Kisah Sebutir Jeruk "Jalan menuju keharaman adalah haram"
Pada kesempatan belanja beberapa waktu lalu, kami mengajak kedua putri kembar kami yang masih balita ke sebuah pasar swalayan. Setelah semua kebutuhan terpenuhi, istri saya mengajak kedua putri kembar kami menuju tempat buah segar. Ada rak jeruk shantang; jeruk berukuran mini yang tampak menggoda. Melihat jeruk mini itu, tanpa sepengetahuan umminya ia mengambil sebutir jeruk dari rak dan mengoyak kulitnya sedikit demi sedikit. Saya yang dari jauh mengamati mereka, seketika itu juga memanggil istri saya, sambil memberi isyarat agar jeruk yang dipegang anak saya tidak sampai masuk ke mulutnya. Jeruk itu belum ditimbang! Itu masalahnya..!! Tak terbayangkan; segigit jeruk yang belum ditimbang akan menjadi komponen haram dalam daging putri kecil saya. Jeruk yang dimakan tanpa ditimbang lebih dulu tentunya tidak akan masuk dalam jumlah yang kita bayar di kasir. Berarti putri saya telah menikmati jeruk tanpa membayar. Untung hal ini bisa dicegah. Istri saya membawa jeruk yang sudah terkelupas kulitnya tersebut bersama beberapa jeruk yang lain ke tempat penimbangan. Sepulang dari swalayan, masih ada yang mengganjal di hati saya. Kulit jeruk yang dikupas oleh anak saya tadi tidak ikut tertimbang.! Saya hanya berdoa, semoga kulit yang tak tertimbang tadi tidak sampai mempengaruhi harga yang tertera di label. Mari kita menjaga keluarga kita dari tumbuhnya daging haram sekecil apapun.[lm-3] (Dikutip dari Rizki Wicaksono - Milis HBE -masrizky.wordpress.com) --------------------------------------------------------------------------------- l.meilany 070810/26sya'ban1431h [Non-text portions of this message have been removed]