Menelisik Sistem Keuangan Islam
Sabtu, 20 Maret 2010 | 12:23 WIB

Judul Buku  : Islamic Finance; Keuangan Islam di Era Global
Penulis : Ibrahim Warde
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan  : 1, 2009 
Tebal  : xv + 536 Halaman
Peresensi  : Eny Maidah*)


Diakui atau tidak, saat ini, sistem keuangan islam menjadi ³tatanan dunia
baru² (New World Order) yang menebar pesona pelbagai negara di dunia.
Setidaknya 70 negara telah mempraktekkan system keuangan islam. Asset
bank-bank tersebut telah mengalami peningkatan lebih dari 40 kali lipat
sejak tahun 1982 dengan capaian melebihi $ 200 Milyar. Pada tahun 1996 dan
1997 bank-bank islam mengalami pertumbuhan dengan tingkat rata-rata per
tahun masing-masing mencapai 24 % dan 26 %.
Buku ³Islamic Finance; Keuangan Islam di Era Global² karya Ibrahim Warde ini
berusaha menelisik akar ekonomi islam secara komprehensif. Bagi penulis,
kemunculan perbankan islam dimulai pada tahun 1970-an yang disebut dengan
istilah Aggiornamento 1 (proses modernisasi atau pembaruan). Aggiornamento 1
ini dipelopori oleh raja Faisal dari Arab Saudi dibawah dukungan Organisasi
Konferensi islam (Organisation of the Islamic Conference). Kebangkitan islam
(Pan Islamisme) dan naiknya harga minyak dunia menjadi pemicunya.
Kebangkitan islam yang dipelopori Negara-negara Timur Tengah seperti Arab
Saudi, Iran, Sudan, Mesir dan sebagainya ini menimbulkan adanya satu
persepsi bahwa islam selayaknya dijadikan sebagai system keuangan untuk
menjawab tantangan zaman. Diadakanlah sebuah konferensi Islam di Jeddah pada
1972 yang menghasilkan kesepakatan tentang perbaikan system moneter dan
keuangan berlandaskan etika islam.
Berikutnya pada 1974 organisasi konferensi islam yang digelar di Lahore
memutuskan kepada Negara-negara anggota untuk mendirikan Islamic Development
Bank (IDB), yang menjadi landasan system perbankan islam. IDB ini didanai
oleh Negara anggota dan memberikan pelayanan atau bantuan keuangan kepada
Negara anggota berbasis uang jasa (Fee Based Financial Services) serta
bantuan keuangan berbasis pembagian keuntungan dan kerugian (Profit and Loss
Sharing). Anggota awal sebanyak 44 negara dengan pemegang sahamnya terbesar
adalah Arab Saudi (25%), Libya (16%), Uni Emirat Arab (14%) dan Kuwait
(13%).

Adalah Dubai Islamic Bank (Bank Dubai Islam) yang didirikan pada 1975
sebagai bank islam swasta modern yang pertama. Sebelum dasawarsa itu
berakhir, banyak bank yang sama bermunculan di dunia muslim, seperti Kuwait
Finance House (1977), Faisal Islamic Bank Of  Egypt (1977), Islamic Bank Of
Sudan (1977), Jordan Islamic Bank for Finance and Investment (1978), Bahrain
Islamic Bank (1978) dan Islamic International Bank For Investment and
Development (1980) di Mesir. Selain itu, sejumlah bank Investasi
Internasional mulai didirikan, seperti Islamic Investment Company di Nassau
(1977), Islamic Investment Company of Gulf (1978) di Sharjah, Syariah
Investment Services (1980) di Genewa dan Bahrain Islamic Investment Bank
(1980) di Manama.  
Atas inisiatif pangeran Muhammad, dibentuklah Asosiasi bank Islam
Internasional (International Assosiation Of Islamic Bank) pada 1977 yang
bertujuan untuk menyediakan koordinasi dan mekanisme pembinaan bank-bank
baru. Disamping itu juga mempublikasikan buku panduan bagi perbankan islam
berjudul Handbook Of Islamic Banking.

Buku Handbook Of Islamic Banking ini berisi tentang dasar dan manfaat
ekonomi islam. Disebutkan bahwa salah satu manfaatnya adalah mempromosikan
dan menstimulasi entrepreneurship melalui mekanisme Profit And Loss Sharing
(PLS), seperti mudarabah dan musyarakah, mempromosikan keadilan social,
persamaan dan menghapus kemiskinan melalui pendirian lembaga zakat serta
memberikan pinjaman bebas bunga (al-qard al-hasan), khususnya kepada
masyarakat kecil.
Tahap Aggiornamento yang kedua adalah pada akhir 1980-an sampai 1990-an.
Pelbagai Negara-negara islam dan non islam mulai mendirikan institusi
keuangan islam. Dalam tahap ini, setidaknya ada lima fenomena baru yang
menunjukkan adanya trend gairah menyikapi system perbankan islam.

Pertama, semakin banyaknya bank-bank konvensional yang membuka unit usaha
berciri islam atau Islamic windows yang menawarkan kepada nasabahnya pilihan
antara produk islami atau konvensional. Dalam hal ini, Arab Banking
Corporation yang didirikan secara bersama-sama oleh Kuwait, Libya dan Uni
Emirat Arab pada 1980 merupakan bank islam yang banyak menawarkan produk
syari¹ah.

Kedua, institusi keuangan dari luar dunia islam mulai mendirikan
cabang-cabang usaha islam atau menawarkan produk-produk islam. Perusahaan
besar seperti Citicorp, Merrill Lynch, Grindlays, Goldman Sachs dan ABN Amro
berusaha keras menciptakan brand global dengan Negara-negara teluk.

Ketiga, banyak diantara institusi keuangan islam membidik produk mereka yang
semakin beragam kepada para nasabah non muslim. Institusi keuangan tersebut
tidak hanya dapat diterima secara islam saja, tetapi juga berupaya
menciptakan produk-produk yang secara intrinsic menarik hati para pengguna
produk konvensional.

Keempat, sejumlah bank-bank islam telah dibangun di luar dunia islam dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan komunitas islam local. Sejak 1980-an
bank-bank islam telah dibangun di Eropa, Amerika dan Australia. Ini
menunjukkan dunia menerima bank islam. Pada 1997 Rusia yang populer menganut
system komunis juga mendirikan bank islam bernama Badr Bank. Bahkan 51 %
sahamnya dimiliki rakyat Rusia, meski modal pertamanya datang dari Iran,
Arab Saudi, Qatar dan Sudan.

Kelima, banyaknya ijtihad dari ulama islam soal keuangan islam yang
dilakukan dalam rangka kerjasama antara institusi islam dan konvensional.
Pelbagai lembaga islam bekerjasama dengan luar islam soal penelitian
keuangan islam. Salah satunya adalah penelitian Pusat Studi Timur
Tengah(Center For Middle Eastern Studies) yang bekerjasama dengan Harvard
Law School dan Harvard Business School dengan biaya National Commercial
Bank, Islamic Development Bank dan Wellington Management. Pada Desember
1995, Harvard Islamic Finance Information Program (HIFIP) didirikan dengan
biaya dari Islamic Investment Company of the Gulf (IICG) yang bertujuan
untuk mempromosikan tentang keuangan islam bagi masyarakat internasional.

Buku ini memperkenalkan gambaran keuangan islam secara komp-rehensif
disertai data empiris, historis dan analisa yang kritis serta membahas
ekonomi moral, moral hazard islam dalam konteks ekonomi global. Sebuah buku
yang menegaskan bahwa keuangan islam merupakan salah satu alternatif menuju
³Tatanan Dunia Baru² yang mencerahkan dan mendamaikan.
*) Peresensi adalah Pustakawan. Peneliti Pada STEI Yogyakarta (STEIYo).

http://oase.kompas.com/read/2010/03/20/12235622/Menelisik.Sistem.Keuangan.Is
lam




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke