Al-Qur'an yang sesuai dengan standard Makhaarijul hurufil Al-Qur'an. Selesai
musafahah sebagian mereka ada yang langsung pulang dan ada pula yang
menunggu hingga berakhir. Biasanya, proses itu berlangsung hingga semua
murid yang hadir selesai musafahah, sekitar jam tujuh pagi, bahkan bisa
lebih.  

Guru-Gurunya

Pria yang dikaruniai empat orang putera ini, memulai perjalanan
intelektualnya dari Singosari. Guru pertamanya adalah KH. Bashori Alwi,
pengasuh Pesantren Ilmu Al-Qur'an (PIQ). " Saat itu, Kiai belum mempunyai
pesantren seperti sekarang ini. Sehabis pulang sekolah, saya biasanya datang
ke rumah beliau untuk belajar Bahasa Arab dan menghafal al-Qur'an" tuturnya
kepada Inpasonline. Hingga sekarang pria yang sudah punya satu cucu ini
masih menjalin hubungan baik dengan gurunya tersebut.

Selepas belajar dari KH. Bashori Alwi, beliau melanjutkan studinya di
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta. Dari sanalah keilmuannya
tentang  Al-Qur'an diasah dan dikembangkan. Setelah lulus dari PTIQ, beliau
hijrah ke Makkah untuk memperdalam dan menamatkan riwayat qira'at kepada
para syaikh di Makkah. Dalam pikirnya, di Makkah tentu banyak guru Al-Qur'an
yang bisa mengajarnya. Tapi ternyata tidak mudah menemukan guru Al-Qur'an
yang bisa mengajarkan qiro'ah sab'ah sekaligus. Hingga akhirnya, beliau
bertemu dengan Syaikh 'Abdul Ghaffar 'Abdul Fattah al-Durubi dari Syiria.
"Beliaulah yang memberi saya sanad qiro'ah sab'ah dan sanad kitab-kitab yang
ditulis oleh para Imam Qiro'ah", jelasnya kepada inpasonline.

Beliau merasa beruntung karena bisa dipertemukan dengan Syaikh Al-Durubi
tersebut. Sebenarnya, tidak mudah untuk bisa bertemu dan mengaji dengannya,
karena beliau di Makkah statusnya sebagai pelarian dari negara asalnya,
Syiria. Konon, beliau diancam akan dibunuh oleh pemerintah negara asalnya.
Oleh karena itu, tidak banyak yang mengenalnya dan murid-muridnya juga
sangat terbatas.

Namun yang paling mengagumkan dari Syaikh Al-Durubi, jelas Ustadz Dzul
Hilmi, adalah masuknya Syaikh Ali Ash-Shabuni, ulama ahli tafsir yang sangat
masyhur, sebagai murid beliau. Padahal dari segi usia, jelas lebih tua
Syaikh Ali Ash-Shabuni. Hal ini menunjukkan bahwa keilmuwan Syaikh
Al-Durubi, khususnya ilmu tentang riwayat-riwayat qiro'ah al-Qur'an, sudah
diakui oleh para ahli Al-Qur'an. Satu lagi yang juga mengagumkan dari Syaikh
Al-Durubi, lanjutnya, ketawadhu'annya dan penghargaannya terhadap
murid-muridnya. Beliau selalu mendahulukan murid yang datang terlebih
dahulu, siapapun dia. Bahkan kalaupun ada orang yang sibuk dan minta untuk
musafahah terlebih dahulu ia harus minta ijin kepada yang datang lebih dulu.
Teladan-teladan itulah yang kemudian diterapkan oleh Ustadz Dzul Hilmi dalam
mengajar Al-Qur'an.

Selama berada di Makkah, Ustadz Dzul Hilmi juga mendalami ilmu-ilmu Hadits
dan Fiqih dari para ulama seperti Sayyid Muhammad Al-Maliki dan Syaikh
Ismail. Bahkan beliau, meskipun tidak kuliah, mengikuti perkembangan
kajian-kajian dan bahasan para ulama ahli Al-Qur'an yang dimuat di
jurnal-jurnal universitas maupun lembaga pengkajian Al-Qur'an. Selama empat
tahun setengah beliau berkutat dengan aktivitas tersebut. Baru setelah
menamatkan dan menghatamkan pelajaran Al-Qur'an-nya di hadapan Syaikh
Al-Durubi beliau pulang ke tanah air.

Aktivitas

Sepulang ke tanah air, Ustadz Dzul Hilmi mulai mengajar Al-Qur'an di kampung
kelahirannya, Pasuruan Jawa Timur. Tapi waktu itu masih sebatas mengajarkan
ilmu tajwid saja. Sehari penuh ia habiskan waktunya untuk mengajar
murid-muridnya yang terdiri dari beberapa kelompok. Bahkan ia sempat pula
mengajar di beberapa sekolah formal, khususnya di Madrasah Tsanawiyah dan
Aliyah.

Sebenarnya ketika masih di Pasuruan, beliau juga sempat menerjemahkan
jurnal-jurnal berbahasa Arab tentang Al-Qur'an, hanya saja saat itu sangat
sulit mencari penerbit yang mau menerbitkan. Hal itu menyebabkan beliau
tidak bersemangat lagi untuk menerjemah dan menulis buku-buku Al-Qur'an.
Memang sempat ada beberapa buku dan terjemahan beliau yang sempat dicetak
oleh sebuah penerbit di Surabaya. Itupun dengan harga yang sangat mahal
karena dicetak dengan cover yang sangat lux. Sedangkan salah satu bukunya,
yang berjudul Makhorijul Huruf dan Sifatul Huruf, dicetak dan diperbanyak
oleh sebuah penerbit metode banyak Al-Qur'an di Surabaya.

Minimnya kegiatan menulis menyebabkan pria yang tinggal di dekat Masjid
Ampel ini kurang banyak dikenal oleh masyarakat umum. Namun, bukan berarti
pria yang mengasuh pengajian Tafsir di Masjid Ampel ini minim aktivitas.
Setiap acara MTQ (musabaqah tilawatil Qur'an) Tingkat Nasional dan Propinsi,
beliau tidak pernah absen menjadi Juri. Beberapa Masjid besar di Surabaya
juga menjadwal beliau untuk menjadi khotib Jum'at tetap, seperti Masjid
Nasional Al-Akbar, Masjid Muhammad Cheng Ho, Masjid Universitas Airlangga
dan beberapa masjid lainnya di Surabaya. Di samping itu, pria ini juga rutin
mengisi beberapa pelatihan baca Al-Qur'an pada lembaga-lembaga pendidikan di
Surabaya. Namun, hal yang terpenting dari aktivitas Pria lulusan PTIQ ini
ialah mengajar dan membina Al-Qur'an, khususnya Qira'ah Sab'ah yang
bertempat di rumahnya.

Dalam menjalani kegiatan-kegiatan tersebut, khususnya yang terkait dengan
pengajaran Al-Qur'an, pria yang punya penghasilan dari tokonya ini tidak mau
menerima sepeserpun uang bayaran. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk
menjaga keikhlasannya dalam mengajar. Di samping itu, tidak pantas seorang
guru al-Qur'an menarik bayaran, karena tidak ada contoh satupun dari para
ulama yang menarik bayaran ketika mengajar Al-Qur'an, tambahnya. "Tapi kalau
mengajar atau memberi pelatihan yang tempatnya jauh dari rumah, biasanya
saya terima karena hal itu saya anggap sebagai uang transport," tegasnya
kepada inpasonline.(mm) 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke