[wanita-muslimah] Seri 405. Pendekatan Ilmiyah yang Tidak sekuler

2010-07-07 Terurut Topik H. M. Nur Abdurahman
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
405. Pendekatan Ilmiyah yang Tidak sekuler

Sebermula sesungguhnya seri ini bernomor 400, oleh karena ia merupakan lanjutan 
Seri 399, yang berjudul: Wasilah dan Paradigma Ilmu. Penundaan ini dilakukan 
atas pertimbangan bahwa contoh yang akan dikemukakan adalah NuzululQuran. Dalam 
seri tersebut dikemukakan tentang filsafat positivisme sebagai paradigma tempat 
bertumpu ilmu sekuler. Filsafat positivisme adalah suatu sistem filsafat yang 
menolak (atheistis) atau meragukan (agnostis): alam gaib, Yang Gaib dan wahyu, 
yang dalam bahasa Al Quran disebut kafir. Maka pembahasan dalam ilmu sekuler 
jika mengambil sumber informasi dari wahyu dicaplah tidak ilmiyah.

***

Dalam rangka peringatan Milad UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA yang ke 41 (1954 - 
1995), dalam Orasi Ilmiyah yang saya sajikan pada 25 Muharram 1416, setuju 
dengan 24 Juni 1995, saya gagaskan pendekatan ilmiyah yang tidak sekuler. Saya 
namakan gagasan itu dengan Pendekatan Satu Kutub. Orasi Ilmiyah tersebut 
lengkapnya berjudul: Metode Pendekatan Satu Kutub dalam Mengkaji Ayat Qawliyah 
dan Ayat Kawniyah. Adapun kerangka gagasan itu seperti berikut:

Sumber informasi: ayat qawliyah (Al Quran) dan ayat kawniyah (alam syahadah)
Sikap: skeptis terhadap hasil pemikiran manusia
Langkah-langkah:

   1. AQRA BASM RBK (S. AL'ALQ, 1), dibaca: iqra' bismi rabbika (s. al alaq), 
artinya: bacalah atas nama Maha Pengaturmu (96:1); yang diobseravasi adalah 
sumber informasi: ayat qawliyah dan ayat kawniyah;
   2. penafsiran dengan memperhatikan ayat qawliyah dan ayat kawniyah, yang 
outputnya tafsir hasil buah pikiran manusia;
   3. ujicoba tafsir yang diperhadapkan pada ayat qawliyah serta hadits shahih 
dan ayat kawniyah atau salah satu di antara keduanya, yang outputnya 
pengungkapan sunnatuLlah yang spesifik.

Pendekatan ini akan diaplikasikan dalam mengkaji sumber informasi ayat 
qawliyah: 
-- ANKNTM AMNTM BALLH WMA ANZLNA 'ALY 'ABDNA YWM ALFRQAN YWM ALTQY ALJM'AN (S. 
AL ANFAL, 41), dibaca: inkuntum a-mantum biLla-hi wama- anzalna- 'ala- 'abdina- 
yawmal furqa-ni yawmal taqal jam'a-n (s. al anfa-l), artinya: 
-- jika kamu beriman kepada Allah dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, 
pada hari Al Furqan hari bertemunya dua pasukan (8:41).

Langkah yang kedua yaitu penafsiran. Ditafsirkan bahwa yang diturunkan pada 
hari Al Furqan itu adalah Al Quran. Ditafsirkan pula bahwa dua pasukan yang 
bertemu itu adalah perang Badr, yang menurut catatan sejarah terjadi pada 17 
Ramadhan. Maka disimpulkanlah bahwa NuzululQuran itu terjadi pada 17 Ramadhan. 
Ditambahkan pula tafsir yang mengatakan bahwa Al Quran diturunkan pada 17 
Ramadhan dari langit dunia. Sebelumnya, Al Quran diturunkan sekaligus dari 
Lawhun Mahfuzh (LM) ke langit dunia (LD) dan dari sana diturunkan paket ayat 
berdikit-dikit sesuai dengan latar belakang diperlukannya ayat-ayat tersebut.

Langkah ketiga, ujicoba hasil penafsiran. Tidak ada sumber informasi ayat 
qawliyah maupun hadits shahih menyangkut Al Quran diparker dahulu di LD. Jadi 
ini bukan tafsir melainkan spekulasi tentang peristiwa ghaib yang di luar batas 
kewenangan manusia. Al Quran diturunkan dalam bulan Ramadhan dibenarkan oleh 
ayat qawliyah: 
-- SYHR RMDHAN ALDZY ANZL FYH ALQRAN (S. ALBAQRT, 185), dibaca: Syahru 
ramadha-nal lazi- unzila fi-hil qur.a-nu (S. albaqarah), artinya: 
-- Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al Quran (2:185). 

Mengenai tanggal turunnya Al Quran tidak ada keterangan tegas dari ayat 
qawliyah, hanya berupa isyarat, yaitu: 
-- ANA ANZLNH FY LYLT ALQDR (S. ALQDR, 1), dibaca: inna- anzalna-hu fi- 
laylatil qadri (s. alqadr), artinya: 
-- Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam qadr (97:1). 

Yang dimaksud dengan hu (nya) dalam ayat (97:1) tersebut adalah Al Quran. 
Selanjutnya tanggal 17 diteruskan diujicoba dengan hadits shahih. Diriwayatkan 
oleh Bukhari dari St 'Aisyah bahwa RasuluLlah SAW bersabda: 
-- ThRWA LYLt ALQDR FY AL'ASyR ALAWAKhR MN RMDhAN, dibaca: taharraw laylatl 
qadri fil 'asyril awa-khir mir ramadha-ni, artinya: 
-- Cari laylatulqadr pada 10 malam terakhir dari Ramadhan. Bilangan 17 tidak 
terletak dalam rentang 21 - 30 atau 20 - 29 untuk bulan Ramadhan yang jumlah 
harinya 30, atau 29 hari.

Tafsir tanggal 17 Ramadhan ditolak oleh ujicoba. NuzululQuran bukanlah pada 17 
Ramdhan. Hasil ujicoba ini menunjukkan pula bahwa tidak semua pertanyaan akan 
dapat dijawab oleh manusia. 

Ulasan hasil ujicoba. Pencatatan sejarah perang Badar tanggal 17 tidak benar, 
atau penafsiran ayat (8:41), mengenai yang diturunkan Allah bukanlah Al Quran 
melainkan malaikat. Ini jika dikaitkan pada:

Pertama, ayat 9 dalam Surah yang sama: 
-- ADZTSTGHYTSWN RBKM FASTJAB LKM ANY MMD KM BALF MN ML"KT MRDFYN (S. ALANFAL, 
9), dibaca: iztastaghi-ts-na rabbakum fastaja-ba lakum inni- mumiddakum bialfim 
minal mala-ikati murdifi-n, artinya: 
-- Ingatlah tatkala engkau minta pertolongan kepada Maha Pemeliharam

[wanita-muslimah] Seri 405

2010-07-07 Terurut Topik H. M. Nur Abdurahman
Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 405
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 930
***

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
405. Pendekatan Ilmiyah yang Tidak sekuler

Sebermula sesungguhnya seri ini bernomor 400, oleh karena ia merupakan lanjutan 
Seri 399, yang berjudul: Wasilah dan Paradigma Ilmu. Penundaan ini dilakukan 
atas pertimbangan bahwa contoh yang akan dikemukakan adalah NuzululQuran. Dalam 
seri tersebut dikemukakan tentang filsafat positivisme sebagai paradigma tempat 
bertumpu ilmu sekuler. Filsafat positivisme adalah suatu sistem filsafat yang 
menolak (atheistis) atau meragukan (agnostis): alam gaib, Yang Gaib dan wahyu, 
yang dalam bahasa Al Quran disebut kafir. Maka pembahasan dalam ilmu sekuler 
jika mengambil sumber informasi dari wahyu dicaplah tidak ilmiyah.

***

Dalam rangka peringatan Milad UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA yang ke 41 (1954 - 
1995), dalam Orasi Ilmiyah yang saya sajikan pada 25 Muharram 1416, setuju 
dengan 24 Juni 1995, saya gagaskan pendekatan ilmiyah yang tidak sekuler. Saya 
namakan gagasan itu dengan Pendekatan Satu Kutub. Orasi Ilmiyah tersebut 
lengkapnya berjudul: Metode Pendekatan Satu Kutub dalam Mengkaji Ayat Qawliyah 
dan Ayat Kawniyah. Adapun kerangka gagasan itu seperti berikut:

Sumber informasi: ayat qawliyah (Al Quran) dan ayat kawniyah (alam syahadah)
Sikap: skeptis terhadap hasil pemikiran manusia
Langkah-langkah:

   1. AQRA BASM RBK (S. AL'ALQ, 1), dibaca: iqra' bismi rabbika (s. al alaq), 
artinya: bacalah atas nama Maha Pengaturmu (96:1); yang diobseravasi adalah 
sumber informasi: ayat qawliyah dan ayat kawniyah;
   2. penafsiran dengan memperhatikan ayat qawliyah dan ayat kawniyah, yang 
outputnya tafsir hasil buah pikiran manusia;
   3. ujicoba tafsir yang diperhadapkan pada ayat qawliyah serta hadits shahih 
dan ayat kawniyah atau salah satu di antara keduanya, yang outputnya 
pengungkapan sunnatuLlah yang spesifik.

Pendekatan ini akan diaplikasikan dalam mengkaji sumber informasi ayat 
qawliyah: 
-- ANKNTM AMNTM BALLH WMA ANZLNA 'ALY 'ABDNA YWM ALFRQAN YWM ALTQY ALJM'AN (S. 
AL ANFAL, 41), dibaca: inkuntum a-mantum biLla-hi wama- anzalna- 'ala- 'abdina- 
yawmal furqa-ni yawmal taqal jam'a-n (s. al anfa-l), artinya: 
-- jika kamu beriman kepada Allah dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, 
pada hari Al Furqan hari bertemunya dua pasukan (8:41).

Langkah yang kedua yaitu penafsiran. Ditafsirkan bahwa yang diturunkan pada 
hari Al Furqan itu adalah Al Quran. Ditafsirkan pula bahwa dua pasukan yang 
bertemu itu adalah perang Badr, yang menurut catatan sejarah terjadi pada 17 
Ramadhan. Maka disimpulkanlah bahwa NuzululQuran itu terjadi pada 17 Ramadhan. 
Ditambahkan pula tafsir yang mengatakan bahwa Al Quran diturunkan pada 17 
Ramadhan dari langit dunia. Sebelumnya, Al Quran diturunkan sekaligus dari 
Lawhun Mahfuzh (LM) ke langit dunia (LD) dan dari sana diturunkan paket ayat 
berdikit-dikit sesuai dengan latar belakang diperlukannya ayat-ayat tersebut.

Langkah ketiga, ujicoba hasil penafsiran. Tidak ada sumber informasi ayat 
qawliyah maupun hadits shahih menyangkut Al Quran diparker dahulu di LD. Jadi 
ini bukan tafsir melainkan spekulasi tentang peristiwa ghaib yang di luar batas 
kewenangan manusia. Al Quran diturunkan dalam bulan Ramadhan dibenarkan oleh 
ayat qawliyah: 
-- SYHR RMDHAN ALDZY ANZL FYH ALQRAN (S. ALBAQRT, 185), dibaca: Syahru 
ramadha-nal lazi- unzila fi-hil qur.a-nu (S. albaqarah), artinya: 
-- Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al Quran (2:185). 

Mengenai tanggal turunnya Al Quran tidak ada keterangan tegas dari ayat 
qawliyah, hanya berupa isyarat, yaitu: 
-- ANA ANZLNH FY LYLT ALQDR (S. ALQDR, 1), dibaca: inna- anzalna-hu fi- 
laylatil qadri (s. alqadr), artinya: 
-- Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam qadr (97:1). 

Yang dimaksud dengan hu (nya) dalam ayat (97:1) tersebut adalah Al Quran. 
Selanjutnya tanggal 17 diteruskan