http://www.dakwatuna.com <http://www.dakwatuna.com/> 

 

Kala Ali Telat Subuh Berjamaah

 

Oleh: Mochamad Bugi

 

 

dakwatuna.com - Dini hari itu Ali bin ABi Thalib bergegas bangun untuk
mengerjakan shalat Subuh berjamaah di masjid bersama Rasulullah.

Rasulullah tentulah sudah berada di sana. Rasanya, hampir tidak pernah
Rasulullah keduluan orang lain dalam berbuat kebaikan. Tidak ada yang
istimewa karena memang itulah aktivitas yang sempurna untuk memulai hari,
dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat terbiasa.

 

Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin, dan jalanan masih pula diselimuti
kabut pagi yang turun bersama embun. Ali melangkahkan kakinya menuju masjid.
Dari kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggil-manggil
dengan adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru Kota Madinah.

 

Namun belumlah begitu banyak melangkah, di jalan menuju masjid, di
hadapannya ada sesosok orang. Ali mengenalinya sebagai seorang kakek tua
yang beragama Yahudi. Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan
sekali. Itu mungkin karena usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia
sangat berhati-hati menyusuri jalan.

 

Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin tertinggal mengerjakan
shalat tahyatul masjid dan qabliyah Subuh sebelum melaksanakan shalat Subuh
berjamaah bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya.

 

Ali paham benar bahwa Rasulullah mengajarkan supaya setiap umat muslim
menghormati orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka, Ali pun
terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si kakek berjalan
amat lamban, dan karena itu pulalah langkah Ali jadi melambat. Kakek itu
lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk mendahuluinya. Ia khawatir
kalau-kalau kakek Yahudi itu terjatuh atau kena celaka.

 

Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit
sudah mulai terang. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati masjid.

 

Ketika memasuki masjid, Ali menyangka shalat Subuh berjamaah sudah usai. Ia
bergegas. Ali terkejut sekaligus gembira, Rasulullah dan para sahabat masih
rukuk pada rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan untuk
memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama,
berarti ia masih mendapat satu rakaat shalat berjamaah.

 

Sesudah Rasulullah mengakhiri shalatnya dengan salam, Umar bin Khattab
memberanikan diri untuk bertanya. "Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat
Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah gerangan?"

 

Rasulullah balik bertanya, "Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?"

 

"Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang
kedua tidak sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali.
Kenapa?"

 

Rasulullah menjawab, "Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang
rukuk dalam rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu
menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal.

Dan itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga."

 

Umar makin heran. "Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?"

 

Nabi berkata, "Aku juga belum tahu. Jibril belum menceritakannya kepadaku."

 

Dengan perkenaan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun.
Ia berkata kepada Nabi saw., "Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah
untuk menekan punggunmu dalam rakaat yang kedua. Sengaja agar Ali
mendapatkan kesempatan shalat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka
kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab.
Ali menghormati seorang kakek tua Yahudi.

Dari pegnhormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena
kakek itupun berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti
Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh peluang untuk mengerjakan
shalat Subuh berjamaah denganmu hari ini."

 

Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah. Beliau sangat
menyukai perbuatan Ali karena apa yang dilakukannya itu tentunya menunjukkan
betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, Ali
tidak pernah ingin bersengaja terlambat atau meninggalkan amalan shalat
berjamaah. Rasulullah menjelaskan kabar itu kepada para sahabat.

 

http://www.dakwatuna.com/2010/ayah-shalat-subuh/

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke