Sekelumit sejarah keempat mazhab  dengan sedikit gambaran 
landasan manhaj mereka.

1. MazhabAl-Hanifiyah.

Didirikan oleh An-Nu'man bin Tsabit (80-150 H) atau lebih dikenal
sebagai Imam Abu Hanifah. Beliau berasal dari Kufah dari keturunan
bangsa Persia. Beliau hidup dalam dua masa, Daulah Umaiyah dan
Abbasiyah. Beliau termasuk pengikut tabiin (tabi'utabiin), sebagian ahli
sejarah menyebutkan, ia bahkan termasuk Tabi'in.

Mazhab Al-Hanafiyah sebagaimana dipatok oleh pendirinya, sangat dikenal
sebagai terdepan dalam masalah pemanfaatan akal/ logika dalam mengupas
masalah fiqih. Oleh para pengamat dianalisa bahwa di antaralatar
belakangnya adalah:

- Karena beliau sangat berhati-hati dalam menerima sebuah hadits. Bila
beliau tidak terlalu yakin atas keshahihah suatu hadits, maka beliau
lebih memlih untuk tidak menggunakannnya. Dan sebagai gantinya, beliau
menemukan begitu banyak formula seperti mengqiyaskan suatu masalah
dengan masalah lain yang punya dalil nash syar'i. 
- Kurang tersedianya hadits yang sudah diseleksi keshahihannya di tempat
di mana beliau tinggal. Sebaliknya, begitu banyak hadits palsu, lemah
dan bermasalah yang beredar di masa beliau. Perlu diketahui bahwa beliau
hidup di masa 100 tahun pertama semenjak wafat nabi SAW, jauh sebelum
era imam Al-Bukhari dan imam Muslim yang terkenal sebagai ahli peneliti
hadits. 

Di kemudian hari, metodologi yang beliau perkenalkan memang sangat
berguna buat umat Islam sedunia. Apalagi mengingat Islam mengalami
perluasan yang sangat jauh ke seluruh penjuru dunia. Memasuki wilayah
yang jauh dari pusat sumber syariah Islam. Metodologi mazhab ini menjadi
sangat menentukan dalam dunia fiqih di berbagai negeri.

2. Mazhab Al-Malikiyah 

Mazhab ini didirikan oleh Imam Malik bin Anas bin Abi Amir Al-Ashbahi
(93 - 179H).Berkembang sejak awal di kota Madinah dalam urusan fiqh.

Mazhab ini ditegakkan di atas doktrin untuk merujuk dalam segala
sesuatunya kepada hadits Rasulullah SAW dan praktek penduduk Madinah.
Imam Malik membangun madzhabnya dengan 20 dasar; Al-Quran, As-Sunnah
(dengan lima rincian dari masing-masing Al-Quran dan As Sunnah;
tekstualitas, pemahaman zhahir, lafaz umum, mafhum mukhalafah, mafhum
muwafakah, tanbih alal illah), Ijma', Qiyas, amal ahlul madinah
(perbuatan penduduk Madinah), perkataan sahabat, istihsan, saddudzarai',
muraatul khilaf, istishab, maslahah mursalah, syar'u man qablana
(syariat nabi terdahulu).

Mazhab ini adalah kebalikan dari mazhan Al-Hanafiyah. Kalau Al-Hanafiyah
banyak sekali mengandalkan nalar dan logika, karena kurang tersedianya
nash-nash yang valid di Kufah, mazhab Maliki justru 'kebanjiran'
sumber-sumber syariah. Sebab mazhab ini tumbuh dan berkembang di kota
Nabi SAW sendiri, di mana penduduknya adalah anak keturunan para
shahabat. Imam Malik sangat meyakini bahwa praktek ibadah yang
dikerjakan penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah SAW bisa dijadikan
dasar hukum, meski tanpa harus merujuk kepada hadits yang shahih para
umumnya.

3. Mazhab As-Syafi'iyah

Didirikan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi'i (150 - 204 H). Beliau
dilahirkan di Gaza Palestina (Syam) tahun 150 H, tahun wafatnya Abu
Hanifah dan wafat di Mesir tahun 203 H.

Di Baghdad, Imam Syafi'i menulis madzhab lamanya (madzhab qodim).
Kemudian beliu pindah ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru
(madzhab jadid). Di sana beliau wafat sebagai syuhadaul 'ilm di akhir
bulan Rajab 204 H.

Salah satu karangannya adalah "Ar-Risalah" buku pertama tentang ushul
fiqh dan kitab "Al-Umm" yang berisi madzhab fiqhnya yang baru. Imam
Syafi'i adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul.
Beliau mampu memadukan fiqh ahli ra'yi (Al-Hanafiyah) dan fiqh ahli
hadits (Al-Malikiyah).

Dasar madzhabnya: Al-Quran, Sunnah, Ijma' dan Qiyas. Beliau tidak
mengambil perkataan sahabat karena dianggap sebagai ijtihad yang bisa
salah. Beliau juga tidak mengambil Istihsan (menganggap baik suatu
masalah) sebagai dasar madzhabnya, menolak maslahah mursalah dan
perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi'i mengatakan, "Barangsiapa yang
melakukan istihsan maka ia telah menciptakan syariat." Penduduk Baghdad
mengatakan,"Imam Syafi'i adalah nashirussunnah (pembela sunnah),"

Kitab "Al-Hujjah" yang merupakan madzhab lama diriwayatkan oleh empat
imam Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Za'farani, Al-Karabisyi dari
Imam Syafi'i. Sementara kitab "Al-Umm" sebagai madzhab yang baru yang
diriwayatkan oleh pengikutnya di Mesir; Al-Muzani, Al-Buwaithi, Ar-Rabi'
Jizii bin Sulaiman. Imam Syafi'i mengatakan tentang madzhabnya,"Jika
sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku, maka ia (hadis)
adalah madzhabku, dan buanglah perkataanku di belakang tembok,"

4. Mazhab Al-Hanabilah

Didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani (164 - 241 H).
Dilahirkan di Baghdad dan tumbuh besar di sana hingga meninggal pada
bulan Rabiul Awal. Beliau memiliki pengalaman perjalanan mencari ilmu di
pusat-pusat ilmu, seperti Kufah, Bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam.

Beliau berguru kepada Imam Syafi'i ketika datang ke Baghdad sehingga
menjadi mujtahid mutlak mustaqil. Gurunya sangat banyak hingga mencapai
ratusan. Ia menguasai sebuah hadis dan menghafalnya sehingga menjadi
ahli hadis di zamannya dengan berguru kepada Hasyim bin Basyir bin Abi
Hazim Al-Bukhari (104 - 183 H).

Imam Ahmad adalah seorang pakar hadis dan fiqh. Imam Syafi'i berkata
ketika melakukan perjalanan ke Mesir,"Saya keluar dari Baghdad dan
tidaklah saya tinggalkan di sana orang yang paling bertakwa dan paling
faqih melebihi Ibnu Hanbal (Imam Ahmad),"

Dasar madzhab Ahmad adalah Al-Quran, Sunnah, fatwah sahahabat, Ijam',
Qiyas, Istishab, Maslahah mursalah, saddudzarai'.

Imam Ahmad tidak mengarang satu kitab pun tentang fiqhnya. Namun
pengikutnya yang membukukannya madzhabnya dari perkataan, perbuatan,
jawaban atas pertanyaan dan lain-lain. Namun beliau mengarang sebuah
kitab hadis "Al-Musnad" yang memuat 40.000 lebih hadis. Beliau memiliki
kukuatan hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis mursal dan hadis
dlaif yang derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil atau
munkar.

Di antara murid Imam Ahmad adalah Salh bin Ahmad bin Hanbal (w 266 H)
anak terbesar Imam Ahmad, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (213 - 290 H).
Shalih bin Ahmad lebih menguasai fiqh dan Abdullah bin Ahmad lebih
menguasai hadis. Murid yang adalah Al-Atsram dipanggil Abu Bakr dan nama
aslinya; Ahmad bin Muhammad (w 273 H), Abdul Malik bin Abdul Hamid bin
Mihran (w 274 H), Abu Bakr Al-Khallal (w 311 H), Abul Qasim (w 334 H)
yang terakhir ini memiliki banyak karangan tentang fiqh madzhab Ahmad.
Salah satu kitab fiqh madzhab Hanbali adalah "Al-Mughni" karangan Ibnu
Qudamah.


Wallahu a'lam bish-shawab

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke