Indosat Cegah "Churn" dengan Bonus

BERMAIN di industri seluler saat ini sangat mengasyikkan 
sebab potensi pertumbuhannya yang amat tinggi. Jika 
dihitung, dari 220 juta penduduk Indonesia dewasa ini baru 
ada sekitar 28 juta nomor seluler yang beredar, atau 
sekitar 13 persen, pasarnya masih terbuka lebar. Dari 
jumlah itu, pelanggan Telkomsel sudah mendekati 15 juta, 
Indosat 9,3 juta, dan Excelcomindo sekitar 4,5 juta.

DI akhir tahun ini bukan tidak mungkin angkanya akan 
menembus 30 juta, jika dilihat dari hiruk-pikuknya pasar 
dan derasnya gerojokan operator. Pertumbuhan pelanggan 
tiap operator sangat tinggi, di atas 60 persen, karena 
adanya program-program yang memberi kemudahan dan 
kemurahan kepada calon pelanggan.

Apalagi perluasan jangkauan layanan atau cakupan yang 
dilakukan semua operator membuat daerah-daerah terkucil 
menjadi terbuka. Ini membuka peluang baru penambahan 
pelanggan dan lalu lintas percakapan atau SMS.

Program sinyal kuat dari Indosat ikut merangsang orang 
untuk menikmati layanannya, karena kini kemungkinan adanya 
drop call makin diperkecil. Berbagai program kemudahan 
pelanggan membuat jumlah penikmat layanan operator seluler 
pun tumbuh, tidak hanya di GSM, tetapi juga di CDMA.

Kartu As dari Telkomsel merupakan primadona karena jumlah 
pelanggannya naik pesat, mendekati angka setengah juta 
pelanggan baru setiap bulannya. Excelcomindo Pratama yang 
sejak awal dikenal sangat hati-hati merebut pasar sehingga 
pertumbuhannya pun tidak terlalu pesat, kini ikut-ikutan 
dengan meluncurkan kartu Jempol dan Kartu Bebasnya.

Sementara Indosat meluncurkan kartu mudik dan pulsa shock 
IM3 yang menyerap banyak pelanggan baru yang tiap hari 
rata-rata sampai 40.000 pelanggan baru. Indosat memang 
berkembang pesat tahun ini yang bisa saja jumlah 
pelanggannya akan naik dari 5,96 juta akhir tahun 2003 
menjadi mendekati 10 juta pada akhir Desember 2004 ini.

Pertumbuhan seluler Indonesia menurut ITU (International 
Telecommunication Union) dan GS Research paling tinggi di 
dunia, sampai 74,9 persen pada tahun 2003. Namun, 
kenyataannya dibanding negara dengan kemampuan finansial 
warganya relatif sama, penetrasi pelanggan seluler 
Indonesia masih terhitung rendah.

Kita dengan pendapatan per kapita (938 dollar AS setahun) 
dekat-dekat dengan China (955 dollar) dan Filipina (976 
dollar AS), ternyata penetrasi kita lebih rendah. Padahal, 
pertumbuhan seluler di China hanya 60,1 persen dan 
Filipina 64,4 persen, sementara Singapura hanya tumbuh 
18,2 persen dan Malaysia 33,8 persen.

Data dari ITU, JP Morgan, dan GS Research Report yang 
dikeluarkan belum lama ini menyebutkan, penetrasi seluler 
kita pada akhir tahun 2003 hanya 9 persen. Artinya, 
pelanggannya hanya 9 persen dari jumlah penduduk yang 220 
juta, sementara China 20 persen (penduduknya 1,3 miliar 
jiwa), dan Filipina 2 persen.

Jangan bandingkan dengan Singapura yang sudah 79,8 persen, 
Malaysia 42,6 persen, atau Thailand yang 26 persen, bahkan 
Hongkong yang 104,6 persen. India memang lebih "buruk" 
dari Indonesia, sebab penetrasi selulernya hanya 2,6 
persen, tetapi dengan pertumbuhan yang sangat pesat, sama 
dengan Indonesia.

Jika dihitung akhir tahun 2003 pelanggan seluler Indonesia 
hanya 18,3 juta dan akhir tahun ini mungkin saja menembus 
angka 30 juta, maka pertumbuhannya sudah lebih dari 63 
persen. Apa betul seluler di Indonesia tumbuh dengan 60 
persen lebih?

Kalau dihitung dari jumlah kartu yang dijual, jumlah 
pelanggan seharusnya kini sudah menembus angka 30 juta. 
Angka itu gagal ditembus karena adanya churn, orang begitu 
saja berhenti berlangganan yang jumlahnya sangat banyak.

Churn utamanya terjadi karena harga perdana kartu prabayar 
GSM saat ini sangat murah, bahkan hampir sama nilainya 
dengan nilai pulsa yang dikandungnya. Karena murahnya, 
orang memperlakukan kartu perdana seolah kartu panggil 
(calling card), habis pulsa buang, beli lagi kartu baru. 
Jika bukan untuk maksud tertentu, orang membuang kartu 
perdananya karena kartu itu merupakan kartu kedua yang 
nomornya pun tidak sempat melekat pada diri pemiliknya.

Bagi operator, kartu-kartu yang hanya 
digunakan-mungkin-cuma seminggu ini menjadikannya 
pelanggan semu. Kartunya sudah tidak aktif, tetapi di 
sistem masih tercatat dan menempati jalur sehingga 
mengurangi kapasitas operatornya. Umumnya kartu perdana 
berlaku selama sebulan, kemudian ada masa tenggang 
sebulan, lalu kalau tidak digunakan juga akan dimatikan 
pada akhir bulan ketiga.

HASNUL Suhaimi, Direktur Niaga Seluler PT Indosat (47) 
melihat, kecenderungan churn akan tetap tinggi, jika 
operator seluler tetap jor-joran mengerojok pasar dengan 
paket-paket perdana murah. Makin banyak penjualan yang 
dilakukan, volumenya besar, angka churn juga makin tinggi. 
"Kami seolah menguber bayangan, sebab penjualan dilakukan 
terus, tetapi tidak terjadi penambahan jumlah pelanggan," 
tutur pria kelahiran Bukittinggi 23 April 57 ini

Menurut Hasnul, pertumbuhan pelanggan seluler di Indonesia 
sehat kalau tumbuh sekitar 9 juta tahun ini, tahun depan 
10 juta, tahun berikutnya 11 juta, sehingga diharapkan 
pada tahun 2006 pelanggan akan menjadi 50 juta. "Kalau 
tumbuh lebih dari angka itu, yang terjadi hanya 
uber-uberan," katanya.

Menurut catatan Kompas, pertumbuhan tinggi pelanggan 
terjadi karena munculnya tawaran yang murah-murahan dari 
semua operator. Jika kebijakan ini diteruskan, akhirnya 
akan dapat menjatuhkan industri seluler itu sendiri.

Kalau selama ini kartunya saja dihargai sekitar Rp 25.000 
sehingga dijual dengan harga plus pulsa yang dikandungnya, 
kini kartu nyaris tidak dihargai lagi, kecuali pulsanya. 
Tetapi bisa jadi apa yang dipromosikan operator tidak 
sepenuhnya benar, misalnya disebut harga perdana Rp 50.000 
termasuk pulsa Rp 50.000, kenyataannya pulsa yang diisikan 
hanya senilai Rp 35.000. Siapa pelanggan yang dapat 
mengujinya?

Kata Hasnul Suhaimi, operator tidak dapat menggerojok 
pasar secara deras begitu saja, karena ada beberapa hal 
yang harus dipertimbangkan. Alat produksi yang tersedia 
harus cukup banyak, misalnya HLR (home location register), 
MSC (mobile switching center), aktivasi pelanggan, IN 
(intelligent network) dan apakah pasar dapat menyerapnya. 
Dapat saja pasar dipenuhi dengan penjualan 50.000 kartu 
perdana sehari, namun sejumlah itu pula yang akan keluar.

Pria tamatan program MBA di Hawaii University, Amerika 
Serikat, itu merupakan satu dari sedikit yang paham benar 
dengan masalah pemasaran seluler. Sebelumnya ia pernah 
menjadi direktur niaga di PT Telkomsel, ketika PT Indosat 
masih memiliki saham yang kemudian dijual ke PT Telkom.

Ia menjabat Direktur Niaga Telkomsel justru ketika 
Indonesia sedang dilanda resesi, ketika investor menjauhi 
negeri ini. Namun, dengan memperkenalkan kartu prabayar 
Simpati, pelanggan Telkomsel ketika itu justru tumbuh 
pesat, utang-utang bisa lebih cepat dilunasi. Dan, kini 
Telkomsel meraih 52 persen pangsa pasar seluler, sementara 
Indosat sekitar 32 persen.

Kini, kiat-kiatnya yang jitu pula membuat seluler Indosat 
yang semula Satelindo dan IM3 tumbuh pesat. Jumlah 
pelanggannya naik dari 5,96 juta pada akhir 2003 menjadi 
sekitar 9,3 juta pada minggu terakhir Oktober ini. Dari 
3,5 juta pelanggan baru hingga triwulan ketiga tahun ini, 
sekitar 60 persen sampai 70 persen merupakan pelanggan 
benar-benar baru, sisanya pelanggan lama yang 
menjadikannya kartu kedua.

Walaupun, katanya, data menyebutkan bahwa jumlah penjualan 
empat bulan sebelumnya sama dengan jumlah pelanggan yang 
churn bulan berjalan. Fenomena ini berlaku pada semua 
operator, meski diakui beberapa pihak, program always on 
kartu AS Telkomsel berhasil membuat pelanggan kartu itu 
setia.

Namun, dengan program-program yang dijalankannya, ditambah 
kenyataan bahwa pada tiga bulan terakhir tahun ini 
pelanggan akan mempertahankan kartunya, jumlah pelanggan 
yang churn akan menurun. Ini karena pada masa liburan 
terjadi lonjakan penjualan kartu perdana, sementara masa 
itu berlangsung hingga Desember tahun ini.

Hasnul memiliki program membuat pelanggan setia dengan 
memberi bonus berupa pulsa. Jika pelanggan membeli perdana 
seharga Rp 25.000 dengan nilai pulsa Rp 25.000 juga, pada 
hari ke-33 kalau ia membeli voucher senilai Rp 25.000 akan 
mendapat bonus pulsa senilai Rp 10.000.

Menurut catatan para pengamat, pada bulan pertama itu 
umumnya sudah terjadi churn sebanyak 10 persen, terus 
jumlah yang sama hingga enam bulan ke depan. Itu sebabnya 
Hasnul memberi tawaran, pengisian voucher senilai itu pada 
hari ke-66 pemiliknya akan mendapat bonus pulsa senilai Rp 
15.000. "Diharapkan kalau sudah tiga bulan digunakan nomor 
sudah mantap, kartu Indosat akan digunakan seterusnya," 
katanya.

Mencegah churn sebenarnya dapat dilakukan asal semua 
operator sepakat. Kartu perdana jangan dijual lebih murah 
dari Rp 25.000 dan voucher-nya yang dijual murah, dengan 
harapan citra mengisi pulsa lebih ribet dibanding membeli 
kartu perdana bisa dihilangkan..

Data Indosat menyebutkan, hingga kini seluler menyumbang 
66 persen pendapatan perusahaan penanaman modal asing (PMA 
)-saham Singapore Technologies Telemedia 41,2 persen) itu. 
Ke depan, para pengamat yakin 80 persen pendapatan PT 
Indosat akan datang dari bisnis selulernya, sehingga peran 
seluler sangat strategis.

Tahun ini, dari pendapatan yang diperkirakan akan mencapai 
Rp 10 triliun, seluler akan menyumbang sekitar Rp 7 
triliun. Proyeksi angka ini termasuk berani, sebab 
kenyataannya ARPU (average revenue per user atau rata-rata 
pendapatan dari tiap pelanggan) akan menurun.

Menurut Hasnul, tahun 2003 lalu ARPU seluler Indosat 
mencapai Rp 106.000 (blended, campuran antara prabayar dan 
pasca bayar), namun tahun ini hanya diharapkan sebesar Rp 
92.000. Memang turun drastis, tetapi menurut dia, industri 
kini cenderung tidak hanya memperhatikan ARPU tetapi lebih 
ke AMPU (average margin per user) yang jelas mempengaruh 
pendapatan perusahaan.

Dari perjalanannya, Indosat (ketika masih Satelindo) 
pernah punya ARPU Mentari sampai Rp 140.000, tetapi turun 
17 persen menjadi Rp 120.000 tahun 2001. "Ini akibat 
program bebas roaming yang diperkenalkan Satelindo waktu 
itu," katanya.

Hasnul menolak menilai dan memperkirakan besaran penurunan 
ARPU Telkomsel dengan program bebas roaming pertengahan 
tahun ini. Namun orang memperkirakan program bebas roaming 
Telkomsel akan memberati kinerja keuangannya karena jumlah 
pelanggannya sudah keburu banyak, hampir 15 juta saat ini.

Sementara Satelindo ketika memberlakukan program ini 
pelanggan Mentarinya baru 1,5 jutaan. (MOCH S 
HENDROWIJONO)

---
www.warnet2000.net is up and running!
=============================================
Netkuis Instan untuk wilayah Bandung (kode area 022) - SD,SMP,SMA
Berhadiah total puluhan juta rupiah... periode I dimulai 1 April 2004
=============================================


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IHFolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Visit our website at http://www.warnet2000.net 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/warnet2000/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke