Ass.r.wb.
Maaf, salah tindis. Sebenarnya Seri 411 ini terkhusus dikirim ke milis 
mayapadaprana.
Wassalam
HMNA

  ----- Original Message ----- 
  From: H. M. Nur Abdurahman 
  To: tahajjud_c...@yahoogroups.com ; wanita-muslimah@yahoogroups.com ; 
tadab...@yahoogroups.com ; Sabili ; relex...@yahoogroups.com ; muslim arema ; 
mayapadapr...@yahoogroups.com ; mangaj...@yahoogroups.com ; 
lautan-qu...@yahoogroups.com ; jamaah-islami...@yahoogroups.com ; 
info_is...@yahoogroups.com ; bugin...@yahoogroups. 
  Sent: Friday, July 16, 2010 00:09
  Subject: [Mayapada Prana] Seri 411





  Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

  one liner Seri 411
  insya-Allah akan diposting hingga no.800 
  no.terakhir 931
  *******************************************************************

  BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
   
  WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
  [Kolom Tetap Harian Fajar]
  411 Menyimak Arti Basyar

  Tulisan  ini sebenarnya telah lama dipersiapkan, sejak  bulan Ramadhan  yang  
lalu. Walaupun tertunda terus  bukanlah  masalah, karena  substansi ini tetap 
aktual dalam kontex Wahyu dan Akal  - Iman  dan  Ilmu. Mengapa timbul keinginan 
 sejak  bulan  Ramadhan lalu,  oleh karena dalam peringatan NuzululQuran,  
pembawa  acara secara  spontan dan impulsif disanggah Gus Dur, tatkala  pembawa 
acara  menyebut  istilah  ukhuwah  basyariyah.  Menurut  Gus Dur pemakaian 
istilah basyar tidak benar, karena itu hanya menyangkut aspek biologis. 

  Lalu,  siapakah yang benar di antara  keduanya?  Hendaknyalah kita  tidak 
boleh surut ke belakang ke zaman Yunani  Kuno.  Kalau ada  buah pikiran yang 
berbeda, lalu masing-masing  buah  pikiran itu  dirujukkan  entah ke 
Anaxagoraskah,  entah  ke  Socrateskah, entah  kepada  yang  lain-lain yang  
dianggap  memiliki  otoritas kelimuan,  maka selesailah sudah. Tidak ada upaya 
untuk  menguji-coba pendapat itu secara substansial. Itulah tradisi keilmuan  
di zaman  Yunani  Kuno: the singer, not the  song.  Itulah  sebabnya kebudayaan 
 Yunani  Kuno  hanya menghasilkan  buah  pikiran  yang spekulatif sifatnya.

  Lalu,  sekali  lagi lalu, kemanakah buah  pikiran  itu  harus dirujukkan?  
Jawabannya tegas bagi orang yang beriman,  yaitu  ke ayat yang pertama dari 
paket pertama dari NuzululQuran: 

  -- AQRA BASM RBK,  (S. AL'ALQ, 96:1), dibaca: iqra' bismi rabbika, artinya: 
  -- Bacalah  atas  nama Maha Pengaturmu. 
   
  Apa  yang dibaca?  Yang  dibaca  adalah  ayat.  Allah  Yang  Maha  Pengatur 
mengatur   makhluqnya  dengan  FirmanNya,  yakni  ayat   qawliyah (verbal),  
yaitu Al Quran dan ayat kawniyah  (kosmologis),  yaitu alam syahadah 
(universum). Alhasil, kedua jenis ayat itulah  yang Allah  perintahkan kepada 
orang-orang beriman  untuk  membacanya. Itulah  sumber  informasi tempat rujuk 
dalam  upaya  menguji-coba buah-buah pikiran manusia.

  Khusus  untuk  substansi  pengertian  basyar,  rujukan   yang dipakai tentu 
saja hanyalah ayat-ayat Al Quran, karena pengertian itu  mengenai  bahasa 
khusus yaitu bahasa Al Quran,  sama  sekali tidak  ada sangkut-pautnya dengan 
ayat kawniyah. Dalam  Al  Quran ada 37 ayat yang mengandung kata basyar, yaitu 
(3:47, 3:79, 5:18, 6:91,  11:27, 12:31, 14:10, 14:11, 15:28, 15:33,  16:103,  
17:93, 17:94,  18:110, 19:17, 19:20, 19:26, 21:3, 21:34,  23:24,  23:33, 23:34, 
 23:47, 25:54, 26:154, 26:186, 30:20, 36:15, 38:71,  41:6, 42:51, 54:24, 64:6, 
74:25, 74:29, 74:31, 74:36).
        Tidaklah semua dari ke-37 ayat itu yang akan dikutip di sini, hanya 
beberapa di antaranya saja.
       
  -- QALT  RB ANY YKWN LY WLD WLM YMSSNY BSYR (S.  AL'AMRAN, 3:47), dibaca:  
qa-lat rabbi anna- yaku-nu li- waladuw  walam  yamsasni- basyar, artinya:
  -- (Maryam)  berkata:  Ya  Maha Pengatur,  betapa mungkin aku mempunyai anak, 
padahal  aku  belum pernah disentuh basyar (3:47). 
  -- WATT KL WAHDT MNHN SKYNA WQALT AKHRJ 'ALYHN FLMA RAYNH AKBRNH WQTH'AN  
AYDYHN WQLN HASY LLH MA HDZA BSYRA AN HDZA ALA MLK  KRYM (S. YWSF, 12:31), 
dibaca: waa-tat kulla wa-hidatim minhunna saki-naw waqa-latikh   ruj   
'alayhinna  falamma-   raaynahu-   akbarnahu- waqaththa'na  aydiyahunna  
waqulna ha-sya  lilla-hi  ma-  ha-dza- basyaran  in ha-dza- illa- malakun 
kari-m, artinya: 
  -- Masing-masing  mereka  diberinya sebilah  pisau  (untuk  memotong 
makanan),  lalu  (Zulaikha)  berkata  (kepada  Yusuf):  keluarlah engkau  
menemui  perempuan-perempuan  itu,  maka  tatkala  mereka melihatnya  mereka  
membesarkannya (tercengang)  sehingga  (tanpa sadar) mereka mengiris tangan 
mereka dan berkata: mahasuci  Allah ini  bukan  basyar, ini tidak lain kecuali  
malaikat  yang  mulia (12:31).
  -- MA HDZA ALA BSYR MTSLKM YAKL MM TAKLWN MNH WYSYRB MMA TSYRBWN (S.  
ALMW^MNWN, 33), dibaca: ma- ha-dza- illa-  basyarun  ya'kulu mimma-  ya'kulu-na 
 minhu  wayasyrabu mimma-  tasyrabu-n  (s.  al mu'minu-n), artinya: Tidaklah 
ini melainkan basyar seperti  kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan 
minum dari apa yang  kamu minum (23:33). 
  -- WHW  ALDZY  KHLQ MN ALMA^ BSYRA FJ'ALH NSBA WSHHRA  WKAN  RBK QDYRA (S. 
ALFRQAN, 25:54), dibaca: wahuwal ladzi- khalaqa minal ma-i basyaran faja'alahu- 
nasaban washihran wa ka-na rabbuka  qadi-ra-, artinya: 
  -- Dan Dialah Yang menciptakan basyar dari air dan dijadikanNya keturunan dan 
keluarga besar dan adalah Maha Pengaturmu Maha Kuasa (25:54). 
  -- WMN AYTH AN KHLQKM MIN TRAB TSM ADZA ANTM BSYR TNTSYRWN (S. ALRWM, 30:20), 
dibaca: wamin a-ya-tihi- an khalaqakum min  tura-bin tsumma  idza- antum 
basyarun tantasyiru-n, artinya: 
  -- Dan  diantara ayat-ayatNya, yaitu diciptakanNya kamu dari tanah, kemudian 
tiba-tiba kamu (menjadi) basyar yang berkembang biak (30:20).
   
  Dari  hasil observasi jelaslah bahwa menurut pengertian  yang diberikan  oleh 
Al Quran sendiri sebagai rujukan  (baca:  kamus), bahwa:  basyar tidaklah 
seperti malaikat yang  bertubuh  "halus", melainkan  kasat mata, yang zat-zat 
pada jasmaninya berasal  dari tanah,  kemudian  dari  air (sperma + sel  telur  
dalam  cairan), berdarah daging, yang makan dan minum, berkembang biak, 
mempunyai keturunan  dan  berkeluarga, yang hidup menghuni  permukaan  bumi 
ini. Dengan perkataan lain bahwa basyar adalah manusia yang hanya menyangkut   
aspek   biologis,  tidak  termasuk   aspek   nafsani (psikologis),  sehingga  
lebih tepat jika  dipergunakan  ungkapan ukhuwah insaniyah. Walhasil koreksi 
Gus Dur benar adanya. 

  Sedikit tambahan penjelasan. Ungkapan tersebut termasuk dalam sistem tiga 
serangkai, yaitu ukhuwah islamiyah (sebenarnya  lebih tepat   ukhuwah   
imaniyah),  ukhuwah   insaniyah   dan   ukhuwah wathaniyah,  yang artinya 
persaudaraan dalam  iman,  persaudaraan dalam  kemanusiaan  dan persaudaraan 
dalam  tanah  air.  Walaupun kata-kata  ikhwah,  iman, insan dan wathan  adalah 
 masing-masing bahasa  Al  Quran,  namun ungkapan tiga  serangkai  itu bukanlah 
ungkapan Al Quran, tak berbeda misalnya dengan kata halal  adalah bahasa Al 
Quran, namun ungkapan halal bi halal bukanlah  ungkapan Al Quran. WaLla-hu 
a'lamu bishshawa-b.

  *** Makassar, 20 Februari 2000
      [H.Muh.Nur Abdurrahman]
  http://waii-hmna.blogspot.com/



  

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke