Dunia ke "Open Source"

Indonesia Rintis Riset Peranti Lunak

Jakarta, Kompas - Menerapkan prinsip terbuka dalam
mengembangkan aplikasi peranti lunak komputer kini jadi
strategi para vendor software komputer dunia yang selama ini
menerapkan prinsip lisensi tertutup.

Dorongan ke arah open source didasari oleh penolakan masyarakat
dunia pada produk berlisensi atau proprietary. Di Eropa,
sekitar 80 masyarakat di kawasan itu menolak peranti lunak
proprietary. Karena itu Spanyol misalnya mengembangkan program
open source yang disebut Extra Madura. Lalu kerja sama antara
Jerman dan Afrika Selatan menghasilkan program Ubuntu. Di Asia,
China dan Korea Selatan juga mengembangkan software aplikasi
office-nya yang berbasis open source.

Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil, Minggu (3/7),
mengatakan, pemerintah juga akan menyediakan peranti lunak open
source sebagai alternatif untuk menghargai hak atas kekayaan
intelektual (HAKI). Sebagai langkah awal, akan ada sensus untuk
mengetahui berapa unit komputer yang digunakan lembaga
pemerintah.

Kementerian Komunikasi dan Informatika juga mengimbau pimpinan
lembaga pemerintahan agar memakai peranti lunak berlisensi dan
membuka kemungkinan pemanfaatan peranti lunak open source.

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup misalnya sudah
menggunakan Linux dari open source untuk firewall, web, dan
mail server. ”Sebagian besar lainnya menggunakan peranti lunak
berlisensi seharga 120.000 dollar AS, termasuk untuk operating
system dan office,” kata Drs Maulyani Djajadilaga, Manajer IT
Bidang Pengembangan Sistem Informasi Kantor Menneg LH.

Komitmen Pemerintah Indonesia terhadap perlindungan karya cipta
peranti lunak memang sudah direalisasikan dengan mewujudkan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang
berlaku efektif sejak 29 Juli 2003. Namun, dunia internasional
menilai upaya negara melindungi peranti lunak belum maksimal.

Kerja sama riset

Karena itu, vendor besar komputer—di antaranya Microsoft dan
Sun Microsystem—menawarkan kerja sama dengan lembaga riset dan
perguruan tinggi di tiap negara untuk membuka kode sumber agar
bisa dikembangkan lebih lanjut.

Microsoft misalnya, menindaklanjuti pertemuan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dengan Bill Gates, akan merintis pendirian
pusat riset peranti lunak di Indonesia.

Seperti dikemukakan Tony Chen, President Director Microsoft
Indonesia, jenis riset di Indonesia kemungkinan di bidang
animasi, yang diharapkan menjadi unggulan dibanding pusat riset
serupa di China dan India.

Saat ini bisnis peranti lunak animasi masih didominasi Jepang,
sementara perancangan open source software (OSS) belum banyak
tertuju pada pembuatan games software.

”Padahal, 80 persen penggunaan layanan di kafe atau warung
internet adalah games. Inilah tantangan bagi pengembang OSS,”
jelas Harry Kaligis, General Manager Business Development Sun
Microsystem Indonesia.

Untuk membangun pusat riset software di Indonesia mau tak mau
Microsoft harus membuka kode sumber software-nya kepada mitra
kerjanya di tiap negara sehingga bisa memunculkan aplikasi
produk lokal.

Sun Microsystem menggandeng lembaga riset di banyak negara
termasuk China, Vietnam, Thailand, dan Indonesia untuk
pengembangan aplikasi berbasis StarOffice sesuai dengan
kebutuhan lokal. Cara itu telah menghasilkan software lokal
bernama Neo Sine di China.

---
If you need an office in Surabaya you don't have to invest
on furnitures, ac etc. Use our 'virtual' office offerings,
visit http://www.datacom.co.id/profile/office.htm or email
[EMAIL PROTECTED] for enquiry that suit your needs.


Visit our website at http://www.warnet2000.net 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/warnet2000/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke