Re: [wanita-muslimah] Re: Pelayanan Kesehatan di Kekhalifahan Islam

2010-03-26 Terurut Topik L.Meilany
Karena namaku disebut sebut jadi kepingin curhat :-)

1. Tentang Kuba, biar Flora yg menjawab, semoga masih ingat, soalnya Flora 
sudah lama tinggalkan Kuba.
Sekarang lagi mukim di Madrid. 
Ngomongin pajak, gara2 kasus gayus tambunan PNS gol 3A yg bisa kaya raya; maka 
ada banyak facebookers
menolak membayar pajak. Kalo untuk Indonesia yg dikatakan pajak sebagai 
pemasukkan keuangan negara kayaknya 
cuma sebatas institusi; kesadaran bayar pajak warga/pribadi masih rendah.

2. Pendidikan dokter di Indonesia itu sangat mahal dan lama pula. Universitas 
swastapun sampai sekarang
setahu saya belum bisa menghasilkan dokter yg diakui, semuanya harus ikut ujian 
negara di universitas negeri.
Setelah lulus harus ikut semacam ujian2 kompetensi; kalo yg sekolah di luar 
harus ikut kursus penyesuaian, lama tuh 2 tahunan.
Di Kuba, sekolah apapun sampai tingkat perguruan tinggi bisa gratis. Jadi kalo 
gak sekolah, malu gitu.
Kalo di sana banyak yg senang jadi dokter, karena gaji dokter, polisi itu 
tinggi dibandingkan dengan profesi yg lain, kalo tak salah begitu. 

3. Menurut saya pelayanan kesehatan juga terkait dengan masalah kependudukan. 
Sekarang kok gak ada ya; gak pernah kedengaran lagi masalah keluarga berencana? 
Pak KM dulu kayaknya aktif di BKKBN?
Banyak kelahiran yg malahan menjadi beban bagi negara. Kalo liat di tv banyak 
orang sakit berasal dari keluarga miskin. Banyak anak tapi gak punya duit. Di 
Cina sendiri ada pembatasan untuk punya anak; di Indonesia menganggap anak 
banyak adalah anugerah; heran!
Sehingga sampai ada kasus 3 anak balita di Tangerang yg ditelantarkan ortunya 
sendiri; kalo dia belum mampu urus anak ngapain juga harus punya banyak anak?

4. Kalo dari awalnya sudah tahu tentang arti hidup sehat; waktu hamil juga 
dalam kondisi yg baik [ nggak lahir anak yg penyakitan, cacat]; keluarga yg 
'tahu diri' [ kalo memang gak punya kemampuan untuk bisa urus anak yg banyak, 
ngapain gitu mau punya anak yg banyak, poligami pula dengan tujuan supaya 
banyak anak?].
Kalo sudah tahu tentang masalah kesehatan [ ada apa enggak penyakit turunan] 
insya Allah hidupnya akan sehat wal afiat sampai mati:-)
Di KOMPAS kemarin ada ulasan tentang wartawan senior Rosihan Anwar, umurnya dah 
sepuh tapi masih aktif.
Kalo gak salah ibunya temen saya yg di Depok itu juga wanita yg tangguh, 
katanya sih hampir gak pernah ke dokter :-)

5. Kalo menurut saya tentang Prita dengan dokter itu sebenarnya sih komunikasi 
yg nggak nyambung. Sampai sekarang nggak ketahuan gitu Prita itu sakit apa, pas 
mau di observasi lha kok dia anggap dokternya macam2. Trus ngadu2 pula.
Kalo dalam islam itu namanya berghibah, tul tidak?
Saya juga dulu pernah sakit, di RS, lama tapi kayaknya gak kayak Prita deh :-)

Salam, 
l.meilany

  - Original Message - 
  From: aldiy 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 26, 2010 11:29 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Pelayanan Kesehatan di Kekhalifahan Islam



  Kalo kurang biaya di baitul mal, artikel itu menyebutkan Khalifah akan pungut 
pajak masyarakat. Pada paragraf yang sama artikel menulis bahwa tujuan 
pelayanan kesehatan bukan membuat masyarakat sehat sehingga bisa berkontribusi 
ekonomi, tapi untuk taat pada Allah. Logika blunder ini akhirnya memberi jalan 
kepada Khalifah menjadi diktator ekonomi (i.e pajak)

  Yang tentu saja akan dibantah penulis artikel, paling tidak mba Flora 
sendiri. Jadi mungkin mba Flora, dibantu mba Mei mungkin...sharing ke kita di 
sini gimana pelayanan kesehatan di Cuba yang dialami atau diamati mba Flora di 
sana. Hitung2 sharing ilmu loh..

  Trus kita bisa bandingkan dengan pelayanan kesehatan di sini, yang sangat 
ketinggalan dengan negara2 tetangga di Asia sini. Contohnya, cuma ada 20 dokter 
per 100rb di Indonesia. Negara yang punya dokter terbanyak katanya Cuba 550 per 
100rb!

  Absurditas pelayanan kesehatan di Indonesia mengemuka dengan contoh kasus 
Prita. Lalu saya periksa budget APBN utk obat generik...lho kok kosong?

  salam
  Mia

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, donnie damana  
wrote:
  >
  > Laah.. bukannya yang disebutkan sama penulis eramuslim adalah juga isu 
ekonomi? kalo baitul maal budget nya gak cukup terus pajak dinaikkan? sampai 
berapa tinggi, sampai berapa lama?
  > 
  > Padahal salah satu sektor industri yang paling sulit dilakukan efisiensi 
adalah sektor kesehatan, karena labor intensif, disamping teknologi intensif.
  > Sektor bisnis lain bisa melakukan efiensi dengan melakukan mekanisasi, 
sektor kesehatan tetap sangat bertumpu pada tenaga kerja, yang sangat terampil 
pula. Mereka gak bisa digantikan semata2 oleh teknologi.
  > Jadi hampir sulit untuk melakukan efisiensi pembiayaan kesehatan kecuali 
pada sisi utilisasi.
  > 
  > Jadi model jihadnya gimana dong? potong tangan bagi mereka yang over 
utilisasi?
  > 
  > :D
  > 
  > On Mar 26, 2010, at 10:28 AM, Ari Condro wrote:
  > 
  > > itu isu ekonomi banget, oom

[wanita-muslimah] Re: Pelayanan Kesehatan di Kekhalifahan Islam

2010-03-25 Terurut Topik aldiy
Kalo kurang biaya di baitul mal, artikel itu menyebutkan Khalifah akan pungut 
pajak masyarakat.  Pada paragraf yang sama artikel menulis bahwa tujuan 
pelayanan kesehatan bukan membuat masyarakat sehat sehingga bisa berkontribusi 
ekonomi, tapi untuk taat pada Allah.  Logika blunder ini akhirnya memberi jalan 
kepada Khalifah menjadi diktator ekonomi (i.e pajak)

Yang tentu saja akan dibantah penulis artikel, paling tidak mba Flora sendiri.  
Jadi mungkin mba Flora, dibantu mba Mei mungkin...sharing ke kita di sini 
gimana pelayanan kesehatan di Cuba yang dialami atau diamati mba Flora di sana. 
Hitung2 sharing ilmu loh..

Trus kita bisa bandingkan dengan pelayanan kesehatan di sini, yang sangat 
ketinggalan dengan negara2 tetangga di Asia sini.  Contohnya, cuma ada 20 
dokter per 100rb di Indonesia. Negara yang punya dokter terbanyak katanya Cuba 
550 per 100rb!

Absurditas pelayanan kesehatan di Indonesia mengemuka dengan contoh kasus 
Prita. Lalu saya periksa budget APBN utk obat generik...lho kok kosong?

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, donnie damana  wrote:
>
> Laah.. bukannya yang disebutkan sama penulis eramuslim adalah juga isu 
> ekonomi? kalo baitul maal budget nya gak cukup terus pajak dinaikkan? sampai 
> berapa tinggi, sampai berapa lama?
> 
> Padahal salah satu sektor industri yang paling sulit dilakukan efisiensi 
> adalah sektor kesehatan, karena labor intensif, disamping teknologi intensif.
> Sektor bisnis lain bisa melakukan efiensi dengan melakukan mekanisasi, sektor 
> kesehatan tetap sangat bertumpu pada tenaga kerja, yang sangat terampil pula. 
> Mereka gak bisa digantikan semata2 oleh teknologi.
> Jadi hampir sulit untuk melakukan efisiensi pembiayaan kesehatan kecuali pada 
> sisi utilisasi.
> 
> Jadi model jihadnya gimana dong? potong tangan bagi mereka yang over 
> utilisasi?
> 
> :D
> 
> On Mar 26, 2010, at 10:28 AM, Ari Condro wrote:
> 
> > itu isu ekonomi banget, oom. nggak cocok buat dipakai mengemas islam
> > sebagai ideologi yang memberi solusi. ntar kagak beda jadinya antara
> > islam dengan pembiayaan kesehatan ala kanada, perancis, inggris atau
> > amerika.
> > 
> > jadi gitu gitu doang.
> > 
> > kurang berbau perjuangan dan jihad. :))
> > 
> > 2010/3/26 donnie damana :
> > > Isu berikutnya adalah utilisasi layanan kesehatan terkait dengan beban 
> > > pembiayaan kesehatan yang rasional.
> > >
> > > Model out of pocket akan menyebabkan over utilisasi karena provider 
> > > kesehatan mau cari untung sebesar2nya
> > > Model pelayanan kesehatan gratis yang ditanggung pemerintah akan 
> > > menyebabkan over utilisasi karena orang tidak punya beban untuk 
> > > menggunakan layanan kesehatan, sehingga pembiayaan kesehatan menjadi 
> > > tidak rasional
> > > Model asuransi merupakan model yang digunakan untuk mengontrol utilisasi 
> > > layanan kesehatan, karena sebagai pihak ketiga pembayar, perusahaan 
> > > asuransi tentu tidak mau rugi hanya karena utilisasi layanan kesehatan 
> > > yang tidak rasional baik oleh provider maupun usernya. Tapi celakanya, 
> > > seperti di Amerika, justru perusahaan asuransilah yang berusaha mencari 
> > > untung sebesar-besarnya dengan mencantumkan berbagai persyaratan untuk 
> > > bisa memperoleh asuransi maupun mengklaim polis asuransinya.
> > >
> > > Di Swedia yang pernah saya tahu (dulu sekali waktu masih disana), orang 
> > > masih harus membayar untuk menggunakan layanan kesehatan dasar, hingga 
> > > sampai nominal tertentu, penggunaan layanan kesehatan diatas nilai 
> > > nominal tadi baru ditanggung oleh asuransi. Ini akan mengurangi over 
> > > utilisasi layanan kesehatan karena orang tidak seenaknya menggunakan 
> > > layanan kesehatan untuk masalah2 kesehatan yang sepele, sehingga tidak 
> > > membebani pembiayaan kesehatan yang dipungut dari pajak
> > >
> > > Apakah model layanan kesehatan dalam sistem kekhalifahan Islam sudah 
> > > memikirkan isu-isu tersebut?
> > >
> > > salim,
> > > Donnie
> > >
> > > On Mar 26, 2010, at 9:20 AM, Ari Condro wrote:
> > >
> > >> di arab, untuk kesehatan juga ditanggung pemerintah. di iran, malah
> > >> operasi ganti kelamin juga ditanggung pemerintah (di blognya mbak dina
> > >> hehehe)
> > >>
> > >> 2010/3/26 donnie damana :
> > >> > Mungkin yang bisa dikomparasi adalah sistem pembiayaan pelayanan 
> > >> > kesehatan. Karena itu yang dijadikan entry point nya dengan reformasi 
> > >> > sistem kesehatan amerika yang titik beratnya pada universal access ke 
> > >> > health care melalui reformasi pembiayaan kesehatan.
> > >> >
> > >> > Nah kalo bicara sistem pembiayaan kesehatan kan bisa macem2, ada yang 
> > >> > out of pocket, ada yang dilakukan oleh pemerintah, ada yang pihak 
> > >> > ketiga. Di negara kapitalis (amerika) biasanya campuran antara out of 
> > >> > pocket bagi yang tidak punya asuransi, pihak ketiga bagi yang punya 
> > >> > asuransi. Sementara di welfare state, ada yang dibayar pemerintah 
> > >> > melalui mekanisme pajak (seperti di Scandinavia) atau melalu

Re: [wanita-muslimah] Re: Pelayanan Kesehatan di Kekhalifahan Islam

2010-03-25 Terurut Topik Ari Condro
biar sehat, ada resepnya. naik kuda, memanah, gulat ... hehehe :)  pagi
makan kurma, malam minum madu, siangnya kambing oven :p  slurrrp


salam,
Ari


2010/3/26 ah-mbel-ah 

>
>
> Betul, agar terkesan berakar pada wahyu, harus dicarikan ayat-ayat
> pendukungnya terlebih dahulu baru dibuat kebijakannya. Dengan cara demikian,
> banyak orang [awam] akan percaya bahwa lembaga agama memang benar-benar
> harus terlibat di dalam mengatur kesejahteraan umat. Tanpa ayat-ayat itu
> orang awam hanya akan menjeb... sambil menyebut saya,
> "mbel!"
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]





===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[wanita-muslimah] Re: Pelayanan Kesehatan di Kekhalifahan Islam

2010-03-25 Terurut Topik ah-mbel-ah
Betul, agar terkesan berakar pada wahyu, harus dicarikan ayat-ayat pendukungnya 
terlebih dahulu baru dibuat kebijakannya. Dengan cara demikian, banyak orang 
[awam] akan percaya bahwa lembaga agama memang benar-benar harus terlibat di 
dalam mengatur kesejahteraan umat. Tanpa ayat-ayat itu orang awam hanya akan 
menjeb... sambil menyebut saya,
"mbel!"