Bukan berani  tetapi hanya suara besar.
  ----- Original Message ----- 
  From: cak lis 
  To: ppidimalay...@yahoogroups.com ; arab-i...@yahoogroups.com ; 
alamisl...@yahoogroups.com ; cyberdak...@yahoogroups.com ; 
daarut-tauh...@yahoogroups.com ; flp-jep...@yahoogroups.com ; 
fos...@yahoogroups.com ; insist...@yahoogroups.com ; 
islam_libe...@yahoogroups.com ; hidayatullah...@yahoogroups.com ; 
milis-ka...@yahoogroups.com ; muhammadiyah_soci...@yahoogroups.com ; 
myqu...@yahoogroups.com ; ppi_yorda...@yahoogroups.com ; 
ppmi-pakis...@yahoogroups.com ; profe...@yahoogroups.com ; 
syiar-is...@yahoogroups.com ; wanita-muslimah@yahoogroups.com ; 
comes_i...@yahoogroups.com ; hidayatullahn...@yahoogroups.com ; 
islamic_discussion_via_inter...@yahoogroups.com ; 
nongkrong_bare...@yahoogroups.com ; eramus...@yahoogroups.com ; 
jurnalperemp...@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, September 02, 2010 4:57 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Mengapa Kita Ngebet Perang dengan Malaysia? Tidak 
dengan Singapura?


    


  
http://www.hidayatullah.com/kolom/opini/opini/13117-mengapa-kita-beraninya-hanya-pada-malaysia

  Mengapa Kita Beraninya Hanya pada Malaysia? 



  Thursday, 26 August 2010 14:01 






    




  Apakah kita akan tetap  “berperang” dengan Malaysia atau mempertahankan 
persaudaraan besar bernama “rumpun Melayu?”

  Oleh: Afriadi Sanusi*

  SEORANG
  Profesor Singapura menulis dalam sebuah artikelnya; Kebanyakan rumah 
  mewah yang ada di Singapura, Kebanyakan uang yang beredar di Singapura 
  adalah punya orang Indonesia. Kebanyakan pembangunan yang ada di 
  Singapura, dibangun dari uang yang datangnya dari Indonesia. Dan di saat
  Singapura mengadakan Grand Sale setiap tahunnya, lebih 2 juta orang 
  Indonesia datang belanja ke sana..”

  Seorang sahabat di Singapura 
  pernah mengatakan, “dari jalan ini sampai ke ujung sana dulunya adalah 
  lautan, dan sekarang menjadi daratan cantik yang ditimbun dengan pasir 
  yang didatangkan dari pulau-pulau kecil di Riau”.

  Apa yang sebenarnya kita dapatkan dari Singapura?

  Pertama,
  TKI laki-laki dari Indonesia diharamkan bekerja dan mencari nafkah di 
  Singapura seperti di bidang pembangunan, kuli kasar, buruh dan 
  sebagainya. Singapura lebih memilih warga negara lain daripada WNI, 
  dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.

  Kedua,
  banyak orang mengatakan dan dari sumber lainnya, “Satu per satu 
  pulau-pulau kecil di Riau hilang karena pasirnya diangkut ke Singapura.

  Ketiga, identitas
  orang Melayu yang identik dengan Islam seperti istana, rumah, 
  perkampungan orang Melayu, dihilangkan. Adat dan budaya melayu 
  dimuseumkan. Azan diharamkan menggunakan pengeras suara di semua masjid 
  dan surau di Singapura.

  Keempat, pemerintah 
  Singapura melayani dan melindungi koruptor RI yang telah membuat rakyat 
  RI sengsara selama ini  (karena hak-hak rakyat untuk mendapatkan 
  pendidikan, rumah sakit, infrastruktur, makan dan tempat tinggal yang 
  baik terjajah dan terzalimi), dengan tidak mau menandatangani perjanjian
  ekstradisi.

  Kelima, banyak rakyat, nelayan dan 
  petugas kita diacungi senjata berat dan diusir dengan pengeras suara 
  karena disangka telah melintasi garis batasan laut kepunyaan Singapura.

  Malaysia Lebih Baik dari Singapura

  “Sejahat”
  apapun Malaysia, saat ini ada 2 juta orang lebih WNI yang sedang 
  mencari rezeki di Malaysia untuk nafkah keluarga mereka di RI. 
  Triliyunan uang TKI dikirim ke Indonesia setiap tahunnya. Dapat 
  dibayangkan, bagaimana dampak sosial, ekonomi dan budaya yang akan 
  berlaku di Indonesia kalau TKI pulang sekaligus.

  Faktanya, 
  TKI-lah sebenarnya “pahlawan” yang harus dilindungi, karena mereka 
  penyumbang devisa negara. Di saat lain, ada banyak institusi yang 
  keberadaannya hanya menghambur-hamburkan uang negara. Kegunaan mereka 
  sangat perlu dipertanyakan di saat keberadaan mereka tidak memberikan 
  manfaat yang berarti kepada rakyat. Ibarat pepatah Arab, ”wujuduhu ka 
adamihi.” (adanya seperti tidak adanya). Dengan kata lain, ada atau tidak 
adanya mereka, sama saja. Tak memberi manfaat.

  Ribuan
  orang Indonesia sedang belajar S2 & S3 di Malaysia saat ini. 
  Kebanyakannya mendapat bantuan atau keringanan biaya dari pemerintah 
  Malaysia dan banyak juga yang sambil bekerja. Uang kuliah di perguruan 
  tinggi negeri Malaysia lebih murah dari Indonesia. Kualitas, 
  infrastruktur dan kemudahan lainnya jauh lebih baik dari di Indonesia 
  tentunya.

  Sebagai warga asli Indonesia, penulis tidak merasa 
  sakit hati kalau ditilang oleh polisi Malaysia. Karena kami yakin, uang 
  itu pasti akan masuk ke dalam kas negara untuk pemerintah Malaysia 
  memperbaiki jalan, jembatan, lampu jalan yang aku gunakan setiap hari di
  negara ini.

  Sebalinya, saya sering sakit hati jika ditilang oleh
  polisi Indonesia. Karena kami yakin, uang itu belum tentu masuk kas 
  negara. Bahkan ada yang masuk pribadi polisi, keluarga dan golongannya 
  tanpa dikembalikan kepada ke negara untuk membangun infrastruktur.

  Lalu
  yang sangat mengherankan, isu-isu yang sebenarnya bisa diselesaikan di 
  tingkat diplomat, tetapi menjadi barang dagangan pasar yang dikonsumsi 
  oleh rakyat umum. Boleh jadi isu ini sepertinya dimanfaatkan oleh 
  segelintir orang yang memang memiliki agenda, bagaimana supaya Islam, 
  Melayu dan Nusantara yang kaya dengan SDM & SDA ini, tidak menjadi 
  sebuah kekuatan. Mengapa rakyat di negaraku begitu mudah emosi?

  Pengalihan Isu

  Isu-isu
  penangkapan Abubakar Ba‘asyir, isu VCD porno artis, isu teroris, dan 
  sebagainya, faktanya tidak berhasil mengalihkan perhatian rakyat 
  terhadap berbagai skandal perampokan uang rakyat melalui kasus BLBI, 
  Century, Rekening Gendut Polisi, kenaikan BBM dan harga bahan pokok, 
  penangkapan Susno Duadji, buruknya birokrasi dan pelayanan publik, 
  maraknya korupsi, pelemahan KPK, gagalnya sebuah kepemimpinan, 
  meningkatnya jumlah kemiskinan, pengangguran, perbuatan kriminal, buta 
  huruf dan gagalnya hampir setiap departemen dan institusi pemerintahan, 
  dalam memberikan manfaat keberadaan mereka yang berarti kepada rakyat.

  Isu
  “memanasnya" hubungan Indonesia-Malaysia tidak akan membuat rakyat lupa
  terhadap semua penipuan, pembodohan dan “perampokan” uang rakyat yang 
  telah, sedang dan akan berlaku.

  Damaikanlah Saudaramu

  Pakar
  Melayu Prof. Dr. Dato’ Nik Anuar Nik Mahmud dari  Institut Alam dan 
  Tamadun Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dalam sebuah 
  wawancara khusus dengan hidayatullah.com [“Ada Kuasa Besar Halangi 
Terbentuknya Melayu Raya], mengatakan, dalam buku-buku sejarah Melayu yang 
ditulis sebelum perang dunia ke-2, seperti “Sejarah Melayu” yang
  ditulis oleh Abdul Hadi dan Munir Adil, wilayah Semenanjung dan 
  Indonesia dianggap sebagai alam “Melayu Raya”. Mereka menamakan tanah 
  Melayu; Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Johor, Kelantan,
  Pattani, dan lainnya sebagai “alam Melayu”, atau di Indonesia dikenal 
  istilah Nusantara. Yaitu wilayah Semenanjung tanah Melayu dan gugusan 
  tanah Melayu.

  Sejarah ini diajarkan kepada pelajar-pelajar Melayu
  sebelum Perang Dunia ke-2. Saat itu, ada semangat untuk memulai kembali
  bersatunya Melayu. Intinya, ada hasrat untuk bersatu.

  Kalau mau 
  jujur, semua suku di Indonesia ada di Malaysia: Jawa, Bugis, Aceh, 
  Minang.  Kini banyak orang Jawa di Johor, juga di Selangor. Termasuk 
  banyak warga Aceh di Malaysia. Negeri sembilan sebagian penduduknya dari
  Minangkabau. Bahkan Sultan Selangor itu berasal dari Bugis.

  Jadi
  seharusnya, semangat kita (Indonesia dan Malaysia) adalah semangat 
  “satu rumpun”  untuk bekerjasama untuk bangunkan alam Melayu ini. Hanya 
  saja, jika berpecah, mustahil, bangsa Melayu tumbuh menjadi bangsa yang 
  besar.  

  Aksi ingin mengajak perang dengan Malaysia, pelemparan 
  kotoran ke Kedutaan Malaysia, sweeping warga Malaysia pasti akan 
  menyakitkan hati  dan membuat hubungan bukan makin mendekat, tapi malah 
  menjauh.

  Walaupun gerakan LSM Bendera tidak mewakili gerakan 
  orang-orang cerdas di Indonesia, seperti Senat Mahasiswa, Muhammadiyah, 
  ICMI, HMI, dll., namun warga Indonesia harus lebih peka dan mencari 
  tahu, siapakah LSM ini? Ada apa di balik  agenda mereka?

  Apakah 
  mereka bergerak untuk kepentingan partai politik tertentu, ataukah untuk
  menaikkan partai dan pemimpin tertentu, ataukah mereka dibiayai oleh 
  pihak asing untuk menghancurkan rumpun Melayu?

  Di sisi lain, 
  biasanya, isu-isu yang akan memungkinan pecahnya hubungan 
  Malaysia-Indonesia jarang ditanggapi dan dibesar-besarkan media 
  Malaysia. Namun akhir-akhir ini, khususnya pemberitaan ‘ketegangan’ 
  hubungan Indonesia-Malaysia,   ditanggapi berbagai pihak. Termasuk pakar
  politik di berbagai media massa, seperti oleh Samy Vellu, Bernama dll.

  Ada
  dua kemungkinan mengapa mereka menanggapinya. Pertama, untuk 
  membangkitkan rasa nasionalisme rakyat menjelang hari kemerdekaan 
  Malaysia yang jatuh pada setiap tanggal 31 Agustus. Kedua, mungkin juga 
  dimanfaatkan oleh keturunan China dan India Malaysia yang memang kurang 
  suka dengan hubungan baik Indonesia-Malaysia. Karena ini akan menguatkan
  kepentingan mereka dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya dan 
  pembangunan di Malaysia.

  Apakah kita akhirnya memutuskan 
  “berperang” dengan Malaysia? Apakah kita tetap ngotot mengajak perang 
  dengan Negara yang di dalamnya banyak keturunan Melayu Riau, Palembang, 
  Aceh, Bugis, Minang, Mandailing, Rao, Jambi, Kerinci, Jawa, karena kita 
  seagama Islam dan satu rumpun melayu?

  Di saat yang sama, sudah 
  ratusan kali pasir kita dicuri, minyak kita diselundupkan,  tapi kenapa 
  kita selama ini tidak membenci Singapura yang menguras minyak kita 
  dengan Caltexnya? yang menguras  gas kita dengan Harunnya dan 
  sebagainya, tanpa memberikan dampak yang berarti terhadap pembangunan, 
  ekonomi dan sosial rakyat?

  Apakah kita takut pada Singapura 
  karena mereka memiliki peralatan perang yang sangat canggih dan jauh 
  meninggalkan Indonesia? Ataukah kita sengaja dibuat takut, karena para 
  pejabat kita banyak yang memiliki hubungan mesra dengan Singapura yang 
  menyimpan uang mereka dalam bentuk saham dan investasi?.

  Malaysia
  secara tidak resmi telah melarang rakyatnya datang ke Indonesia. Kalau 
  ini berlanjut, pasti semua ini akan memberikan pengaruh terhadap 
  perusahaan penerbangan, hotel, pariwisata, tempat berbelanja, investor 
  di Indonesia.  

  Kalau sengketa ini berlanjut di tingkat 
  pemerintah, maka akan sama-sama kita dengar, tiga, lima bulan lagi. 
  Malaysia akan membeli peralatan perang yang baru, Amerika pula akan 
  menawarkan “jasanya” pada TNI untuk memberikan pinjaman utang, untuk 
  membeli peralatan perangnya yang katanya, harga sebuah kapal perang 
  bekas saja, sama dengan harga sebuah pulau besar di Indonesia.

  Namun sebelum itu terjadi, ada sebuah pesan dari al-Quran.

  “Sesungguhnya
  orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara 
  kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah semoga kamu mendapat 
  rahmat.” (QS: al-Hujurat ayat 10)

  Penulis yang berasal dari Sumatera, PhD. Candidate Islamic Political Science, 
University of Malaya, Kuala Lumpur  

  [Non-text portions of this message have been removed]



  





[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke