Hawa Nafsu Berkedok
Ilmu


 

Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, 
dan Allah membiarkannya sesat
berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran? [QS. Al Jaatsiyah
(45) : 23].

 

Allah
Subhanahu wa Ta'ala menciptakan malaikat dengan menyertakan akal tanpa hawa
nafsu. Dan menciptakan binatang dengan menyertakan hawa nafsu tanpa akal.
Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan manusia dengan menyertakan akal
dan hawa nafsu sekaligus. 

 

Maka
barangsiapa yang ilmunya menguasai hawa nafsu maka dia lebih baik dari malaikat 
dan barangsiapa hawa nafsunya
mengalahkan ilmunya maka dia lebih buruk dari hewan.

 

Demikian
Malik bin Dinar mendudukkan manusia.

 

Jika
malaikat senantiasa taat, itu karena mereka diciptakan tanpa disertai hawa
nafsu yang menentangnya, tetapi manusia yang dititahkan disertai hawa nafsu
lalu dia mampu menundukkan nafsu dengan ilmunya, maka dia manusia istimewa.
Demikian pula halnya, menjadi kewajaran jika binatang hanya makan dan menuruti
syahwatnya, karena memang mereka diciptakan tanpa diberi akal. 

 

Tetapi
manusia yang diberi akal lalu hanya memperturutkan hawa nafsunya maka binatang
lebih baik darinya. Allah berfirman:



 

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak 
dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi.  Mereka itulah orang-orang yang
lalai." [QS. Al-A’raf
(7): 179]

 

Ilmu VS Hawa Nafsu

 

Allah
Subhanahu wa Ta'ala menghendaki agar manusia mau mengendalikan hawa nafsu
dengan ilmunya, namun setan berusaha menggiring manusia untuk memperturutkan
hawa nafsunya. Ilmu dan hawa nafsu senantiasa berebut untuk meraih hegemoni,
selalu bertarung untuk dapat mendominasi jiwa manusia. Yang paling celaka
adalah ketika hawa nafsu yang bertahta dalam jiwa manusia, menjadi raja yang
menjadi sesembahannya :



 

Katakanlah:
"Bagaimana pendapatmu jika (Al Qur'an) itu datang dari sisi Allah,
kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah
yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan
yang jauh?" [QS.
Fusilat (41) : 52].



 

Atau
apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka
itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat 
jalannya (dari binatang
ternak itu). [QS. Al-Furqaan
(25) : 44].



 

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah
sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa) nya sampai
hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? [QS. Al-Ahqaaf 
(46) : 5.

 

Pertarungan
tersebut bukan saja terjadi pada masing-masing jiwa manusia, namun juga
membumi. Jika hawa nafsu banyak menguasai mayoritas manusia di bumi, maka bisa
jadi hawa nafsu yang memegang kendali dan merajai. 

 

Ibnu
Mas’ud pernah berkata di hadapan sahabat dan tabi’in: "Sesungguhnya kalian 
hidup di suatu zaman di mana kebanaran yang
menguasai hawa nafsu, namun kelak akan ada suatu zaman di mana hawa nafsu yang
merajai kebenaran."

 

Rupanya
zaman itu sudah sampai. Lihat saja, setiap kali terjadi perang opini, maka
pemuja hawa nafsu lebih banyak pendukungnya, para pengumbar nafsu paling banyak
dijadikan idola.

 

Hawa Nafsu Dikemas dengan Ilmu

 

Proyek
meng’hawa-nafsu’kan dunia ditempuh setan dengan banyak cara sekaligus menunjuk
arsitek dan para pekerjanya. Di antara cara tersebut adalah membungkus hawa
nafsu dengan kedok ilmu. Tugas ini diemban oleh ‘syaithan nathiq’ (setan
bicara) yang melegalkan hawa nafsu atas nama ilmu. Dengan kemasan ini, kampanye
setan untuk menggolkan hawa nafsu sebagai penguasa sukses dengan kemenangan
telak.

 

Kasus
pornografi misalnya. Definisi dan batasan istilah ini diperdebatkan, namun
hanya satu tujuan setan, memenangkan opini bahwa ‘tidak ada yang layak 
dikatakan porno’. Statemen yang paling
efektif untuk ini adalah pernyataan bahwa ‘batasan
pornografi itu relatif.’ 

 

Cermatilah,
bagaimana setan mengajari murid-muridnya untuk berargumen. Ketika seorang model
yang suka tampil vulgar ditanya tentang sikap masyarakat yang memandang tabu
dan mem’porno’kan gayanya, dia menjawab: "Terserah mereka, tinggal dari
sisi mana mereka menilai. Kalau mereka ‘positif thinking’ (husnudzhon) ya
mereka menganggapnya baik, tapi kalau sudah ‘negatif thinking’ (su’udzhon)
duluan, ya...apa-apa dikatakan jelek." Inilah hawa nafsu yang dikemas
dengan ‘ilmu’. Mereka hanya ingin berkelit dari hukum manusia, tetapi mereka
tak mungkin bisa lari dari hukuman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

 

Tidak
jarang pula bahkan, orang-orang yang se-tipe dengannya menganggap masyarakat
yang anti pornografi sebagai kaum munafik, ‘toh sebenarnya mereka juga demen’,
katanya. Tetapi, munafik yang sebenarnya adalah mereka yang tidak mau taat
kepada norma yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
Rasul-Nya, bahkan menghalangi orang-orang dari Nya, firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala :



 

"Apabila
dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah
telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang
munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati)
kamu." [QS. An-Nisa’ (4) :
61]

 

Dilegalkan Para Cendekiawan

 

Wajar
jika pernyataan-pernyataan sumbang seperti beberapa contoh di atas muncul dari
orang-orang yang notabene memang jauh dari bangku pondok pesantren, atau jarang
mencicipi pengetahuan agama. Yang aneh adalah orang-orang yang ditokohkan dalam
hal agama ikut-ikutan pula mempromosikan hawa nafsu berkedok ilmu. Tentunya
dengan gaya yang lebih Islami, bumbu-bumbu dalil, ramuan ushul fikih plus
argumentasi yang runtut. 

 

Terutama
mereka yang berada dalam jajaran Islam liberal. Untuk menghalalkan segala hal,
mengkampanyekan budaya serba boleh dan ‘anti
haram’, banyak ungkapan nyleneh yang dikuatkan dalil-dalil. Seperti
pernyataan ‘Fikih islam tidak cukup untuk memahami seni’, atau ‘akal adalah
rasul Allah di muka bumi’ atau menggunakan kebebasan dalam menafsirkan
Al-Qur’an. Namun yang dituju hanya satu ‘tidak
ada yang haram’, karena menurut mereka keharaman itupun juga relatif,
tinggal dari sisi mana orang melihat.

 

Al-Qur’an Sesuai di Setiap Waktu dan
Tempat

 

"Kalimatul
haq uriida biha al-bathil’, pernyataan yang benar namun dipakai untuk maksud
yang bathil. Ungkapan ini sepertinya pas ditujukan untuk orang-orang Islam
Liberal yang memiliki ‘track record’ menghalalkan yang sudah jelas haram dengan
dalih Al-Qur’an sanggup menjawab persoalan di setiap zaman, atau Islam bisa
sesuai dengan kondisi kapanpun.

 

Ungkapan
ini benar, namun tuan-tuannya penganut JIL terbalik dalam terapannya. Mereka
merubah alat ukur sebagai yang diukur, sedangkan yang mestinya diukur malah
dijadikan alat ukur. Mereka justru memaksa Al-Qur’an untuk membolehkan sesuatu
yang haram karena sudah terlanjur mengakar dan mengkondisi di masyarakat.
Seakan mereka berkata ‘karena zaman
sudah seperti ini, maka ini dan itu diperbolehkan’. Dalilnya? Islam cocok untuk
setiap kondisi dan zaman, katanya.

 

Padahal
posisi yang tepat untuk ungkapan tersebut adalah bahwa dalam kondisi apapun
syari’at Islam secara komprehensip sesuai untuk diterapkan. Umat akan baik
selagi mereka mau mengambil petunjuk darinya dalam setiap perkataan dan
perbuatan. Inilah maksud hadits Nabi:

 

"Aku tinggalkan untuk kalian dua
perkara, kalian tidak akan sesat selama, selagi berpegang dengan keduanya,
yakni kitabullah dan sunnah Nabi-Nya." (HR Malik)

 

Ilmu yang Sebenarnya

 

Gaya
bicara dan retorika berargumen jubir pemuja hawa nafsu memang membuat kita
silau. Terkesan cerdas, logis dan ilmiah. Apalagi jika dalil Al-Qur’an sesekali
menjadi alat legitimasi dari pendapatnya, gelaran cendikiawan muslim serta
merta melekat di jidatnya. Fenomena ini telah digambarkan juga oleh Ibnu Mas’ud
sekaligus solusi untuk menghadapinya. Beliau katakan: "Sesungguhnya kalian 
nanti akan mendapatkan suatu kaum yang
mengaku menyeru kalian kepada Kitabullah padahal sesungguhnya mereka membuang
Al-Qur’an di belakang punggung mereka, maka hendaknya kalian berpegang kepada
ilmu…dan hendaknya kalian mengikuti para salaf (sahabat hingga tabi’ut
tabi’in)."

 

Dengan
ilmu, kita mengenali kecurangan orang yang hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai
alat legitimasi untuk melegalkan hawa nafsu sebagaiman kita mengenali
kebenaran. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ‘ulumus syar’i al-muruts ‘anin
Nabi’, ilmu syar’i yang diwariskan oleh Nabi Muhammad Salall laahu Alaihi 
Wasallam.
Sedangkan yang paling paham tentangnya adalah para sahabat Nabi salall laahu
alaihi wasallam, kemudian tabi’in, kemudian tabi’ut tabi’in dan ulama-ulama
berikutnya yang setia dengan jalan yang telah ditempuh oleh mereka. Inilah
jalan selamat dari tipu daya para ‘jurkam’ hawa nafsu, sebagai jawaban JIL
shalat 5 waktu dapat dilakukan dengan bahasa ibu tersebut dibawah ini.

 

 

(Abu
Umar Abdillah di sadur dari Majalah Ar-risalah) 

--- On Fri, 5/14/10, abdul <latifabdul...@yahoo.com> wrote:

From: abdul <latifabdul...@yahoo.com>
Subject: [kmnu2000] BOLEHKAH  SHALAT  DGN  BAHASA  IBU?
To: kmnu2...@yahoogroups.com
Date: Friday, May 14, 2010, 3:26 AM















 
 



  


    
      
      
      Bismilahirrahmanirr ahiim.



Seorang pemuda  smart dan kritis bertanya kpd saya; Bolehkah kita melaksanakan 
shalat dgh bahasa Indnesia atau bhs ibu, agar mudah dipahami?



Kalau pertanyaan ini di ajukan kpd ulama2 Wahabi-salafy Fundamentalis Fanatik, 
sudah tentu mereka akan marah dan emosional..



Sesungguhnya dlm al quran tidak ada larangan untuk bershalat dgn bahasa selain  
bahasa Arab.



Karena ALLAH mengerti semua bahasa. Selagi tidak ada larangan dari Al Quran, 
yaa shah shah..tapi masalahnya akan ditentang oleh ulama2 Islam Fundamentalis 
yang selama ini melarang bershalat dgn bahasa Indonesia... dgn dalil tidak 
mengikuti== sunnah Rasul==



Tidak semua sunnah rasul yang harus di ikuti, Sunnah Rasul yang harus di ikuti 
adalah Al Quran dan hadist2 yg menjelaskan wahyu2 ALLAH.

Selain dari itu adalah sunnah budaya Arab, bukan syariat Islam.Perlu dapat 
membedakan mana sunnah Rasul yg syariat islam, dan mana sunnah Rasul yang 
budaya Arab.



Saya sendiri mengajurkan anda sebaiknya bershalat dgn bahasa Arab, tidak banyak 
yg di hafal bukan,semua orang bisa kook...kenapa harus bahasa Indonesia..saya 
respond.



Alasan yang diberikan adalah;" sangat susah sekali melakukan shalat dgn kusuk 
dan tidak tahu akan artinya." OK saya megerti...



Sebuah ayat yang memperingatkan, bahwa shalat yg tidak kusuk tidak Syah==kalau 
dia tidak tahu apa arti yang dibacanya...



+=========== ========= ========= ========= ========= ========= ===

"Wahai orang2 beriman, jangalah kamu shalat sedangkan kamu dalam keadaan 
mabuk(tidak sadar apa yang dibaca, tidak mengerti apa yang diucapkan) sampai 
kamu mengerti apa yang kamu baca.QS4:43.

============ ========= ========= ========= ========= ========= ===



Kalau anda masih tetap tidak bisa mengerti bahasa Arab waktu shalat, bacalah 
dgn bahasa Indonesia,kalau itu memang dapat bershalat kusuk kepada ALLAH swt. 
ALLAH mengerti dengan semua bahasa.



Anda tidak melakukan keingkaran kepada ALLAH,tapi sebaliknya anda ingin 
mendekati diri kepada ALLAH dengan mengerti apa yang di ucapkan di depan 
ALLAH...Saya yakin shalat anda Syah...



Semoga ayat ALLAH diatas itu dapat memperbaiki ==aqidah kita==kejalan yang 
lurus dan benar.



Wassalamu'alaikumwr wb



============ ========= ========= ========= ========= ========= =====

REVIEW BAGI YANG BELUM MEMBACA.



(1)...BOLEHKAH BACAAN2 SHALAT DI ROBAH?

Bismilahirrahmanirr ahiim Pertanyaan ini sering diajukan oleh pemuda2 Islam yg 
smart dan kritis tentang bacaan Shalat...pengamalan ajaran2 Islam selama ini; 
... 



http://groups. yahoo.com/ group/kmnu2000/ message/31689



(2)...  BOLEHKAH KITA SHALAT BERBISIK BISIK?

Kalau kita rajin membaca Al Quran, kita akan mendapatkan Rahasia2 ALLAH yang 
sangat bermanfaat buat kita lakukan. Selama ini kita hanya menyerahkan aqidah 
kita... 



http://groups. yahoo.com/ group/kmnu2000/ message/31698



(3)...BLEHKAH SHALAT DGN BAHASA IBU?

Seorang pemuda  smart dan kritis bertanya kpd saya; Bolehkah kita melaksanakan 
shalat dgh bahasa IndOnesia atau bhs ibu, agar mudah dipahami?



PEMBACA YG BUDIMAN;

Bagi teman2 yang berkeberatan dgn perobahan2 yg saya berikan

mohon diberikan bantahan dgn dalil yang benar dari Al quran.

Kalau saya salah saya akan ralat...tapi janganlah membantah seperti

orang2 jahil yg bodoh..



Salam

alatif





    
     

    
    

        
  
   
    
      
        
          Reply to sender |
        
          Reply to group |
                  Reply via web post |
                Start a New Topic
      

                Messages in this topic
          (1)
           






      Recent Activity:

    
            
      New Members
      3
    
                                              
    
  
    Visit Your Group
  


        
      


      ______________________________________________________________________

http://www.numesir.org untuk informasi tentang Cabang Istimewa NU Mesir dan 
KMNU2000, atau info-info seputar Cairo dan Timur Tengah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kami berharap Anda selalu bersama kami, tapi jika karena suatu hal Anda harus 
meninggalkan forum ini silakan kirim email ke: 
 
kmnu2000-unsubscr...@yahoogroups.com


 



  











      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke