I Love You, Mom!
By: Ria Fariana

Ketika melihat tivi, ada selingan  
iklan. Muncul balita sebagai model salah satu produk susu bayi, bilang ‘I love 
you, Mom!’ Ihh…gemes banget. Pernah nggak sih kamu bilang ke ortumu kayak gitu? 
Hmm.. jangan-jangan tiap hari malah berantem mulu,  kali ye. Uppss, kamu bukan 
tipe anak durhaka kan? Semoga.

Banyak  banget kejadian di sekeliling 
kita yang memberi contoh jelek, terutama  perlakuan terhadap ortu. Dan 
yang paling parah adalah perlakuan buruk  terhadap sosok ibu. Mulai 
berani membangkang terhadap perintahnya,  membentak, hingga memukul ibu 
secara fisik. Hanya karena uang saku  kurang, seorang anak bisa tega 
membentak, memarahi, bahkan memukul  ibunya. Durhaka betul nih bocah. 
Belum lagi hanya karena ibunya  berpendidikan lebih rendah dari dirinya, 
anaknya jadi malu mempunyai ibu  yang bodoh. Naudzubillahi min 
dzalik.

Maraknya program  tivi semisal Derap Hukum, Fakta, Brutal, Buser, Sergap dan 
tayangan sejenis lainnya, banyak sekali mengisahkan kejadian tragis  
seorang anak yang tega membunuh ortu kandungnya sendiri. Belum lagi  
bila kita perhatikan sekeliling kita, penuh dengan kejadian seperti itu  di 
depan mata. Kenapa sih bisa muncul hal-hal yang tidak wajar seperti  ini? 
Bukankah ortu adalah orang pertama yang harus kita hormati setelah Allah Ta’ala 
dan Rasul-Nya?

Salah asuh

Eits…ini  bukan judul roman yang ditulis oleh Marah Rusli itu lho. Salah asuh  
adalah pola didik salah yang 
diterapkan orangtua kepada anak. Ada atau  bahkan banyak orangtua yang 
ketika menikah, belum siap menjadi orangtua.  Menjadi seseorang yang 
kelak akan dipanggil ibu, mama, ummi, bunda atau  sebutan apa pun bagi 
seseorang yang telah melahirkan kita. Begitu juga  dengan sebutan bapak, ayah, 
papa, abi atau apapun sebutannya bagi  seseorang yang ikut andil 
dalam keberadaan kita di dunia ini. Istilahnya  sih semacam ‘urunan’ 
kalo kata orang Jawa dan saweran kalo kata orang  Sunda tentang 
keberadaan ayah ini hehe. Mereka tak tahu bagaimana  mendidik anak 
dengan baik dan benar. Pernikahan bagi mereka hanya  dianggap satu fase 
yang harus dilalui oleh manusia tanpa pernah berpikir  serius tentang 
cara mendidik anak-anaknya.
…tanpa dididik  bahwa ini benar dan ini 
>salah, anak akan menganggap bahwa apa yang  dilakukannya adalah selalu 
>benar…
Ketika anak nakal,  dibiarkan saja. 
Ketika anak membangkang dan berani membentak ortu,  dibilangnya masih 
kecil, entar juga bakal tahu sendiri. Padahal anak,  tanpa dididik bahwa ini 
benar dan ini salah, dia akan menganggap bahwa  apa yang 
dilakukannya adalah selalu benar. Jadilah ketika anak beranjak  remaja, 
orangtua merasa kecolongan ketika anaknya menjadi sosok yang  suka 
membantah dan tidak sopan terhadap orangtua.

Belum lagi  faktor lingkungan. Seorang 
anak yang semula dididik dengan baik oleh  ortunya di rumah, tapi ketika 
bergaul dengan temannya yang suka melawan  ortunya, ia sangat mungkin 
untuk terpengaruh. Karena apa? Karena  seringkali apa yang mereka dapat 
dari pergaulan lebih membekas daripada  pendidikan dalam rumah. Jadilah 
anak meniru perilaku teman yang salah  asuh tadi. Gawat kan?

Hal ini diperparah dengan 
tayangan-tayangan  yang tidak mendidik, baik di sinetron atau pun 
program televisi yang  lain. Anak berani sama ortu, mulai membentak 
hingga memukul seakan-akan  menjadi hal yang lumrah dan biasa. Negara, 
yang seharusnya tanggap  terhadap masalah ini, malah bungkam seribu 
bahasa. Ijin-ijin untuk  tayangan merusak ini terus saja dikeluarkan 
tanpa mau peduli dengan masa  depan generasi muda bangsa ini. Ciloko!

Sobat muda  muslim, apapun adanya 
dirimu, tak ada alasan untuk berani dan bertingkah  laku tidak sopan 
terhadap orangtua. Bagaimana pun mereka adalah orang  yang ‘mengadakan’ 
kita di dunia, membesarkan, mendidik, dan menyayangi  serta mengasuh 
kita. Tidak seharusnya kita hanya bisa menyalahkan ortu.  Kita harus 
bisa mengingatkan mereka bila salah, dan mematuhinya bila  diajak kepada 
kebenaran.

Kalo kamu adalah salah satu dari mereka  yang memang salah asuh, jangan hanya 
bisa nyalahin ortu. Interospeksi  
diri. Karena kita punya akal untuk tahu mana yang benar dan salah.  
Berani sama ortu jelas bukan tindakan yang bisa dibenarkan. Kalo memang  
kondisinya seperti itu, segera nyadar dan bertaubat. Meski ortu cuma  
lulusan SD, tanpa mereka kamu nggak bakal ada. Meski ortu bikin kamu  
nggak pede, bukan alasan untuk bertindak semau gue. Ortu tetap sosok  
yang patut mendapat cinta dan hormat kita, tak peduli apa latar belakang dan 
pendidikannya. Selama mereka berdua mengajak kebenaran, why 
not? Bahkan ketika mereka mengajak kepada kemungkaran pun kita 
tidak boleh  berlaku kasar padanya. Cukuplah mengingatkan dengan cara 
yang ma’ruf,  yaitu baik dan sopan. Mau kan? Kudu banget dong 
ya. Biar ahsan.
…Ortu tetap sosok yang patut mendapat cinta
> dan hormat kita, tak  peduli apa latar belakang dan pendidikannya. 
>Selama mereka berdua  mengajak kebenaran…
Mau rukun sama ortu?

Banyak  cara agar bisa akur dan rukun 
sama ortu. Misalnya, mulai kenali dulu  kebiasaan-kebiasaan beliau 
berdua, ambil simpatinya. Nggak ada salahnya  juga jika kamu ambilin 
ayahmu minum sepulang lelah bekerja atau bahkan  mijitin pundaknya. 
Kepada bunda yang sudah melahirkan kamu bisa memberi  kejutan tiba-tiba 
dengan ngasih kado meski sederhana. Dijamin deh,  mereka berdua bakal 
makin sayang sama kamu. Mereka yang semula agak  keberatan kamu pake 
jilbab jadi luluh hatinya. Yang semula khawatir  anaknya ikut kelompok 
pengajian karena isu teroris jadi makin getol  malah berbalik nyuruh 
anaknya ngaji karena sudah tahu hasilnya. Ortu  mana yang nggak makin 
sayang sama anaknya kalo ngaji itu ternyata  membawa perubahan positif 
pada diri anaknya dan keluarga.

Hal  lain yang bisa kamu lakukan dengan 
ortu adalah komunikasi. Tanpa  diminta, tak ada salahnya kok kamu 
menceritakan tentang teman-teman kamu  di sekolah atau di pengajian. 
Terutama nih yang bisa dijadikan teladan  sama kamu dan ortumu. Misal, 
si Anto yang prestasinya bagus banget  padahal doi aktif di rohis. Trus 
bagi cewek juga gitu. Tuh si Sari yang  meski pake kerudung dan jilbab 
tapi bahasa Inggris-nya ngejos. Belum  lagi prestasinya di lomba karya 
ilmiah remaja, jadi pemimpin OSIS lagi.  Tapi ngaji dan dakwahnya juga 
pol. Wuih, keren kan?

Eh, tapi bagi  cowok, sebaiknya 
contoh-contoh yang kamu berikan juga tentang temen  cowok dong. Begitu 
juga dengan cewek, lebih baik cerita prestasi yang  udah dicapai temen 
cewekmu. Bukan apa-apa sih, khawatirnya kalo kamu  banyak cerita tentang lawan 
jenismu, entar ortumu malah bingung ngira  kalo kamu lagi naksir 
dan pingin pacaran hehe. Berabe dong kalo gini.  Tapi it’s okay sih kalo kamu 
bisa menyampaikannya dengan  proporsional, juga nggak 
masalah kok. Bahkan bisa sekalian jelaskan ke  ortu gimana Islam 
menyikapi tentang pacaran. Asyik kan, sekali rengkuh  dayung, dua-tiga 
hari capeknya masih kerasa, eh, maksudnya dua or tiga  pulau terlampaui.

Begitu juga dengan kamu, para cewek yang kemungkinan bakal perang dingin sama 
ortu karena keputusanmu untuk  
memakai jilbab dan kerudung. Saya juga dulu pernah ngerasain yang  
seperti itu. Didiamkan ortu dan diboikot seluruh keluarga karena  
memutuskan menutup aurat di saat usia sekolah. Meski sedih, tapi nggak  
boleh dong jadi benci or berani sama ortu hanya karena berbeda pendapat  
tentang sesuatu. Tenang aja lagi.

Malah moment ini  sebetulnya 
jadi ajang kita untuk berdakwah dan menjelaskan pada mereka  bahwa Islam itu 
indah. Tetap sapa ortu dan keluarga kita. Tetap hormati  dan patuhi selama 
tidak bertentangan dengan aturan Allah. Bahkan  tunjukin bahwa 
pemahaman Islam yang akhirnya mengantarkan kita  berjilbab, seharusnya 
bisa membuat kita makin cinta sama ortu. Betul?

Kamu yang dulunya tiap pergi dan pulang 
ke rumah nggak pernah  mengucap salam, eh... sekarang jadi sopan dengan 
selalu mengucap salam.  Lebih bagus lagi kalo kamu mencium tangan ibu 
bapakmu sebelum berangkat  sekolah. Canggung? So, pasti. Karena semua itu 
memang berawal  dari kebiasaan. Saya dulu juga gitu kok. Tapi yakin deh, 
lama-lama ortu  jadi terharu dan bakal makin sayang sama 
kita. Apalagi ada bonus  tambahan pake cipika-cipiki sama ortu di moment 
tertentu. Lebaran  misalnya. Ditanggung bakal basah mata ortumu karena 
terharu.
…Banyak  cara agar bisa akur dan rukun sama
> ortu. Misalnya, mulai kenali dulu  kebiasaan-kebiasaan beliau berdua, 
>ambil simpatinya…
Wah…  malu dong kalo cowok cipika-cipiki sama ortu. Kata siapa? Itu kan  
masalah kebiasaan saja. Pernah lihat di tivi nggak, orang bule yang  bukan 
muslim mencium pipi mamanya? Kalo 
mereka bisa menunjukkan sikap  sayang ke mamanya sedemikian rupa, kenapa kita 
nggak? Kakak cowok saya  aja, semakin doi belajar Islam semakin 
sering mencium pipi ibu. Saya aja  yang anak cewek nggak sebegitunya, 
jadi ngiri hehe…

Kenapa  sih harus baik sama 
ortu?

Selain memang perintah Islam untuk  
selalu berbuat baik pada orang tua kita, nggak ada jeleknya sama sekali  kok 
kamu baik dan menunjukan perhatian ke ortu kamu. Bahkan banyak  
untungnya daripada mudharatnya. Meski bukan karena untung ini kamu  
melakukan kebaikan sama ortu. Paham kan maksudnya?

Jangan kayak  Madonna yang hubungan 
dengan mamanya aja nggak harmonis. Di salah satu  wawancara tivi, doi 
menyalahkan mamanya yang telah membuatnya menjadi  remaja tak bahagia 
sebelum akhirnya tenar seperti sekarang. Atau seperti  artis ibukota 
yang tak mau mengakui ayah kandungnya karena dianggapnya  telah 
menyakiti hati ibunya dan juga dirinya sendiri. Atau seperti  tetangga 
saya yang merasa ibunya salah asuh dan mendidik dirinya dengan  tidak 
benar, hingga tega mau menukar tambah dengan orang lain. Duile  emangnya panci 
bisa ditukar tambah, Non?

Sobat muda muslim,  jangan sampai kita 
menjadi seseorang seperti contoh yang di atas itu.  Apapun yang 
dilakukan oleh kedua orang tua kita, mereka tetap layak  mendapat 
penghormatan dan kasih sayang dari kita, anak-anaknya. Bahkan,  
kewajiban kitalah untuk menasihati dengan cara lemah lembut dan sopan  
bila mereka tidak tahu tentang hukum-hukum Allah. Ketika kita dilarang  
pake jilbab, nggak boleh ngaji, itu semua bukan karena ortu nggak sayang kita 
lagi. Tapi murni karena faktor ketidakpahaman dan salah persepsi  tentang 
jilbab dan anak ngaji.

Bukan salah ortu kita 100% karena  di 
sini peran lingkungan dan negara juga turut andil dalam persepsi yang  
dipunya masyarakatnya. Ledakan bom yang terjadi selalu dikaitkan dengan  
aktivis jamaah Islam. Jilbab seringkali diidentikkan dengan busana Arab dan 
sesuatu yang kuno dan tidak modis. Tulalit kan?
…Apapun  yang dilakukan oleh kedua orang 
>tua kita, mereka tetap layak mendapat  penghormatan dan kasih sayang 
>dari kita, anak-anaknya…
Jadi  sekali lagi, jangan menyerah dalam memahamkan ortu ya. Saya aja dulu  
butuh waktu tahunan untuk membuat 
ortu dan keluarga bisa menerima bahwa  jilbab dan aktivitas ngaji tidak 
menghalangi kita untuk berprestasi.  Sebaliknya, pemahaman Islam yang 
benar akan membuat kita semakin sayang  dan menghormati ortu. Jadilah, 
mereka tidak keberatan lagi dan bahkan  menjadi pendukung utama 
aktivitas ngaji dan dakwah kita. Tidak berhenti  di situ saja, mereka 
juga mulai memahami Islam dengan lebih baik dan  mengamalkannya. Lebih 
asyik lagi ketika mereka juga turut andil dalam  mendakwahkan Islam ke 
keluarga besar dan lingkungan sekitar rumah.  Wihhh…senang nggak sih?

Itu semua nggak bakal kita dapat bila  
kita cuek terhadap ortu. Mereka pun akan sangat sedih bila anaknya  
menjaga jarak. Coba tanya kalo nggak percaya ke ortu kamu masing-masing  di 
rumah. Mereka ingin memahami dunia anak-anaknya yang memang sudah  
berbeda banget dengan jaman mereka waktu masih remaja dulu. Nah, tugas  
kamulah untuk menjembatani dunia mereka dengan duniamu. So, 
mulai  saat ini, detik ini, tekadkan dengan kuat di dalam hatimu untuk 
selalu  menyayangi ortu dan membahagiakannya. Karena apa? Karena memang 
Islam  menyuruh kita demikian. Miliki motto bagus untuk ortumu; “Anak  ngaji, 
kudu peduli karena Islam menyuruh kita berbakti”. Ayo 
buktikan!   [voa-islam.com]

http://www.voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/05/28/6457/i-love-youmom/



      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke