*IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita*

*Jum'at, 26 Maret 2010*

*-----------------------------------------*


*DULU KAMI DIKIBULIN (Bg 5, selesai)
<Rien Snijders, Eks – Marinier Kerajaan Belanda>
*

Kuteruskan cerita yang lalu. Yang ini adalah sambungan dari tulisan 
lalu, bagian 4.

Sampailah pada bagian yang 'terakhir' kita cakap-cakap. Mengenangkan dan 
memikirkan kembali peristiwa sejarah krusial di waktu lalu seiktar 
hubungan Indonesia-Belanda. Khususnya berkisar sekitar periode sesudah 
Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia MEMPROKLAMASIKAN 
KEMERDEKAAN INDONESIA. Dengan mengambil tema: buku yang ditulis oleh 
seorang eks-marinier Kerajaan Belanda, Rien Snijders., berjudul DULU 
KAMI DIKIBULIN.

Terkadang tanpa disadari orang yang membaca buku Rien Snjiders, 
terpancing, tertegun sejenak. Lalu BER-SOLILOQUIZE. Berbicara dengan 
diri sendiri: “Memang benarlah – menngenai banyak hal, berkaitan dengan 
situasi dan gejala, kebanyakan orang menjadi mengerti dan sadar, 
bertambah pengenalan dan pengetahuannya – melalui pengalamannya sendiri. 
Tentu ada syarat mutlak -- Orang tiba pada pengertian dan kesadaran 
baru, bila ia punya sikap bersedia mengakui, bahwa apa yang menjadi 
pemahaman dan keyakinan semula, ternyata tidak benar adanya. Dikoreksi 
oleh pengenalan dan pemahaman yang baru.

Di sinilah Rien Snijders, melihat, menyaksikan dengan mata dan kepala 
sendiri, 'melakoninya' sendiri, bahwa -- TERNYATA TIDAK BENARLAH apa 
yang diktakan dulu. Ketika itu, beberapa saat sebelum mereka dikirim ke 
Indonesia, mereka diindoktrinasi bahwa tujuan ke 'onze Indië ', ke 
'Hindia Belanda kita', itu adalah untuk menciptakan ketenangan, 
ketertiban dan perdamaian. Menciptakan 'rust en orde'. Karena, 'rust en 
orde' di Hindia Belanda telah dihancurlan oleh aksi-aksi kegiatan yang 
mereka katakan periode 'bersiap' pemuda-pemuda eksteremis di bawah 
komando Sukarno, si 'kolaborator' Jepang.

Rien Snijders, menjadi sedar dan berbalik pandangan politiknya mengenai 
peranan tentara Belanda di Indonesia ketika itu. Hal itu terjadi sesudah 
ia sendiri 'melakoninya' di Indonesia apa yang dinamakan 'menciptakan 
ketenangan, ketertiban dan perdamaian'.

Tentulah, ada syarat penting lainnya pada Rien Snijders, bisanya dia 
tiba pada kesimpulan baru: Rien Snijders beresdia untuk mengubah 
pandangan dan keyakinannya, ketika ternyata bahwa pandangan dan 
keyakinannya itu, -- bertolak belakang, bertentangan dengan kenyataan 
hidup di Indonesia. KESEDIAAN untuk MENERIMA KEBENARAN BARU, kerendahan 
hati untuk mengkoreksi pandangan sendiri yang keliru, --- itulah syarat 
penting yang ada pada Rien Snijders, untuk melihat kebenaran yang sesuai 
dengan kenyataan di Indonesia.

* * *

Tulis Snijders mengenai Prof. Willem Schermerhorn (mantan perdana 
menteri Belanda kemudian anggota Komisi Jendral Kerajaan Belanda dikirim 
ke Indonesia untuk berunding dengan Republik Indonesia):

“Barangkali golongan 'Indië Veteranen' masih bisa ingat dan sepenuhnya 
membenarkan apa yang dikatakan oleh Prof Schermerhorn yang menyatakan 
penyesalannya berkenaan dengan meninggalnya Sutan Sjahrir,(mantan 
perdana menteri Republik Indonesia, I.I.). Seperti diketahui Prof 
Schermerhorn adalah ketua Komisi Jendral yang ditugaskan pemerintah Den 
Haag, untuk melakukan perundingan untuk suatu Indonesia yang merdeka. Ia 
menamakan Sutan Sjahrir adalah 'jembatan' antara timur dan barat. Dengan 
suara yang tertegun dan tersedu-sedan Shermerhorn menyimpulkan bahwa 
Sjahrir ada di fihak yang benar dengan sikapnya yang berimbang berkenaan 
dengan masalah kemerdekaan, tetapi dengan kerugian besar Nederland telah 
gagal.



“Diantara mereka-mereka yang menyatakan penyesalannya ialah politikus 
Bruins Slot yang dalam tahun 1972 terbuka dimuka umum menyesali mengapa 
matanya begitu terlambat terbuka. Menteri Jan Pronk lebih jauh lagi 
ketika ia mengatakan bahwa bagi dirinya adalah dengan sendirinya, bahwa 
semua yang pernah menolak dinas militer (ke Indonesia ketika itu) 
direhabilitasi. Dan rekannya menteri pertahanan Relus ter Beek, dimuka 
monumen Roermond mengakui bahwa baginya matanya menjadi terbuka dan 
bahwa ia menyadari apa yang oleh semua pemerintah yang lalu disia-siakan.

PONCKE PRINCEN

“Banyak pejuang-pejuang tua menolak pandangan Jan Pronk, mereka tak mau 
tau tentang rehabilitasi kaum penentang dinas militer (ke Indonesia). 
Ketika diketahui bahwa menteri Perkembangan dan Kerjasama Pronk dalam 
kunjungannya ke Indonesia dalam tahun 1991, melakukan kontak dengan 
desertir Poncke Princen, hal itu seakan-akan bom yang dilontarkan kepada 
mereka (kaum pejuang tua, bekas KNIL dan KL yang pernah 'dinas' di 
Indonesia, I.I).

“Tak ada bencana yang lebih besar yang bisa dibayangkan yang lebih dari 
itu. Pada banyak veteran pejuang Hindia Belanda mendengar saja nama 
Poncke Princen sudah menimbulkan reaksi luarbiasa kerasnya. Mereka 
sedikitpun tak melihat yang baik mengenai apa yang dilakukan oleh 
serdadu Poncke Princen dalam tahun 1948 ketika ia nyeberang ke fihak 
Indonesia.



“Poncke (Jan) Princen seharusnya dihukum gantung, begitulah yang bisa 
didengar di kalangan mereka yang pernah berdinas di Hindia Belanda 
ketika itu. Namun, kasus Poncke Princen tak pernah sampai ke meja 
pengadilan. Sebabnya, tak lain tak bukan, karena Pincen tidak pernah ada 
yang mengajukannya ke pendadilan. Rupanya penyebabnya ialah karena 
situasi politik yang berlangsung ketika itu. Dalam waktu panjang tidak 
begitu jelas, apakah para pemimpin Republik harus dilihat sebagai musuh, 
ataukah mereka itu sekelompok orang yang bikin kacau dan harus ditertibkan.

Terhadap dunia, kita ini kan tidak melakukan perang (di Indonesia) 
sekadar memberlakukan 'aksi kepolisian'. Memang tentara Belanda 
melakukan percobaan untuk menangkap Poncke Princen. Begitulah terjadi 
sehari setelah 'ceasefire' (antara Belanda dan Republik Indonesia) dalam 
tahun 1949 dilakukan serbuan terhadap rumah Poncke Princen. Poncke 
Princen berhasil lolos. Tetapi istrinya yang orang Indonesia itu, 
tdibunuh dan jenazahnya dijumpainya diantara teman-teman seperjuangannya 
yang jadi korban serbuan Belanda. Tetapi dalam tahun 1994 orang melihat 
Ponche Princen dengan pandangan lain lagi. Permintaannya untuk 
memperoleh visum untuk berkunjung ke keluarganya ( dalam pada itu ia 
telah menjadi warganegera Indonesia) ketika itu diberikan oleh menteri 
luarnegeri Han van Mierlo. Dalam kunjungan itu Poncke Princen mengakui 
sejujur-jujurnya, bahwa ia menyeberang ke Republik Indonesia dan bahwa 
ia ambil bagian dalam pertempuran melawan tentara Belanda.

“Disebabkan oleh kunjungan Poncke Princen berkobar lagi diskusi di 
kalangan kaum veteran, tetapi juga di luar kalangan itu. Demikian 
sengitnya diskusi tsb sampai dibicarakan di kalangan para mantan tentara 
Belanda dan KL, untuk 'membereskan' penyeberang itu (maksudnya membunuh 
Poncke Princen, I.I.).

Tetapi apakah dewasa ini kita masih harus memandang Poncke Princen 
sebagai pengkhianat? Hanya dengan mengajukan pertanyaan itu, di telinga 
banyak veteran tua, terdengar sebagai suatu kutukan. Tokh, kita ini 
sudah lain sekarang, sudah agak lain melihatnya. Andai kata Poncke 
sampai tertangkap tidak diragukan ia akan diganjar hukuman berat. Jadi 
kita bisa menyatakan bahwa ketentuan pengadilan itu bertautan dengan 
waktu dan tempat dan bahwa, pandangan masyarakat dapat dengan cepat 
berubah.

. . . . .

“Pertanyaan apakah Poncke Princen harus dipandang sebagai pengkhianat, 
paling sedikitnya telah menjadi hal yang diperdebatkan. Tidak jarang 
pertanyaan tsb dikaitkan dengan pertanyaan lain, yaitu, apa yang 
mendorong Nederland begitu cepat sesudah Perang Dunia II, mengarahkan 
laras senapannya ke Indonesia. Lima tahun yang cukup lama selama 
pendudukan Jerman, rupanya tidak memberikan pelajaran pada kita, bahwa 
bangsa lain juga menginginkan kemerdekaan dan menentukan nasibnya di 
tangannya sendiri. Yang telah menjadi yakin bahwa, Nederland seharusnya 
tidak boleh melakukan perang terhadap Indonesia, akan memandang Poncke 
Princen dengan mata yang lain. Dengan sendirinya akan memandang dan 
menghukumnya. Dalam pada itu akan memandang Poncke Princen sebagai 
pejuang berprinsip untuk kemerdekaan. Juga akan menunjukkan bahwa 
sesudah melalui naturalisasi menjadi warganegara Indonesia, ia 
menceburkan diri berjuang untuk kepentingan para tahanan politik dan 
bahwa dia meneruskan perjuangannya demi hak-hak manusia dan melawan 
penindasan. Mula-mula perjuangannya itu dilakukannya sebagai anggota 
DPR, kemudian sebagai pendiri lembaga hak-hak manusia. Perjuangan yang 
dilakukannya menyebabkan ia dipenjarakan selama 8 tahun di penjara 
Indonesia (maksudnya dipenjarakan oleh Orba, I.I.). Dipenjarakan sekian 
lama tampaknya juga membawa akibat buruk bagi kesehatannya.

“Bagaimanapun orang memandang Poncke Princen, ia adalah orang yang 
berprinsip, dan dewasa ini mengenai masalah prinsip sering disepelekan 
saja. Tidak boleh ditutup samasekali kemungkinan, bahwa banyak yang 
sependapat dengan Poncke Princen, tetapi tidak berani untuk menanggung 
konsekwensinya. Princen berani menanggung konsekwensinya. Barangkali di 
dalam buku-buku sejarah kelak ia akan disebut sebagai pahlawan.

TEMPORA MUTANTUR ET NOS MUTAMUR dalam segala hal – waktu mengalami 
perubahan dan kita juga demikian.

Lagipula bukan hanya Ponce Princen yang telah melakukan desersi. Tetapi 
memang dia adalah desertur penting. Tetapi dia memang dianggap sebagai 
desertur yang paling penting, yang memang nyatanya juga demikian. 
Sebelumnya sudah terdapat puluhan desertir di Nederland. Semuanya 
militer yang sesudah masa liburnya tidak kembali lagi ke asrama. 
Diantara kira-kira empat ribu yang menolak dinas militer, ada 2600 yang 
diadili. Mereka diganjar hukuman sampai lima tahun. Mereka yang segera 
tertangkap, tokh dikirim lagi ke Indonesia. Demikian cerita Rien 
Snijders di dalam bukunya. Cerita Sijders tsb bukan nerupakan terjemahan 
kalimat per kalimat. Tetapi suatu saduran dari tulisannya.

* * *

Dari buku yang ditulis oleh eks-marinier Kerajaan Belanda, Rien 
Snijders, pembaca bisa menyaksikan bahwa ia dengan sangat mendalam 
memeriksa kembali fikiran dan pandangannya mengenai Indonesia. Khususnya 
pandangannya mengenai peranan tetnara Kerajaan Belanda di Indonesia 
sesudah Proklamasi Kemerdekaan.

Rien Snijders juga mengadakan analisis mendalam mengenai peranan Poncke 
Princen, mantan tentara Belanda yang menyeberang ke fihak Indonesia, 
berfihak pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Snijders bukan saja menganalisa MANUSIA PONCkE PRINCEN, serta peranannya 
sebagai disertir kemudian mengambil kewargengaraan Indonesia, lalu 
menjadi pejuang hak-hak manusia yang oleh Orba diganjar delapan tahun 
penjara. Dengan berani dan blak-balakan, Snijders malah meramalkan, 
bahwa MUNGKIN BUKU SEJARAH nantinya akan menganggap Poncke Princen 
sebagai PAHLAWAN.

Kita menarik pelajran dari sikap penulis eks-marinier Kerajaan Belanda 
yang berpegang pada prinsip:

*TEMPORA MUTANTUR ET NOS MUTAMUR dalam segala hal – waktu mengalami 
perubahan dan kita juga demikian. *



* * *












[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke