Telkom-2 Meroket Bersama Inflasi

Satelit Ke-8 Milik Indonesia Sejak Tahun 1976

Pengumuman inflasi Oktober 2005 sebesar 8,7 persen lebih cepat
sepekan dari peluncuran Satelit Telkom-2 milik PT Telkom, yang
dijadwalkan tanggal 10 November 2005 nanti. Inflasi menunjukkan
keterpurukan karena daya beli menurun, tetapi peluncuran
satelit menegaskan bahwa kita masih cukup ”kaya”.

Peluncuran Satelit Telkom-2 yang dibiayai dana internal PT
Telkom sekitar 150 juta dollar AS (sekitar Rp 1,5 triliun)
tentu saja sebuah kebanggaan di tengah berbagai persoalan
negeri ini. Apalagi tak banyak negara yang punya satelit,
bahkan Indonesia satu-satunya negara berkembang yang memiliki
satelit sendiri sejak tahun 1976.

Dan peluncuran satelit bukan lagi proyek mercusuar seperti saat
Indonesia pertama kali mengenal satelit tahun 1970-an. Karena
semua orang saat ini bergantung pada satelit untuk
berkomunikasi, kebutuhan satelit sudah mutlak bagi Indonesia.

Ide proyek satelit bertolak dari gagasan perlunya sebuah medium
komunikasi yang dapat menjangkau seluruh Indonesia. Terutama
mereka yang tinggal di daerah terpencil, yang tersebar pada
17.000 pulau yang ada.

Awal era satelit di Indonesia digagas oleh pakar telekomunikasi
yang juga mantan Rektor ITB Prof Iskandar Alisjahbana pada 14
September 1968. Kemudian, dimulai proyek satelit Indonesia
hingga peluncuran satelit pertama milik Indonesia, Palapa A1,
pada 8 Juli 1976.

Saat itu Indonesia bisa membusungkan dada pada bangsa lain,
bahkan dengan China dan India yang saat ini menjadi raksasa
ekonomi. Indonesia tercatat sebagai negara ketiga, setelah
Kanada dan Amerika Serikat, yang memiliki sistem komunikasi
satelit domestik (SKSD).

SKSD Palapa diresmikan Presiden Soeharto 16 Agustus 1976.
Layanan yang diberikan waktu itu hanya terbatas pada televisi
dan SLJJ pada 40 kota di Indonesia. Namun, hal itu sudah
menjadi loncatan teknologi bagi negara yang saat itu pendapatan
per kapitanya 125 dollar AS.

Satelit Telkom-2 yang akan menggantikan Satelit Palapa B4 ini
antara lain akan digunakan mendukung layanan komersial. Seperti
transmisi backbone: SLJJ, SLI, internet, jaringan komunikasi
militer; jaringan akses: internet, distance learning, satellite
news gathering, bisnis Vsat (banking, pertambangan); dan
broadcast: TV broadcast, audio broadcast, telekonferensi.

Satelit Telkom-2 juga akan mendukung peningkatan densitas
telepon dan penyebaran telepon, baik telepon fixed wireline,
fixed wireless (CDMA), maupun mobile (GSM) ke seluruh daerah di
Indonesia. Jangkauannya termasuk di kawasan terpencil untuk
menyediakan universal service obligation (USO), di mana dari
70.000 desa di Indonesia 43.000 di antaranya belum terjangkau
sarana telekomunikasi.

Infrastruktur strategis

Satelit Telkom-2 secara luas mendukung penyebaran informasi
secara lebih merata. Infrastruktur transmisi backbone
telekomunikasi utama di Indonesia bagian Timur dan daerah
terpencil. Selain itu, juga sebagai backbone dari beberapa
stasiun TV nasional, baik TV pemerintah maupun swasta.

Sementara dengan satellite news gathering, kita mampu
menyediakan video links dari lokasi terpencil untuk menangkap
breaking news. Hal ini sangat penting, terutama untuk kalangan
perbankan dan pertambangan. Satelit juga sangat dibutuhkan
untuk daerah bencana. Sistem komunikasi satelit sangat
diperlukan karena bisa dengan cepat di-recovery atau digelar.

Pengalaman saat bencana tsunami di Aceh akhir tahun 2004 lalu
menunjukkan bahwa saat semua transmisi backbone yang
menghubungkan Aceh dengan daerah lain hancur, sistem komunikasi
satelit Telkom adalah sistem transmisi backbone pertama yang
dapat beroperasi menghubungkan kembali Aceh dengan dunia luar.

Para broadcaster dalam dan luar negeri menggunakan fasilitas
satellite news gathering milik Telkom untuk menyebarkan
informasi mengenai Aceh pasca tsunami ke seluruh dunia.

Satelit Telkom-2 dirancang dengan menggunakan platform Star-2
oleh Orbital dengan berat saat peluncuran 1.955 kilogram untuk
masa operasi 15 tahun. Satelit Telkom-2 yang diluncurkan
menggunakan Roket Ariane 5 milik Perancis ini memiliki
kapasitas 24 transponder standard C-band dengan spesifikasi
teknis yang mirip dengan Satelit Telkom-1 yang diluncurkan pada
13 Agustus 1999.

Satelit ini mempunyai cakupan lebih luas dari Satelit Palapa
B4, yakni meliputi wilayah ASEAN dan India. Telkom-2 akan
dipergunakan untuk mendukung jaringan telekomunikasi PT Telkom
dalam layanan suara, gambar, dan komunikasi data.

Sejarah satelit Indonesia

Penggunaan sistem komunikasi satelit sebagai sistem komunikasi
di Indonesia awalnya dicetuskan Iskandar Alisjahbana dalam
pidato pengukuhan sebagai guru besar di Institut Teknologi
Bandung (ITB) pada tanggal 14 September 1968. Ide ini
diwujudkan pemerintah sebagai bagian dari sistem jaringan
telekomunikasi nasional melalui Direktur Jenderal Pos dan
Telekomunikasi pada 27 September 1969.

Sejak satelit yang pertama diluncurkan pada 8 Juli 1976,
komunikasi satelit menjadi tulang punggung transmisi
telekomunikasi di Indonesia dengan kemampuan mendistribusikan
suara, gambar, dan komunikasi data yang lebih luas.

Hingga saat ini Telkom telah berhasil meluncurkan tujuh
satelit. Namun hanya Telkom-1 yang masih beroperasi karena
satelit yang lain sudah berakhir masa kerjanya. Masa operasi
satelit terbatas dan berisiko rusak selama beroperasi. Karena
itu, selalu ada potensi kerugian akibat penurunan kinerja yang
dapat berpengaruh terhadap kondisi keuangan, hasil operasional,
dan kemampuan dukungan pada beberapa layanan.

Sebagai pengganti Satelit Palapa B4 yang habis masa kerjanya
dan akan ditempatkan di lokasi orbit 118° BT, Satelit Telkom-2
direncanakan menjadi backbone transmisi, kesinambungan dan
pengembangan layanan transmisi satelit yang dilayani Satelit
Palapa B4, memenuhi kebutuhan rural telekomunikasi, mendukung
jaringan telekomunikasi nasional, dan pemenuhan kebutuhan
telekomunikasi multimedia.

Dalam proyek ini Telkom tak hanya menyiapkan dana, tetapi juga
sumber daya manusia (SDM) dengan menyiapkan lima engineer yang
dikirim mengikuti program magang (internship) dalam bidang
rekayasa, perencanaan, dan pembuatan satelit di pabrik Orbital
Sciences Corporation, Dulles, Virginia (AS). Mereka
dipekerjakan sebagai pegawai orbital selama lebih kurang
setahun dan terlibat aktif dalam proses pabrikasi, integrasi,
serta pengujian Satelit Telkom-2.

SDM Telkom diharapkan dapat melaksanakan proses transfer of
knowledge langsung dari para ahli satelit orbital selama
pembuatan satelit. Beberapa teknisi juga telah dipersiapkan
untuk mengoperasikan dan memelihara Satelit Telkom-2 dengan
mengikuti program pelatihan operasional, pemeliharaan, dan
rekayasa satelit selama dua minggu sampai tiga bulan.

Pokoknya Telkom telah siap meluncurkan satelitnya. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono akan menyaksikan langsung peluncuran
dari Stasiun Pengendali Utama Satelit Telkom di Cibinong,
menyaksikan meroketnya satelit dan mungkin membayangkan derita
rakyat dari meroketnya inflasi. (Buyung Wijaya Kusuma)

-- 
Ruang Kantor siap pakai, fasilitas lengkap, meja, ac. Hubungi
Jl Pucang Anom Timur IV/42, Surabaya 60282, Tel. 031 5013570,
[EMAIL PROTECTED]



---
If you need an office in Surabaya you don't have to invest
on furnitures, ac etc. Use our 'virtual' office offerings,
visit http://www.datacom.co.id/profile/office.htm or email
[EMAIL PROTECTED] for enquiry that suit your needs.


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Most low income households are not online. Help bridge the digital divide today!
http://us.click.yahoo.com/cd_AJB/QnQLAA/TtwFAA/IHFolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Visit our website at http://www.warnet2000.net 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/warnet2000/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke