http://www.antaranews.com/berita/1274525348/tiap-tahun-1-8-juta-hektare-hutan-indonesia-hancur

Tiap Tahun 1,8 Juta Hektare Hutan Indonesia Hancur
Sabtu, 22 Mei 2010 17:49 WIB | Warta Bumi | Masalah Lingkungan | 
Cibinong (ANTARA News) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Dr Umar 
Anggara Jenie, M.Sc, Apt mengungkapkan bahwa kondisi hutan di Indonesia sudah 
mengkhawatirkan karena 1,8 juta hektare hutan hancur per tahun.

"Pada edisi 2008 Guinness Books of Record melansir bahwa Indonesia merupakan 
negara yang hutannya mengalami kerusakan paling cepat di antara 44 negara yang 
masih memiliki hutan, yakni 1,8 juta hektare hutan hancur per tahun," katanya 
pada peringatan hari Keanekaragaman Hayati se-Dunia dan Tahun Keanekaragaman 
Hayati di Pusat Penelitian (Puslit) Biologi, Cibinong Science Center (CSC), 
Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), Sabtu.

Umar mengatakan, data tersebut berdasarkan pengamatan dari tahun 2002 hingga 
2005, artinya tingkat kehancuran hutan mencapai dua persen setiap tahun atau 
setara dengan 51 kilometer persegi per hari.

Bahkan, kata dia, di Jawa dan Bali lebih kurang 91 persen dari hutan alam yang 
pernah ada kini telah berubah musnah dan beralih fungsi.

Selain itu, kata dia, Indonesia juga akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan 
yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan modal pembangunan utama 
yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat.

"Melihat kenyataan tersebut, penyelamatan tumbuhan asli Indonesia menjadi suatu 
keniscayaan dan harus memacu kita untuk mencegah punahnya tumbuhan sebagai aset 
yang tidak ternilai harganya untuk modal pembangunan dan masa depan bangsa," 
jelasnya.

Ia mengatakan, keanekaragaman hayati merupakan salah satu pilar utama dalam 
pembangunan nasional dan modal strategis dalam meningkatkan kemandirian dan 
daya saing bangsa.

Indonesia, katanya, memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah 
sehingga dijuluki sebagai Megadiversity Country. 

Dalam hal keanekaragaman tumbuhan, katanya, Indonesia menduduki peringkat lima 
besar di dunia, memiliki lebih dari 38.000 jenis tumbuhan, di mana 55 persen 
diantaranya merupakan jenis endemik.

Untuk Pulau Jawa saja, kata dia, sejumlah jenis setiap 10.000 kilometer persegi 
mencapai 2.000-3.000 jenis.

Sedangkan di Kalimantan dan Papua mencapai lebih dari 5.000 jenis, dan masih 
banyak keanekaragaman hayati lainnya yang berpotensi dan memiliki prospek 
secara ekonomis maupun keilmuan.

"Namun, fakta di lapangan menunjukkan degradasi habitat yang berimplikasikan 
pada penurunan keanekaragaman ekosistem, kenis dan genetik memperlihatkan 
`trend` yang semakin mengkhawatirkan," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Utama LIPI Prof Rochadi Abdul Hadi mengatakan, 
penanaman yang dilakukan tidak hanya penanaman semata, tapi jenis pohon yang 
ditanam adalah jenis tanaman endemik di Indonesia yang populasinya terancam 
punah.

"Ini bukan asal menanam saja, tapi yang kita tanam adalah tanaman jenis endemik 
Indonesia yang sudah mau punah, ada 17 jenis dengan jumlah 2010 pohon," katanya.

Rochadi mengatakan, selama ini banyak yang melakukan penanaman pohon tidak 
diperhatikan jenis pohon yang ditanam, sehingga nilai pohon yang ditanam tidak 
bermanfaat.

Ia mencotohkan banyak kalangan melakukan penanaman pohon jenis Akasia yang 
bukan asli Indonesia, ternyata pohon tersebut merusak ekosistem yang lain.
(KR-LR/A035)
Baca Juga
  a.. Menhut: Kondisi Hutan di Sumsel Cukup Parah


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke