Maaf, terlampaui catatan kaki (*) ------------------------- (*) al-Kadzdzab, artinya sang pendusta
========================================= Saya tambahkan Ismuhu Ahmad (namanya Ahmad) ========================================= Qadianisme menambah-nambah Rukun Islam Pertama, Dua Kalimah Syahadat menjadi tiga Kalimah Syahadat. Syahadat ketiga, yaitu syahadat (penyaksian / pengakuan) Ghulam Ahmad sebagai nabi, maka rusaklah aqidahnya. Karena Rukun Islam Pertama batal, maka Qadianism bukan Islam. Namanya Ahmad, sangat getol dikampanyekan misionaris Qadianisme sebagai pembenaran Kalimah syahadat ketiga mereka. -- WADz QAL 'AYSY ABN MRYM YBNY ASRAaYL ANY RSWL ALLH ALYKM MShDQA LMA BYN YDY MN ALRWRAt WMBShRA BRSWL YAaTY MN B'ADY ASMH AhMD (S. ALShF, 61:6), dibaca: waidz qa-la 'i-sa bnu maryama ya- bani- isra-i-la inni- rasu-lu Lla-hi ilaikum mushaddiqal lima- baina yadayya minat tawra-ti wamubasysyuram birasu-liy ya'ti- ismuhu- ahmad, artinya: -- Ingatlah tatkala 'Isa anak Maryam berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya saya Rasul Allah (yang diutus) kepada kamu sekalian, serta membenarkan apa yang sebelumku yaitu Tawrah dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul, yang akan datang sesudahku namanya Ahmad. Qadianisme ngotot betul bahwa yang bernama Ahmad dalam ayat [61:6] itu ialah Ghulam Ahmad. Dikatakan ngotot, karena Ahmad itu adalah nama lain dari Muhammad SAW. Qadianisme dengan lancang "melompati" Nabi Muhammmad SAW, suatu pembenaran secara lancang bagi Ghulam Ahmad. Padahal Rasulullah SAW bersabda: "Saya Muhammad, Saya Ahmad, Saya Pembersih dan kekafiran harus dihapuskan melalui aku; Saya Pengumpul, Manusia harus berkumpul pada hari kiamat yang datang sesudahku; dan saya adalah yang terakhir dalam arti tidak ada nabi yang datang sesudahku". (HR Bukhari wa Muslim). Para misionaris agama Ahmdiyah menyatakan: Tidak seorangpun dikalangan orang-orang Ahmadi menolak bahwa nama Ahmad itu adalah salah satu nama sifat dari Muhammad SAW, tetapi Ahmad pada ayat ini bukanlah merefer kepada nama sifat tetapi adalah nama ZAT , dan ini jelas sekali dalam kata ISMUHU AHMAD (yang bernama Ahmad). Selanjutnya para misionaris agama Ahmadiayah menyatakan: Ayat 6 Surat Al-Shaff ini berhubungan erat dengan ayat 7 WAHUWA YUD'A ILAL ISLAM yang bila kita terjemahkan adalah SEDANG DIA (orang ketiga tunggal laki-laki) ITU DIPANGGIL KEPADA ISLAM. Siapakah HUWA disini? Siapakah dia disini yang dipanggil kepada Islam itu? HUWA itu adalah Rasul Ghulam Ahmad yang dipanggil kepada Islam. Kalau Ahmad pada ayat 6 tsb ditujukan kepada MUHAMMAD SAW tentu tidaklah mungkin beliau dipanggil kepada Islam. Para misonaris agama Ahmadiyah itu tidak faham bahasa Arab. Wa Man Azhlamu Mimmani Ftaray 'aly Lla-hi lKadziba wa Huwa Yud'ay ilay lIslaam. Huwa menunjuk kepada Man yang al-Kadzdzab (*); Yud'ay fi'il mabniy al-majhul, fa'ilnya tersembunyi, yaitu Mauhammad (=Ahmad) =-> Huwa Yud'ay ilay lIslaam = dia (pendusta) diajak (oleh Muhammad) kepada Islam. "Dia" dalam ayat 6 Surah Al-Shaff, bisa siapa saja yang pendusta, personifikasi dari pendusta, termasuk para misionaris agama Ahmadiah yang tidak faham bahasa Arab itu. Wassalam, HMNA ----- Original Message ----- From: "Yudi Yuliyadi" <y...@geoindo.com> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Friday, August 06, 2010 11:56 Subject: [wanita-muslimah] untuk pak JAI Inilah model tafsir sesat JAI, silahkan dijawab? Orang mangaku dirinya sebagai nabi dan bahkan mempermainkan ayat dengan sesuka hati untuk membenarkan kesesatan yang dibawanya. Pengikutnya pun mancari2 kebenaran atas apa yang dibawa pemimpinya dengan mengatkan yang berhak memberi hukuman sesat dan keluar dari islam hanya ALLAH saja. Para ulama menggali hukum dari al-qur`an dan sunnah sesuai dengan kaidah2 yang telah digariskan dan ditetapkan oleh para ulama2 salaf dari kalangan sahabat, tabiin, tabiut tabiin dan para ulama salaf Lahirlah salah cabang ilmu dalam islam yaitu ilmu tafsir, tapi lihatlah tafsir ahmadiyah yang sesat ini ((Lebih serius lagi dari pada ulasan Ahmadiyah ialah, bahwa pangkat yang terdapat pada nama Ahmad dalam surah As-Shaf itu, yakni pangkat Rasul, adalah juga milik Mirza Ghulam; berkata Ahmaddyah: "Jika orang benar-benar meniliti maksud Al-Qur'an itu (surah 61:6 tadi) maka akan mengetahui, bahwa yang dimaksud dengan nama AHMAD bukanlah Nabi Muhammad saw. tetapi seorang RASUL yang diturunkan Allah swt. pada akhir zaman sekarang ini. Bagi kami ialah: Hazrat (Mirza Ghulam) AHMAD Al-Qadiani." (suara ANSHARULLAH, majallah bulanan Ahmadiyah, no. 3 & 4, Djuni/Djuli th. 1955, P.P. Ansharullah-Pusat Indonesia Djogjakarta, hal. 18.) Demikian tafsir dan makna surah Ash-Shaf ayat 6 yang diolah oleh Mirza Ghulam dan Ahmadiyahnya. Akhirnya dengan ucapan yang meyakinkan, Ahmadiyah dengan lantang berkata: "Dengan demikian jelaslah, bahwa yang dimaksud Rasul Ahmad dalam surah Ash-Shaf ayat 6 tersebut, adalah pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s." (Suara Lajnah Imaillah, majallah kaum ibu Ahmadiyah no. 10. th. 11. 1974, B.P L 1. (Badan Penghubung Lajnah Imaillah Indonesia), Yogjakarta, hal. 27.) Alasan-alasan yang digunakan Ahmadiyah untuk menguasai nama Ahmad dalam surah As-Shaf itu, seolah-olah kelihatannya masuk akal; akan tetapi kalau diteliti dengan seksama, maka mereka hanya memaksakan agar makna maupun tafsir dari ayat 6 surah As-Shaf itu, dikhususkan pada Mirza Ghulam Ahmad saja. Dengan kata lain, Ahmadiyah menafsirkan maupun rnengartikan ayat-ayat Al-Qur'an, menurut jalan pikiran mereka dan menurut kepentingan mereka. Sebagai alasan mengapa ayat 6 Ash-Shaf itu untuk Mirza, Ahmadiyah berkata: "Memang dalam Al-Quran surah 61:6 tertulis nama Ahmad. Tidak mungkin nama itu digunakan bagi Nabi Muhammati saw. karena disitu tertulis tanda-landa dan kejadian-kejadian yang lain, terangnya seperti di bawah ini: 1. Wa huwa yud'a ilal Islam = dan dia (Ahmad) dipanggil (oleh orang-orang yang mengaku dirinya Islam) supaya kembali kepada agama Islam. Mengapa demikian? Mereka menganggap bahwa Hazrat Ahmad a.s. itu sudah kafir-nauzubillah-, disebabkan mengaku dirinya sebagai nabi. Marilah kita perhatikan: Nabi Muhammad saw. berkewajiban memanggil ummat dunia kepada Islam (lih 61:8) tetapi pada ayat tersebut malah mereka itulah (baca: ummat Islam) yang memanggil Ahmad, supaya kembali kepada Islam. 2. Yuriduna li yuthfiu nurullahi bi afwahihim: merekaitu (baca: seluruh ummat manusia di dunia sekarang ini) ingin benar memadamkan cahaya Allah Ta'ala dengan mulutnya. Pada zaman Nabi Muhammad saw. yang memusuhi Agama Allah (Islam) menghunus pedang, tetapi pada akhir zaman ini, yang melawan dan menghantam Islam tidak dengan pedang lagi, melainkan dengan "propaganda," dengan alat-alat modern, radio dan tulisan-tulisan. Ingatlah pula lidah lebih tajam lagi dari pedang. 3. Huwalladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinil haqqi liyuzhhirahu 'ala dini kullihi: Dia, Tuhan itulah yang mengirim Rasulnya dengan petunjuk, agar dapat ia (Ahmad) memenangkan agama Allah atas segala agama-agama. Terlaksananya ayat ini, hanya di suatu zaman, dimana pergaulan dunia antara agama dengan agama semuanya, menjadi lebih dekat, jarak antara benua dengan benua itu seakan-akan dekat, semuanya disebabkan alat-alat teknik yang modern tadi, bahkan antara bangsa dengan bangsa kini sudah dapat disatukan (PBB), atau bila dengan alat ialah: radio dan pesawat terbang. Bila kita mau menganalisa semuanya ini, mustahil bisa terkecoh lagi.")) [Non-text portions of this message have been removed]