*IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita*

Amsterdam, Kemis, 15 Juli 2010

-----------------------------------------


*MEMPERINGATI ULTAH JUSUF ISAK*


Kemarin, kubaca di Facebook, kiriman dari sahabatku sejarawan generasi 
muda*, Wilson Obrigados* <Jakarta>. Kiriman itu adalah sebuah esay untuk 
memperingati HARI ULTAH JUSUF ISAK (15 Juli 1928). Jusuf Isak, adalah 
pemrakarsa, pendiri dan pemimpin Penerbit Buku-Buku Bermutu “HASTA 
MITRA”. Ia wartawan senior dan pejuang Kebebasan Menyatakan Pendapat. Ia 
juga mantan Sekretaris Jendral Persatuan Wartawan Asia-Afrka. Jusuf Isak 
adalah pemenang 'Wertheim Award 2005' bersama Goenawan Mohammad. Ia 
dihormati dan mendapat penghargaan internasional dengan beberapa 
international awards, a.l dari Perancis, Australia dan Amerika.

JUSUF ISAK yang tak pernah berhenti berjuang demi cita-cita luhurnya, 
meninggal dunia tahun yang lalu.

Mengenangkan Jusuf Isak dengan sebuah esay seperti yang dilakukan oleh 
Wilson Obrigados, adalah cara yang baik sekali untuk belajar dari 
keteladaan Jusuf Isak. Suatu perjalanan hidup yang hingga akhir umurnya 
terus berjuang demi *KEBEBASAN MENYATAKAN PENDAPAT, DEMOKRASI, dan 
AJARAN-AJARAN BUNG KARNO..*

Di bawah ini dipublikasikan esay Wilson Obrigados tsb dalam dua kali siaran.

* * *

*<Wilson Obrigados, 14 Juli 2010>*

” *Selamat Ulang Tahun, Selamat Tidur Panjang” : Joesoef Isak 15 Juli 
1928-15 Juli 2010. <Bg 1>*

Tanggal 14 Agustus 2009, sekitar lima kali saya menelpon rumah Joesoef 
Isak. Pembantu dirumah yang menerima telepon menjawab bahwa pak Joesoef 
sedang kontrol ke rumah sakit. Saat itu Joesoef Isak sudah beberapa 
bulan terakhir terkena penyakit agak berat. Tabung gas pernafasan 
disediakan dirumah, bersiaga bila beliau susah bernafas.

”Tolong sampaikan ke pak Joesoef bawah Wilson tadi telpon dan besok 
siang akan mampir kerumah.” pesan saya, setiap kali telpon diangkat.

Jumat siang, 15 Agustus 2009 saya datang menemui Joesoef Isak. Saya tak 
pernah menduga itulah pertemuan terakhir dengan beliau. Joesoef duduk 
diruang tengah sambil menonton televisi. Tabung oksigen ada disebelah 
kursinya. Desantara, anak bungsunya juga duduk diruang tengah. Tubuh 
Joesoef kelihatan lemah. Wajahnya pucat. Saya duduk dikursi disebelahnya.

”Ada apa bung, kemarin katanya berkali-kali telepon. Saya sedang keluar, 
kontrol ke dokter, ” ujar Joeosoef dengan suara lirih.

Kedatangan saya memang punya dua tujuan hari itu. Pertama saya 
menjelaskan rencana untuk membawa Sitor Situmorang bertemu dan 
berdiskusi dengan beliau. Pertemuan itu adalah bagian dari film 
dokumenter yang dibuat kawan-kawan JAVIN dalam rangka ulang tahun Sitor 
Situmorang yang ke-85. Saya sendiri berharap Joesoef Isak dapat 
memancing berbagai pemikiran dan pengalaman Sitor berkait dengan 
Soekarnoisme dalam berbagai kurun sejarah.

”Bung dan Sitor sama-sama Soekarnois tulen, jadi diskusi antara bung 
berdua tentang Soekarno akan menjadi kerangka utama dari film 
kawan-kawan JAVIN,” ucap saya.

Ternyata Joesoef sudah beberapa tahun tak pernah bertemu fisik secara 
langsung dengan Sitor. Jadi kedatangan Sitor benar-benar disambut dengan 
antusias. Bahkan bu Asni akan menyiapkan makan siang bersama untuk 
merayakan pertemuan tersebut. Pertemuan akan dilakukan hari Sabtu, 16 
Austus jam 11 siang.

”Besok siang saya akan bawa Sitor Situmorang kemari bersama Dolo Rosa 
Sinaga”, ujar saya.

Setelah urusan pertemuan dengan Sitor selesai, saya mengeluarkan sebuah 
fotocopy naskah dari tas ransel saya.

”Bung saya membawa naskah yang sejak lama bung cari-cari, yaitu tentang 
Dewan Ekonomi (Dekon) yang menjadi stategi pembangunan yang dirumuskan 
oleh pemerintahan Bung Karno.” Naskah yang saya bawa adalah skripsi 
Amirudin anak sejarah UI.” Di belakang ada lampiran konsep Dekon. ”ujar 
saya sambil menunjukan fotocopy-an yang saya bawa dan saya sorongkan 
kepadanya.

Menurut Joesoef, selama ini Soekarno dituduh oleh para pendukung 
Soeharto dan orde baru bahwa ia tak punya konsep pembangunan ekonomi. 
Soekarno hanya memikirkan mobilisasi politik dan ideologis untuk 
mempersatukan bangsanya. Bahka kajian-kajian tentang Soekarno sangat 
jarang membahas soal konsep pembangunan ekonomi yang sedang disiapkan 
oleh Bung Karno menjelang akhir kekuasaan konstitusionalnya.

Joesoef memegang naskah yang saya berikan. Ia memandang sejenak, 
membuka-buka halaman dan berhenti di lampiran konsep Dekon di bagian 
belakang buku.

”Dulu saya pernah punya naskah asli konsep Dekon ini. Buku kecil 
berwarna biru sampulnya. Namun ketika saya kembali dari penjara, buku 
itu hilang. Baru sekarang ini saya melihat kembali naskahnya,” ujar Joesoef.

Menurut Joeosoef saat itu Soekarno sedang menyiapkan dua strategi besar 
untuk menyiapkan bangsanya agar ’berdaulat secara politik’ dan 
’berdaulat secara ekonomi’ tanpa mengekor atau menjadi epigon kekuatan 
ekonomi politik global saat itu.

Menurut Joesoef, dalam kedaulatan politik, Soekarno mengeluarkan konsep 
’Demokrasi Terpimpin”, sebagai suatu konsep untuk mempertahankan 
’persatuan’ dan kedaulatan bangsanya agar tak dikoyak-koyak oleh 
kekuatan neokolim. Saudara kembarnya adalah ’Dewan Ekonomi’, sebuah 
konsep pembangunan ekonomi yang menolak jalan kapitalisme yang pro pasar 
bebas, tapi juga tidak mengadopsi ekonomi negara ala komunisme yang 
sentralis. Ini merupakan komitmen bung Karno dalam merealisasikan apa 
yang ia sebut dengan kemandirian dalam ekonomi.

”Bung tahu siapa yang berada dibelakang konsep penyusunan Dekon ini?, 
tanya Joeosef.

Saya menduga, karena saat itu bung Karno sedang menyatukan tiga kekuatan 
’NASAKOM”, maka ketiga komponen pendukung politik bung Karno itulah yang 
merumuskannya.

”Bung keliru. Bukan orang PKI, bukan orang PNI yang membuat draft konsep 
Dekon ini. Tapi justru orang-orang dari PSI yang terlibat dalam 
perumusan draft konsepnya. Ali Wardana, yang kemudian menjadi konseptor 
ekonomi dalam pemerintahan orde baru adalah orang yang ditunjuk oleh 
Soekarno untuk memimpin proyek ini,” ujar Joesoef.

Menurut Joesoef Dekon ini bukanlah sebuah bentuk ekonomi komunis yang 
sentralis, tapi lebih tampak sebagai sebuah konsep ’ekonomi kerakyatan’ 
yang menjadi amanat dari UUD 1945 dimana aset strategis bangsa dikuasai 
oleh negara dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Bila begitu, 
sepertinya Dekon lebih dekat dengan gagasan ’sosio-ekonomi’ (ekonomi 
sosial) yang menjadi gagasan lama Soekarno. Boleh dikatakan gagasan 
sosio-ekonomi lebih dekat dengan gagasan-gagasan sosial demokrasi, hanya 
saja Soekarno menyesuaiakannya dengan kondisi ke Indonesia-an.
Joesoef lalu menyatakan ketertarikannya akan naskah skripsi Dekon 
tersebut dan berencana akan diterbitkan oleh Hasta Mitra.

Joesoef mengangap naskah Dekon ini sangat penting. Selama ini ada 
kesalah pahaman dikepala banyak orang bahwa Soekarno itu dianggap tak 
punya strategi ekonomi untuk pembangunan bangsanya. Dia hanya urus 
ideologi dan politik saja. Ini memang propaganda kotor yang sengaja 
dilempar untuk membedakan Soekarno dengan Soeharto. Faktanya, Soekarno 
juga punya konsep pembangunan ekonomi untuk bangsanya. Tapi sayang 
konsep pembangunan ekonomi Soekarno tak sempat dijalankan, karena dia 
keburu digulingkan oleh Orde Baru.

Soeharto sendiri menurut Joesoef tak punya konsep pembangunan ekonomi. 
Semua konsep ekonomi Orde Baru adalah cetak biru yang disiapkan oleh 
Bank Dunia dan IMF. ”Jadi tak heran bila kepentingan kapitalisme global 
menjadi majikan dalam strategi ekonomi orde baru. Sesuatu yang 
berkebalikan dengan konsep kemandirian ekonomi dalam strategi Dekon Bung 
Karno”

”Oke bung hubungi penulisnya, saya yang akan cari ongkos cetaknya. Saya 
sendiri yang akan buat pengantar,” ucap Joesoef bersemangat lupa akan 
sakitnya.

Rencana penebitan buku itu, ternyata menjadi rencana terakhir Joesoef 
Isak. Beliau wafat sebelum penerbitan buku ini menjadi kenyataan. Saya 
sendiri bertekad suatu hari nanti akan menerbitkan naskah ini. Rencana 
penerbitan ini saya anggap sebagai ’hutang’ yang harus dipenuhi, sebagai 
penghargaan kepada Joesoef Isak. Dan paling penting lagi ”agar orang 
tidak keliru dan secara utuh memahami bung Karno,” ujar Joesoef Isak.
* * *
Saya sendiri, tak tahu dengan persis sejak kapan kenal dengan Joesoef 
Isak. Seingat saya kunjungan pertama kerumah Joesoef Isak di jalan duren 
tiga, Kalibata Selatan adalah sekitar awal tahun 1990-an. Saat itu saya 
mengantar Wiji Thukul. Tenyata Wiji sudah pernah berkunjung ke 
sekretariat Hasta Mitra tersebut. Saya sempat ragu, apa mungkin penyair 
rakyat dari Solo benar-benar tahu alamat Joesoef Isak. Wiji tampaknya 
membaca keraguan itu.

”Rumahnya itu gampang dikenali. Ada kotak surat berbentuk rumah minang,” 
ucap Thukul.

Ciri rumah tersebut, setelah 20 tahun kemudian,sampai sekarang belum 
berubah. Kotak surat yang sepertinya tak berfungsi itu menjadi penanda 
untuk mengenali rumah Joesoef Isak. Joesoef memang dari keluarga 
minangkabau tulen. Jadi maklum bila simbol rumah gadang menghiasi pagar 
garasi rumahnya.

Inilah untuk pertama kali saya mendatangi kediaman Joesoef Isak. Setelah 
itu bila Wiji Thukul ke Jakarta, saya hampir selalu mengantarnya menemui 
Joesoef Isak. Dalam pertemuan biasanya saya tak banyak cakap. 
Paling-paling hanya memberikan majalah Progress dan beberapa penerbitan 
gerakan. Biasanya Wiji yang bicara. Lalu selanjutnya kami lebih banyak 
sebagai pendengar. Joesoef adalah seorang pencerita yang baik dan memukau.

Diakhir pertemuan Joesoef akan masuk kedalam dan mengambil beberapa buku 
terbitan Hasta Mitra terbaru kepada Wiji Thukul. Tak lupa ia memberi 
tanda tangan dihalaman muka. Saya sendiri, karena dianggap ’anak bawang’ 
saat itu belum mendapat jatah. Saya baru mendapat buku setelah pendirian 
Persatuan Rakyat Demokatik, Mei 1994. Kebetulan panitia mengirim saya 
untuk mengantar undangan deklarasi Persatuan Rakyat Demokratik ke 
rumahnya di Kalibata. Setelah menjelaskan sedikit tentang latar belakang 
pembentukan PRD dan siapa saja yang terlibat didalamnya Joesoef tampak 
bersemangat sekali dan berjanji akan datang. Ia menepati janjinya. 
Bahkan Joesoef memberikan pidato sambutan. Setelah itu ia masuk kedalam 
dan memberikan sebuah buku Hasta Mitra.

Beberapa pekerjaan bersama Joesoef juga sempat saya lakukan beberapa 
tahun terakhir. Pada tahun 2002 Joesoef menghubungi saya untuk membantu 
penerjemahan dokumen pemerintah Amerika Serikat yang didalamnya juga ada 
banyak fakta tentang peristiwa 30 September 1965 di Indonesia. Dokumen 
itu adalah keluaran State Departement yang berjudul Foreign Relations of 
the United States 1964-1968; Volume XXVI. Dokumen ini diterbitkan oleh 
United States Government Printing Office, Washington 2002.

Dokumen resmi pemerintah AS ini sebetulnya membuat dokumen-dokumen resmi 
menyangkut perkembangan politik dan sikap pemerintah Amerika Serikat di 
kawasan Indonesia, Malaysia dan Filipina sepanjang tahun 1964-1968..

Mendadak pada bulan Juli 2002, pejabat di State Departement di 
Washington menarik kembali peredaran dokumen tersebut. Dokumen ini 
sempat di upload di situs National Security Archive (NSA) 
www.nsarchieve.org. State Departement lalu meminta NSA untuk menutup 
akses dokumen itu diinternet. Namun penyebaran dokumen via internet 
sudah tak dapat lagi dicegah. Dari situs inilah Joeosoef Isak men 
download dokumen ini lalu membuat printout-nya.

Dari periode 1964-1968 tersebut, peristiwa penggulingan Soekarno akibat 
peristiwa G 30 September 1965 menjadi perhatian penuh pemerintah AS. 
Maklumlah penggulingan Soekarno menjadi model bagi Amerika Serikat untuk 
mendukung rezim-rezim otoriter guna menjamin jalan kapitalisme global. 
Karena itu penarikan dokumen ini diduga untuk mengamankan relasi politik 
Amerika dan angkatan darat dan pemerintah Indonesia yang telah berjalan 
sangat dekat sejak tahun 1965.

”Dokumen ini harus segera diterjemahkan bung, Ini bukti bahwa pemerintah 
Amerika Serikat terkait dengan penggulingan Soekarno dan peristiwa 30 
September 1965.” ujar Joesoef.

Saya sepakat seratus persen. Selama ini hanya ’analisa imajinatif’ dan 
teori konspirasi yang memenuhi tulisan sekitar 30 September 1965. 
Dokumen ini membuktikan bahwa peristiwa 1965 dan penggulingan Soekarno 
berkait dengan strategi politik pemerintah AS dan sekutunya Angkatan 
Darat pimpinan Soeharto di Indonesia.

” Saya tanggung resikonya bila Hasta Mitra nanti dapat masalah hukum 
dengan penerbit asli dan pemerintah Amerika Serikat nanti. Bung sanggup 
dalam waktu 2 bulan menyelesaikan terjemahanya kedalam bahasa Indonesia ?”

Dokumen itu cukup tebal. Ketika di cetak menjadi buku tebalnya saja 
menjadi 648 halaman. Saya pun menyanggupi, tapi akan membentuk tim 
penerjemah untuk menyelesaikan proyek penting ini secara kilat. Lalu 
saya menghubungi Megi, Vidi, Irvan, Asep Salmin, Mugiyanto dan Hendra 
untuk membantu proyek terjemahan yang harus selesai dalam waktu kilat 
ini. Akhirnya, terjemahan selesai sesuai jadwal dan diterbitkan oleh 
Hasta Mitra pada bulan Agustus 2002 dengan judul ”Dokumen CIA: Melacak 
Penggulingan Sukarno dan Konspirasi G30S 1965”.

Meskipun saya tak begitu puas dengan hasil terjemahan ’keroyokan’ ini, 
tapi tetap bangga, karena sebuah fakta tentang hubungan antara 
pemerintah AS dengan politik Indonesia di tahun 1964-1968 dapat 
dipublikasikan kepada publik. Dengan buku ini maka semakin benarlah 
ucapan Joesoef Isak dalam pengantar buku ini yang diberi judul ”Abad 
Intervensi adalah Abad Intelligence !”.

” Kecanggihan intelligence membikin orang-orang sipil dan militer yang 
digunakan tidak merasa digunakan, atau sebaliknya mereka memang sadar 
sepenuhnya digunakan, bahkan rela dan mau melayani induk-semang karena 
merasa sepaham dalam benak dan dalam hati. Di sini kita lihat bukan saja 
di bidang ekonomi dan kapitalisme berlangsung globalisme, tetapi juga di 
bidang ke-intel-en, intellegence”

Pekerjaan kedua yang juga secara dadakan ia berikan adalah ketika Hasta 
Mitra ingin menerbitkan biografi Soemarsono, tokoh dan pimpinan 
Peristiwa Madiun 1948 pada tahun 2008.

Menjelang bulan puasa pada bulan Agustus 2008 Joesoef Isak menelpon saya 
untuk datang kerumahnya bertemu dengan kawan dari Belanda katanya. Dia 
tak memberi tahu tujuan pertemuan itu. Kawan dari Belanda itu ternyata 
sorang anak muda yang diutus oleh tim penulis biografi Soemarsono untuk 
menerbitkan naskah itu di Indonesia. Baru saja saya duduk, sebuah 
fotocopy-an naskah tebal disorong kepada saya.

” Bung coba baca naskah ”Revolusi Agustus” Soemarsono ini. Dalam waktu 
sebulan bung saya harap bisa selesai membuat pengantarnya,” ucapnya 
tanpa menunggu jawaban dari saya.

Saya memang pernah mendengar soal proyek biografi ’Revolusi Agustus” 
Soemarsono ini, namun tak pernah terbayang sekalipun untuk memberikan 
pengantar. Ini bukan cuma pengantar, tapi ada beban ideologis, politik 
dan histiografi sekaligus didalamnya.

Saya mencoba mengelak awalnya dengan mempertanyakan pada Joeosoef ” 
kenapa saya ? Bukankah banyak sejarawan hebat dan terkenal di luar sana 
yang pastinya akan dapat memberi pengantar ?”

Satu hal lagi yang membuat saya agak ’gugup’ dengan tugas membuat 
pengantar ini adalah karena Soemarsono secara keras mengritik karya 
sejarah yang baik dari Hesri, mantan tapol Pulau Buru tentang peristiwa 
Madiun. Terus terang ,saya juga mengagumi karya ini. Sebuah tulisan yang 
ditulis dengan metode sejarah dan bahasa yang mudah dicerna. 
Bagaimanapun saya juga pengagum dan respek dengan karya-karya Hesri. 
Saya tak mau pekerjaan membuat pengantar ini menciptakan problem baru 
bagi saya atau menciptakan kesalahpahaman.

Joesoef memahami kegamangan tersebut.

” Itukan interprestasi Soemarsono atas buku Hesri, kamu menulis bebas 
dan buat juga interprestasi sendiri sebagai sejarawan, ” ujar Joesoef.

Akhirnya, saya memberanikan diri menerima tugas membuat pengantar untuk 
buku Revolusi Agustus.
<BERSAMBUNG>



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke