[wanita-muslimah] salah kirim, mestinya ke mayapadaprana = Seri 404

2010-07-04 Terurut Topik H. M. Nur Abdurahman
Maaf, salah kirim, mestinya ke mayapadaprana
Salam
HMNA

Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 404
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 930
***

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
404. Mobil Bagi Anggota DPRD

Di luar hujan deras bersinergi dengan banjir kiriman. Itu menghasilkan luaran 
yang berwujud air selokan kecil melimpah menggenangi pekarangan rumah 
menyapu-nyapu pelataran teras. Juga melimpah mengisi jalan di muka rumah. 
Untunglah loper telah sempat mengantar Harian FAJAR edisi Minggu, 19 Desember 
'99, sebelum jalan di depan rumah menganak sungai. Saya telah bersiap-siap dan 
sedang menunggu taksi panggilan untuk menghadiri musyawarah Penyusunan Program 
Kerja Pesantren IMMIM Putera. Karena hari hujan saya rencanakan pergi ke 
pesantren dengan taksi. Sebab untuk naik pete'-pete' (oplet) harus mengarungi 
anak sungai untuk sampai ke jalur pete'-pete'. Stasiun becak yang dekat rumah 
pagi itu sunyi dari becak, jadi saya tidak dapat naik becak ke jalur 
pete'-pete'. Seperti saya pernah tulis dalam Seri 383, bahwa sejak keadaan 
fisik saya tidak memungkinkan menyetir jauh-jauh, sedangkan saya tidak dapat 
menggaji sopir pribadi, lagi pula anak-anak yang dapat menyetir sudah mempunyai 
kesibukan sendiri-sendiri, ditambah pula sewa taksi yang mahal, maka kalau 
bepergian di dalam kota saya naik kendaraan umum pete'-pete'. Saya dapat 
belajar dan merasakan hidup berdemokrasi dengan naik pete'-pete' ini. Demikian 
yang telah saya tulis dalam Seri 383 tersebut. Mengapa saya tulis tetek-bengek 
berkendaraan ini, oleh karena ada relevansinya dengan judul di atas.

Sambil menunggu taksi, saya baca halaman 2 Harian FAJAR edisi Minggu, 19 
Desember '99 tentang Laporan Utama yang berkisar di sekitar ribut-ribut soal 
mobil DPRD. Ini beberapa komentar yang telah saya baca:
Itu sebagai tanda bahwa anggota DPRD Sulsel sekarang ini masih punya pola 
pikir Orde Baru. Saya kira tidak harus jalannya pemerintahan dikontrol dari 
atas mobil. Mereka memperlihatkan perilaku priyai dan tidak punya sence of 
crisis. Mereka itu manja dan tidak ikut merasakan krisis yang dialami oleh 
masyarakat yang diwakilinya. Sebagai wakil rakyat sebaiknya mereka itu menjadi 
teladan di tengah-tangah masyarakat. Jangan justru memperlihatkan pola hidup 
yang konsumeristik. Ngototnya mereka minta jatah mobil berarti tidak 
mempertimbangkan kemampuan pendapatan daerah yang terperosok akibat krisis yang 
berkepanjangan. Untuk datang dan pergi ke kantor, karena memang belum punya 
mobil sendiri, ya, gunakan dululah yang ada, maksudnya kendaraan umum becak dan 
pete'-pete'. Ini baru bertugas 3-4 bulan. Bagaimana kalau masa kerja dewan 
sudah 1 tahun. Mungkin bukan lagi permintaan mobil, tetapi sudah memelas lagi 
untuk mendapatkan rumah pribadi. Demikianlah penilaian miring dari beberapa 
orang yang saya baca pada halaman 2.

Demikianlah hari Ahad pagi itu berlalu dari menit ke menit saya membaca sambil 
menunggu taksi atapun menunggu taksi sambil membaca. Namun taksi tak kunjung 
datang. Asal ditelepon ulang bagaimana apa sudah ada taksi yang menuju ke 
Kompleks Ujungpandang Baru, selalu mendapat jawaban, sabar pak, sedang 
diusahakan. Biasanya memang dalam keadaan cuaca yang tidak bersahabat itu 
jaranglah ada sopir taksi yang berani datang ke kompleks yang direndam air itu, 
karena takut terperangkap air. Sebab seperti yang pernah saya tulis 
bertahun-tahun lalu bahwa sejak dibangun jalan tol (baca: tanggul) yang 
menghadang debit air yang melimpah, maka kompleks perumahan Ujungpandang Baru 
dan sekitarnya berfungsi sebagai perangkap air. (Walaupun telah keluar Kepres 
yang mengembalikan Kotamadya ini ke nama asalnya yaitu Makassar, namun saya 
pikir nama Ujungpandang Baru tetaplah demikian, tidaklah perlu semua nama 
Ujungpandang diubah pula menjadi Makassar. Mengapa? Karena di kotamadya ini ada 
kecamatan bernama Kecamatan Ujungpandang. Kalau Kecamatan Ujungpandang diubah 

Re: [wanita-muslimah] salah kirim, mestinya ke mayapadaprana = Seri 404

2010-07-04 Terurut Topik kmj...@indosat.net.id
Hanya saja kemudian penafisran petunjuk itu tergantung tiap 
orang. Penafsir yang satu berbeda dengan penafsir yang 
lain. Ketika salah satu atau keduanya merasa paling benar 
dan berprinsip, pokoknya kalau tidak menuruti tafsir saya 
adalah sesat, terjadilah permusuhan di antara sesama 
Islam. Bukan mencari titik temua tetapi saling menghujat 
seolah-olah yang lain pastilah masuk neraka atau halal 
darahny. Kemajuan terjadi kalau ada saling diskusi antara 
mereka yang berbeda pendapat. Kapan Islam (di Indonesia) 
mau maju?
Astaghfirullah
KM

Original Message
From: mnur.abdurrah...@yahoo.co.id
Date: 04/07/2010 23:00 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subj: [wanita-muslimah] salah kirim, mestinya ke 
mayapadaprana = Seri 404

Maaf, salah kirim, mestinya ke mayapadaprana
Salam
HMNA

Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya 
hukum dan akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu 
petunjuk untuk mengatur baik kehidupan nafsi-nafsi 
(individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), 
karakter perorangan, akhlaq individu dan kolektif, 
kebiasaan manusiawi, ibadah non-ritual seperti: hubungan 
keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, administrasi, 
teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu 
sistem hukum yang teridiri atas komponen-komponen: 
substansi aturan-aturan perdata-pidana, damai-perang, 
nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan 
apresiasi hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam 
masyarakat yang berakhlaq. Semua substansi yang disebutkan 
itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman dan 
Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi 
ilmu. 

one liner Seri 404
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 930
***

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
404. Mobil Bagi Anggota DPRD

Di luar hujan deras bersinergi dengan banjir kiriman. Itu 
menghasilkan luaran yang berwujud air selokan kecil 
melimpah menggenangi pekarangan rumah menyapu-nyapu 
pelataran teras. Juga melimpah mengisi jalan di muka rumah. 
Untunglah loper telah sempat mengantar Harian FAJAR edisi 
Minggu, 19 Desember '99, sebelum jalan di depan rumah 
menganak sungai. Saya telah bersiap-siap dan sedang 
menunggu taksi panggilan untuk menghadiri musyawarah 
Penyusunan Program Kerja Pesantren IMMIM Putera. Karena 
hari hujan saya rencanakan pergi ke pesantren dengan taksi. 
Sebab untuk naik pete'-pete' (oplet) harus mengarungi anak 
sungai untuk sampai ke jalur pete'-pete'. Stasiun becak 
yang dekat rumah pagi itu sunyi dari becak, jadi saya tidak 
dapat naik becak ke jalur pete'-pete'. Seperti saya pernah 
tulis dalam Seri 383, bahwa sejak keadaan fisik saya tidak 
memungkinkan menyetir jauh-jauh, sedangkan saya tidak dapat 
menggaji sopir pribadi, lagi pula anak-anak yang dapat 
menyetir sudah mempunyai kesibuk
an sendiri-sendiri, ditambah pula sewa taksi yang mahal, 
maka kalau bepergian di dalam kota saya naik kendaraan umum 
pete'-pete'. Saya dapat belajar dan merasakan hidup 
berdemokrasi dengan naik pete'-pete' ini. Demikian yang 
telah saya tulis dalam Seri 383 tersebut. Mengapa saya 
tulis tetek-bengek berkendaraan ini, oleh karena ada 
relevansinya dengan judul di atas.

Sambil menunggu taksi, saya baca halaman 2 Harian FAJAR 
edisi Minggu, 19 Desember '99 tentang Laporan Utama yang 
berkisar di sekitar ribut-ribut soal mobil DPRD. Ini 
beberapa komentar yang telah saya baca:
Itu sebagai tanda bahwa anggota DPRD Sulsel sekarang ini 
masih punya pola pikir Orde Baru. Saya kira tidak harus 
jalannya pemerintahan dikontrol dari atas mobil. Mereka 
memperlihatkan perilaku priyai dan tidak punya sence of 
crisis. Mereka itu manja dan tidak ikut merasakan krisis 
yang dialami oleh masyarakat yang diwakilinya. Sebagai 
wakil rakyat sebaiknya mereka itu menjadi teladan di tengah-
tangah masyarakat. Jangan justru memperlihatkan pola hidup 
yang konsumeristik. Ngototnya mereka minta jatah mobil 
berarti tidak mempertimbangkan kemampuan pendapatan daerah 
yang terperosok akibat krisis yang berkepanjangan. Untuk 
datang dan pergi ke kantor, karena memang belum punya mobil 
sendiri, ya, gunakan dululah yang ada, maksudnya kendaraan 
umum becak dan pete'-pete'. Ini baru bertugas 3-4 bulan. 
Bagaimana kalau masa kerja dewan sudah 1 tahun. Mungkin 
bukan lagi permintaan mobil, tetapi sudah memelas lagi 
untuk mendapatkan rumah pribadi. Demikianlah penilaian 
miring dari beberapa orang 
yang saya baca pada halaman 2.

Demikianlah hari Ahad pagi itu berlalu dari menit ke menit 
saya membaca sambil menunggu taksi atapun menunggu taksi 
sambil membaca. Namun taksi tak kunjung datang. Asal 
ditelepon ulang bagaimana apa sudah ada taksi yang menuju 
ke Kompleks Ujungpandang Baru, selalu mendapat jawaban, 
sabar pak, sedang